Jumat, 23 Mei 2014

Sejarah Ameerika, "Awal Imperialisme Amerika Serikat dan Keterlibatan Amerika Serikat Pada Perang Dunia"



Awal Imperialisme Amerika Serikat dan Keterlibatan Amerika Serikat Pada Perang Dunia

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Amerika
Dosen Pengampu Dr. Suranto M.Pd

Tugas Individu


Oleh:
EUIS SUNDANI
120210302050



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat dan karunai-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Awal Imperialisme Amerika Serikat dan Keterlibatan Amerika Serikat Pada Perang Dunia ” yang merupakan salah satu dari komponen nilai tugas individu mata kuliah Sejarah Amerika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.  Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.      Drs. Suranto M.Pd , selaku Dosen pengampu mata kuliah Sejarah Amerika yang telah membimbing selama penulis menyelesaikan makalah ini;
2.      Teman-teman yang telah memberi dorongan dan semangat;
3.      Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.  Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.


Jember, 25 April 2014



Penulis









Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, permasalahn yang di angakat dalam makalah ini sebagai berikut:
1.      Bagaimana munculnya latarbelakang munculnya Doktrin Monroe Amerika Serikat?
2.      Bagaimana Doktrin Monroe menjadi awal imperialisme Amerika Serikat ?
3.       Keterlibatan Amerika pada Perang Dunia I dan Perang Dunia II ?
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini diantaranya sebagai berkut:
1.      Untuk mengetahui latarbelakang munculnya Doktrin Monroe.
2.      Untuk mengetahui bagaimana Doktrin Monroe menjadi awal imperialisme Amerika Serikat.
3.      Keterlibatan Amerika Pada Perang Dunia I dan Perang Dunia II.


BAB II PEMBAHASAN

Pada tahun 1821, Tsar Rusia yang bernama Alexander I, menyatakan bahwa semua kawasan di bagian utara Amerika mulai dari garis 51 derajat dan sepanjang seratus mil dari pantai ke kawasan Pasifik menjadi milik Rusia dan tertutup bagi kepentingan non-Rusia. Tsar Rusia didesak oleh perusahaan gabungan Rusia-Amerika untuk mengumumkan bahwa wilayah kekuasaan Rusia di Amerika Utara yang memanjang dari Alaska ke pantai barat hingga ke San Fransisco adalah milik Rusia.
Pengumuman tersebut mendorong berkembangnya minat perdagangan dan perikanan di kawasan tersebut. Sejak tahun 1796, orang-orang Amerika bukan Rusia, memonopoli perdagangan kulit binatang di kawasan tersebut dan membentuk jaringan dagang antara New England, Asia dan Pantai Barat Daya. Perdagangan tersebut menghasilkan keuntungan yang sangat besar.
Untuk menjawab pengumuman Tsar tersebut, Adams menemui pajabat Rusia pada tanggal 17 Juli 1823. Dalam pertemuan tersebut Adams menyatakan bahwa Amerika Serikat akan menentang ambisi Rusia dalam mengklaim teritorial baru di Amerika. Amerika Serikat juga akan tetap memegang prinsip bahwa benua Amerika tidak dapat digunakan lagi untuk membangun wilayah koloni baru oleh bangsa Eropa. Sikap tegas Adams bukan hanya ditujukan kepada Rusia tetapi juga terhadap Inggeris yang masih menguasai kawasan barat daya, terutama Oregon.
Pada musim panas 1823, menlu Inggris George Canning memanfaatkan sikap politik Adams untuk kepentingan Inggeris. Canning menyatakan bahwa Inggeris dan Amerika Serikat akan bergabung untuk menghadapi Perancis dan Spanyol yang akan mengembangkan monarki seberang lautan di Amerika Latin. Ketika misi diplomatic Canning tiba, Adams sedang berlibur di Massacussetts. Presiden James Monroe meminta negarawan lain, Jefferson dan Madison, untuk memberikan saran. Kedua negarawan tersebut sepakat untuk bekerjasama dengan Inggeris. Namun demikian, ketika kembali pada bulan November Adams meyakinkan Presiden Monroe bahwa kerjasama Inggeris dan Amerika Serikat tidak akan menguntungkan secara politik bagi kepentingan AS.
Menghadap sikap tegas Adams, George Canning mengadakan perundingan rahasia dengan Duta Besar Perancis di London, Prince de Polignac, akhir tahun 1823, untuk memperoleh pemahaman bersama mengenai situasi di Amerika Latin. Dalam perundingan tersebut diketahui bahwa Perancis sebenamya tidak berambisi untuk membangun imperium kolonial di kawasan tersebut. Kabar sikap Perancis yang diketahui oleh seorang menteri Amerika Serikat, Richard Rush, tersebut dikirim ke Washington, tetapi terlambat datang. Kabar tersebut tidak mengubah pandangan Adams mengenai kebijaksanaan Amerika Serikat terhadap ambisi Perancis, Inggeris terhadap Amerika Latin.
Selama bulan November 1823, Kabinet presiden Monroe mengadakan perdebatan mengenai perlu tidaknya kebijaksaan luar negeri Amerika Serikat mengenai kawasan barat daya (Nortwest) dan Oregon serta Amerika Latin diumumkan secara terbuka seperti diinginkan oleh Menlu Adams. Presiden Monroe memilih diumumkan secara terbuka.
Pada tanggal 2 Desember 1823 di hadapan Kongres, Presiden Monreo mengucamkan mengenai tiga prinsip politik luar negeri AS, yaitu 1) “Berdasarkan keadaan bebas dan merdeka yang telah mereka perjuangkan dan pelihara, benua  Amerika sejak sekarang dan untuk selanjutnya tidak bisa lagi digunakan sebagai daerah kolonisasi oleh negara-negara Eropa manapun, 2) Amerika Serikat tidak akan membiarkan adanya usaha negara-negara Eropa tersebut memperluas pengaruhnya atas kawasan Amerika, dan 3) Amerika Serikat tidak akan ikut campur dalam urusan dalam (internal concerns) negara-negara Eropa. Tiga prinsip luar negeri AS tersebut terkenal dengan sebutan Doktrin Monroe, yang terkenal dengan ungkapannya yaitu “Amerika to The American”.
Doktrin Monroe merupakan stategi bagi Amerika Serikat untuk mencegah kolonisasi lebih lanjut dari negara-negara Eropa atas benua Amerika. Namun doktrin ini menjadi titik balik Amerika Serikat untuk megadakan kolonialisme terhadap wilayah-wilayah yang ada di benua Amerika sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan pernyataan Presiden Monroe sendiri, bahwa Amerika Serikat mengharapkan semua penduduk benua Amerika, di utara dan selatan, untuk mengeksploitasi semua potensi yang dimiliki oleh the New World (benua Amerika). Bagi Amerika Serikat sendiri, doktrin tersebut akan memperkuat Perjanjian Transkontinental, serta beberapa persetujuan lain seperti terbukanya Oregon bagi pemukim Amerika, serta kesempatan ekonomi yang lebih luas bagi AS menyusul keberhasilan revolusi di negara-negara Amerika latin.
Doktrin Monroe memiliki dampak positif terhadap tantangan dari luar negeri. Rusia yang sempat mengeklim wilayah, kemudian menanggalkan klaimnya atas wilayah Oregon dan San Fransisco. Sebaliknya Amerika Serikat berjanji untuk mengatur kembali hubungannya dengan penduduk New England di Canada. Dalam jangka panjang konvensi tersebut memberikan kesempatan yang lebih luas kepada pedagang-pedagang Amerika di sepanjang pantai barat, sebaliknya Rusia bisa diusir dari Oregon yang kemudian dijadikan daerah eksplorasi oleh orang-orang Inggeris dan Amerika.
2.2    Doktrin Monroe Menjadi Awal Imperialisme Amerika Serikat
Doktrin Monroe pada penerapannya kemudian memunculkan adanya Pan Amerika. Pan Amerika merupakan keinginan Amerika Serikat untuk menyatukan negara-negara di benua Amerika dalam satu naungan. Hal ini membuat Amerika Serikat beranggapan bahwa ia harus dapat melindungi negara-negara yang ada di benua Amerika. Akibatnya Amerika Serikat melakukan campur tangan pada permasalahan yang ada di negara-negara di benua Amerika sendiri. Contohnya saat Amerika Serikat ikut dalam kekisruhan yang ada di Kuba yang membuat Amerika Serikat terlibat perang dengan Spanyol. Pecahnya perang ini memiliki 3 sumber dasar : permusuhan besar terhadappemerintahan otokratik Spanyol di Kuba; simpati Amerika Serikat terhadap perjuangan rakyat Kuba untuk memperoleh kemerdekaan; dan semangat baru akan ketegasan nasional, yang sebagian penyebabnya dipicu oleh pemberitaan yang nasionalis dan sensasional.
Perang yang terjadi antara amerika Serikat dengan Spanyol berlangsung pada tahun 1898. Spanyol yang saat itu menguasai Kuba yang terletak di selatan semenanjung Florida, di mana perdagangan dengan Amerika Serikat terjalin ramai. Pada tahun 1895 amarah Kuba yang semakin besar terhadap tirani negara induk akhirnya meledak dalam perang kemerdekaan.
Berlangsungnya pemberontakan ini membuat Amerika Serikat merasakan kekhawatiran yang semakin besar. Kebanyakan masyarakat Amerika Sendiri bersimpati kepada bangsa Kuba. Tetapi, Presiden Cleveland bertekat untuk tetap mempertahankan kenetralannya.
Namun, tiga tahun kemudian dalam masa pemerintahan McKinley kapal perang Amerika Serikat yang bernama Maine dihancurkan waktu sedang di pelabuhan Havana dengan jatuhnya 260 korbann meninggal dunia. Kejadian itu membuat Amerika Serikat marah, meskipun pada awalnya McKinley masih mencoba mempertahankan kedamaian. Namun, beberapa bulan kemudian, setelah yakin bahwa penangguhan yang ia lakukan berbuah kesia-siaan, maka ia menyerukan campurtangan bersenjata.
            Sikap yang ditunjukkan Amerika Serikat dengan meminta pertanggung jawaban kepada pihak Spanyol ini menandakan bahwa Amerika Serikat tidak menjalankan Doktrin Monroe, sebab bila Amerika Serikat menjalankan Doktrin Monroenya maka ia harusnya tidak meminta pertanggungjawaban kepada Spanyol atas insiden meledaknya kapal perang Amerika Serikat di pelabuhan Havana. Amerika Serikat menjadikan momentum meledaknya kapal perang Maine, untuk ikut campur dalam kekisruhan Spanyol dan Kuba yang berakibat terjadinya perang dengan Spanyol. Ini juga merupakan tingakan Amerika Serikat yang mnginginkan untuk melakukan Pan Amerika yang telah dicita-citakan oleh pihak Amerika Serikat sendiri.
Perang melawan Spanyol berlangsung cepat dan menentukan. Selama pertempuran yang berlangsung empat bulan, tidak satu pun pihak Amerika Serikat menyalami kekalahan yang berarti. Seminggu sesudah pernyataan perang dari Amerika Serika. Komodor George Dewey yang pada saat itu berada di Hong Kong, dengan eskadronnya yang terdiri dari enam kapal menuju ke Pilipina yang diperintahkan untuk mencegah seluruh armada Spanyol yang berpangkalan di sana tidak beroprasi  di perairan Amerika. Ia ters menghancurkan armada Spanyol tanpa kehilangan satu nyawa orang Amerika sendiri.
Di Kuba pada saat itu, setelah pasukan memenangkan serangkaian pertempuran singkat, merreka menembaki pelabuhan dengan meriam. Empat kapal bersenjata Spanyol berlayar keluar dari Teluk Santiago, dan beberapa jam kemudian mereka telah menjadi puing-puing besi yang berserakan.
Ketika terdengan kabar bahwa Santiago telah jatuh, dibunyikan peluit dan bendera berkibar dari Boston sampai San Francisco. Surat-surat kabar mengirimkan wartawannya ke Kuba dan Pilipina, yang kemudian menyebarkan berita pahlawan-pahlawan bangsa yang baru. Tokoh yang utama di antara pahlawan-pahlawan ialah, George Dewey yang tersohor di Manila dan Theodore Roosevelt, yaitu  pimpinan “Rough Riders”, sebuah resiman kavaleri sukarela yang dikerahkannya untuk bertugas di Kuba.
Spanyo segera meminta damai dan melakukan perjanjian yang ditandatangani tanggal 10 Desember 1898, Kuba diserahkan pada Amerika Serikat guna diduduki untuk sementara waktu menjelangg kemerdekaan pulau tersebut. Di samping itu Sponyol menyerahkan Puerto Rico dan Guam sebagai rampasan perang, dan menyerahkan Pilipina dengan harga $20juta.
Secara resmi, kebijakan Amerika Serikat mendorong untuk daerah-daerah kekuasaan baru untuk membentuk pemerintahan demokrasi sendiri, sistem politik yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Nyatanya, Amerika Serikat sendiri melakukanperan kolonial. Mereka mempertahankan kendali administratif sebelumnyadi Puerto Rico dan Guam, memberikan Kuba kemerdekaan yang sedikit, dan dengan kejam menekan gerakan kemerdekaan bersenjata di Filipina. (Filipina memiliki hak untuk memilih kedua badan legislatifnya pada 1916. Pada 1936, Pesemakmuran Filipina yang sangat mandiri berhasil didirikan. Pada 1946, setelah Perang Dunia II, kepulauan itu akhirnya berhasil memperoleh kemerdekaan penuh).
Kuba dinyatakan merdeka sedangkan Puerto Rico, Filipina dan Guam di jadikan Koloni Amerika Serikat, kemudian terbentuknya Republik Kuba dengan Thomas Estrada Palma sebagai presiden pertama di Cuba (1902-1906)
Walaupun telah merdeka, rakyat Kuba seolah-olah tidak merdeka karena :
a.       Amerika Serika ini mendektekan Amandemen Plat atas Konstitusi Kuba.
Dalam amndemen ini pihak amerika memberikan hak untuk dapat mencampuri urusan dalam Negeri dari negara kuba. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi harta dan benda serta warga Amerika serikat yang ada di Kuba. Tentu saja hal ini telah membuat pembatasan hak dari Kuba dalam meminta bantuan asing lainnya. Sekaligus tidak dapat untuk mencegah keinginan dari Amerika untuk membangun pangkalan angakatan lautnya di Kuba.
b.      Amerika Serikat masih tetap mempunyai basis Angkatan laut di teluk Guantanamo (Kuba).
c.       Dalam bidang ekonimi juga masih di kuasahi oleh Amerika Serikat
Kuba memperoleh kemerdekaan simbolik pada saat tentara Amerika Serikat angkat kaki pada tahun 1902. Tetapi amerika Serikat masih tetap mempunyai hak melakukan intervensi untuk menjaga tertip sipil. Amerika melakukannya selama tiga kali sebelum melepas hak tersebut pada tahu 1934. Walaupun Kuba sudah merdeka penuh, pengaruh ekonomi dan politik Amerika serikat sangat kuat sampai pada tahun 1859, yaitu ketika Fidel castro menggulngkan pemerintah yang berkuasa dan membentuk rezim marxis yang sangat erat hubungannya dengan Uni Soviet.
Peurto Rico, pulau yang terletak di sebelah timr Kuba bernasib sama dengan Kuba dan Filipina. Peurto Rico ini menjadi daerah kolonisasi Amerika Serikat karena Amerika Serikat menang dalam peperangan dengan Spanyol, awalnya wilayah Peurto Rico ini adalah daerah kekuasaan Spanyol, tetapi sebagai ganti rugi dalam perang, maka Peurto Rico menjadi milik AS. Pada tahun 1917 konggres Amerika memberi warga Peurto Rico hak untuk memilih wakil Rahyat mereka. Tetapi undang-undang yang sama itu menghasilkan nasib yang berbeda bagi pulau itu, karena menyertakan Peurto Rico secara resmi adalah wilayah Amerika. Dan penting lagi rakyatnya menjadi warga Amerika Serikat. Pada tahun 1950, konggres memberi Puerto Rico kebebasan penuh untuk menentukan masa depannya. Dalam referendum pada tahun 1952, warga menolak Puerto rico menjadi negara bagian ataupun mendapatkan kemerdekaan penuh sebagai gantinya mereka memilih status warga persemakmuran. Banyak orang Puerto rico asli yang sudah menetap di daratan Amerika Serikat dimana mereka medapatkan akses bebas serta mendapat hak plitik an sipil seperti warga negara Amerika lainnya.
Panama pernah menjadi bagian dari colombia 1812 dan kemudia bagian dari Granada Baru 1832. I pernah menjadi negara Otonom dari Konfederasi Granada 1852 dan juga bagian dari Negara Colombia Serikat 1862. Dalam tahun 1851 dibangun jalur kereta api pertama, oleh insinyur-insinyur Amerika Serikat. Dalam tahun 1878 sebuah mascapai Perancis mendapat konsesi membangun sebuah terusan di semenanjung itu. Panama menyatakan diri memerdekan diri dari Colombia (dengan dukungan Amerika Serikat) pada tanggal 3 nopember 1903, dan Amerika Serikat mengakui kemerdekaan ini pada tanggal 6 Nopember 1903.
Pada tanggal 18 nopember 1903 ditandatangani perjanjian Hay Banau Varilla antara Panama dan Amerika Serikat, yang piagam ratifikasinya dipertukarkan pada akhir februairi 1904 dan karenanya berlaku semenjak itu. Menurut perjanjian ini Panam menyewa-gunakan untuk selama-lamanya kepada Amerika Serikat, tanah seluas 1432 Km2 dimana akan dibangun sebuah terusan melintasi semenanjung Panama (kemudian dikenal dengan nama Terusan Panama) dengan suatu pembayaran US 10 JUTA dollar sekaligus, dan US 250.000 Dollar uang sewa setiap tahunnya dalam bentuk uang emas. Sebaliknya Amerika Serikat mempunyai hak untuk  “menggunakan, menduduki dan mengontrol disertai hak, kekuasaan dan wewenang penuh di wilayah ini... “
Dalam perjanjian disebutkan pula bahwa Terusan Panama mempunyai sifat yang netral secara permanen, bahwa apabila dipandang perlu Amerika Serikat dapat membangun bangunan-bangunan untuk pertahanan Terusan”bahwa Amerika Serikat harus menghormati kedalautan Panama tetapi juga diberikan han intervensi kepada maslah-masalah dalam negeri Panam. Setelah Terusan selesai, dibuka sementara sejak tanggal 15 agustus 1914 dan secara resmi pada tanggal 12 juli 1920. Segera setelah dibuka timbullah persoalan “sejauh mana sebenarnya yuridiksi yang diberikan Panama kepada Amerika Serikat?”. Soal-solal lain yang kemudian timbul antara lain : dengan adanya inflasi apakah sewa tahunan dapat dibayar dengan uang kertas : bagaimana penyelesaian maslah perdangan melalui Terusan, masalah bea-cukai, masalah buruh yang bekerja. Itulah sebabnya mengapa perjanjian ini mengalami banyak perubahan dalam tahun 1926, 1936, 1955. Berulang kali timbul pemogokam, insiden dan persengketaan politik akibat Perjanjian diatas.
Pada tanggal 3 nopember dan 28 nopember1959 terjadi insiden bendera dimana segolongan  rakyat memasuki wilayah Terusan untuk mengibarkan bendera Panama, tetapi diusir oleh pengawal Amerika Serikat. Setelah insiden ini, kemudian baik bendera Amerika Serikat dan Panama dikibarkan berdampingan.Denagn hak intervensi itupun Amerika Serikat sering menjalankan intervensi terhadap maslah dalam negeri Panama. Disamping itu, pasukan Amerika Serikat di Terusan ini makin bertambah banyak.
Perundingan-perundingan terus dilakukan untuk penyelesaian masalah teusiani ini. Thaun 1967 terdapat perjanjian dimana Amerika Serikat bersedia melepaskan kedaulatan atas Panama. Namun belum diratifikasi perjanjian tersebut sudah terjadi perubahan pemimpin baru dibawah presiden Dr. Arnulfo Arias 1968. Sementara itu makin tahun rakyat Panama dan pemerintah Pnama tidak puas terhada Amerika Serikat yang tidak sungguh untuk menyelesaikan Terusan ini. Maka timbullah pergolakan dari masyarakat. Dalam tahun 1974 dimulai lagi perjanjian baru antara Menteri Luar Negeri H.A.Kissinger dan Menteri  Luar Negeri Panama, Juan Antonio Tack. Masih banyak perbedaan pendapat yamng masih kontras mengenai waktu berakhirnya penguasaan erusan Panama oleh Amerika Serikat (Amerika Serikat ingin berkuasa hingga sekitar tahun 2000, sedang Panama ingin segera menguasai Terusan ini).
Selain alasan politis juga kepentingan-kepentingan ekonomis mendorong mereka berbuat demikian. Pada umunya negara-negara Amerika Tengah berada dalam tingkat perkembangan ekonomi yang sama. Mereka masih menitikberatkan sistem perekonomian pada sistem kolonial dengan mengutamakan ekspor dari produksi pertanian dan perkebunan, yang karenanya rawan terhadap konyutngur dunia. Mereka tidak kaya dalan bahan tambang, bila ada itupun belum dieksploitasidengan baik. Industri masih dalam tingkat pendasaran. Juga mereka sangat terkena akibat krisis energi. Itulah sebabnya mengapa adanya Central  American Common Market (CACM) sangat membantu mereka dalam mencapai tujuan ekonomi bersama.
Setelah Perang Dunia II, rakyat Panama mulai menuntut hak pengelolaan dan selain itu memprotes kehadiran militer AS yang semakin hari semakin bertambah banyak. Akhirnya pada 7 September 1977, Presiden AS, Jimmy Carter dan Presiden Panama, Omar Torrijos menandatangani sebuah kesepakatan yang mengizinkan Panama mengelola sendiri terusan itu namun tetap menjamin netralitas kawasan (Neutrality Treaty) dan AS diizinkan untuk kembali kapan saja. Akan tetapi, kesepakatan ini dikecam oleh sebagian besar rakyat AS. Selanjutnya, pada 31 Desember 1999, pengelolaan terusan diserahkan sepenuhnya ke Panama melalui Otoritas Terusan Panama/Panama Canal Authority (ACP).

2.3    Keterlibatan Amerika Pada Perang Dunia I dan Perang Dunia II

            Pada tahun 1914, pecahnya perang di Eropa awalnya tidak melibatkan Amerika Serikat. Selama 1915, industri Amerika yang sedang mengalami masa depresi ringan, mulai membaik karena adanya permintaan peralatan perang dari Sekutu di Barat. Kedua pihak yang berseteru di Eropa menggunakan propaganda untuk menyulut semangat rakyat Amerika yang sepertiganya adalah warga negara asing atau lahir dari orang tua berkewarganegaraan asing. Selain itu, Inggris dan Jerman menghadang kapal Amerika di laut lepas, menimbulkan protes keras dari Presiden Woodrow Wilson. Sebagai penguasa lautan, Inggris menghentikan dan memeriksa kapal induk Amerika, mengambil alih “barang selundupan” untuk pihak Jerman. Jerman mengerahkan senjata lautnya yang terbesar, yaitu kapal selam, untuk menenggelamkan kapal yang berlayar ke Inggris atau ke Perancis.
Presiden Wilson memperingatkan bahwa Amerika tidak akan meninggalkan Doktrin Monrue yang ingin tetap bersikap netral dan hanya ingin berdagang senjata dengan negara yang gemar berperang. Ia juga mengumumkan bahwa negerinya akan menuntut “pertanggungjawaban penuh” pihak Jerman atas kerugian armada laut dan rakyat Amerika yang menjadi korban. Pada 7 Mei 1915, kapal selam Jerman menenggelamkan kapal pesiar Inggris, Lusitania, menewaskan 1.198 orang, 128 orang di antaranya orang Amerika. mencerminkan kemarahan rakyat Amerika, Presiden Wilson mendesak agar penyerangan terhadap angkutan laut dan kapal dagang Amerika segera dihentikan.
Presiden Wilson mengeluarkan ultimatum yang mengancam akan memutuskan hubungan diplomatik mereka kecuali, Jerman mengakhiri serangan bawah lautnya. Presiden Wilson kembali terpilih pada 1916, sebagian karena slogannya yaitu “Dia menjauhkan kita dari peperangan.” Merasa mengemban tugas untuk bertindak sebagai pendamai, dia berpidato di hadapan Senat Amerika, pada 22 Januari 1917, mendesak negara yang sedang berperang untuk menerima “perdamaian tanpa kemenangan”.
Akan tetapi, pada 31 Januari 1917, pemerintah Jerman mulai menjalani perang terbuka di dasar laut. Setelah lima armada laut Amerika tenggelam pada 2 April 1917 Presiden Wilson meminta persetujuan untuk mendeklarasikan perang. Kongres segera menyetujuinya. Pemerintah bergerak cepat dalam mengerahkan sumber daya militer, industri, tenaga dan hasil pertanian untuk persiapan perang. Selama Oktober 1918, pada malam sebelum kemenangan pihak Sekutu, lebih dari 1.750.000 tentara Amerika telah tersebar di Perancis.
Pada musim panas 1918, tentara Amerika yang baru tiba di bawah pimpinan Jendral J. Pershing memainkan peranan penting dalam menghentikan serangan terakhir dari Jerman. Pada musim gugur tahun itu, tentara Amerika merupakan tokoh kunci dalam serangan di Meuse Argonne, yang berhasil menembus Garis Hindenburg Jerman yang dibanggakan itu. Presiden Wilson berkontribusi besar dalam mengakhiri perang secara lebih cepat dengan mendefinisikan tujuan perang Amerika yang menyatakan perjuangan ini bukan untuk memerangi rakyat Jerman melainkan terhadap pemerintahan otoriter mereka. Empat Belas Poinnya yang diajukan ke Senat menuntut, diakhirinya perjanjian internasional rahasia, kebebasan laut, perdagangan bebas antarnegara, pengurangan persenjataan negara, penyesuaian klaim kolonial agar lebih memihak kepentingan penduduk asli, pemerintahan otonomi bagi bangsa Eropa yang tertindas, dan yang penting, mendirikan Liga Bangsa-Bangsa yang dapat “menjamin kebebasan berpolitik dan menjaga integritas teritorial baik negara besar maupun kecil secara adil”. Pada Oktober 1918, karena menghadapi sejumlah kekalahan, pemerintah Jerman mengajukan permohonan bernegosiasi dengn Wilson dengan dasar Empat Belas Poin tersebut. Setelah sebulan bernegosiasi secara tertutup yang akhirnya tidak memberikan jaminan pasti bagi Jerman, gencatan senjata (resminya gencatan senjata, tapi sebenarnya menyerah) pun diputuskan pada 11 November. Hasil keputusan Perjanjian Versailles pada tahun 1919 yang yang mengakhiri pepeangan terlampau berat bagi Jerman.
Pada tahun 1931 pergolakan dunia terjadi kembali, saat Jepang sudah menyerang Manchuria, menghancurkan perlawanan Cina, dan mendirikan negeri boneka Manchukuo. Italia, di bawah pimpinan Benito Mussolini, memperluas batas negara hingga Libya dan pada 1935 me-ngalahkan Etiopia. Jerman, di bawah pimpinan Adolf Hitler, mempersiapkan perekonomian yang mendukung perang dan kembali menduduki  Rhineland (yang didemilitarisasi melalui perjanjian Versailles setelah Perang Dunia I) pada 1936. Kemenangan Nazi atas Polandia pada 1939 dan pecahnya Perang Dunia II,
 Pada Perang Dunia II, Amerika Serikat sebenarnya awalnya juga bersikap netral, hal ini dapat dilihat UU Kenetralan yang diberlakukan secara bertahap dari 1935 hingga 1937, melarang keras penjualan senjata kepada semua negara yang berperang, mewajibkan pembayaran tunai untuk komoditas lain, dan melarang kapal dagang berbendera Amerika mengangkut barang tersebut. Tujuannya adalah menghindari keterlibatan Amerika dalam perang orang lain, apa pun konsekuensinya.
Sementara hampir segenap rakyat Amerika mengikuti perkembangan perang Eropa dengan cemas, ketegangan yang semakin kuat terjadi di Asia. Mengambil keuntungan dari kesempatan untuk memperkuat posisi strateginya, Jepang dengan berani mengumumkan “tatanan baru” di mana melalui pengumuman ini Jepang menyatakan dirinya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di seluruh kawasan Samudera Pasifik. Manakala berperang melawan Nazi, Inggris tak mampu bertahan hingga  meninggalkan daerah kekuasaannya di Shanghai dan untuk sementara menutup rute pasokan Cina  dari Birma. Pada musim panas 1940, Jepang memenangkan kesepakatan dari pemerintah Vichy Perancis yang lemah untuk menggunakan landasan terbang di Indocina utara. September itu Jepang secara formal bergabung dengan Poros Roma- Berlin. Amerika menentang dengan mengembargo ekspor besi tua ke Jepang.
Pada Juli 1941 Jepang menduduki Indocina Selatan, pertanda kemungkinan pergerakan ke selatan untuk merebut minyak bumi, timah, dan karet dari Malaysia jajahan Inggris dan Hindia Timur jajahan Belanda. Menanggapi hal ini, Amerika membekukan aset Jepang di Amerika dan memulai embargo satu-satunya komoditas yang paling dibutuhkan Jepang di antarasemua komoditas yang ada yaitu minyak bumi.
Jendral Hideki Tojo menjadi Perdana Menteri Jepang pada Oktober tahun itu. Pada pertengahan November, dia mengirim utusan diplomatik ke Amerika untuk bertemu dengan menteri luar negeri Cordell Hull. Dari sekian hal yang dibahas, Jepang menuntut Amerika menyerahkan aset Jepang di Amerika dan menghentikan ekspansi angkatan laut Amerika di Samudera Pasifik. Cordell Hull membalasnya dengan usulan agar Jepang menarik diri dari semua daerah kekuasaan yang direbutnya. Penolakan yang sangat cepat dari pihak Jepang pada 1 Desember membuat pembahasan ini menemui jalan buntu.
Pada pagi hari 7 Desember, pesawat induk Jepang melancarkan serangan mendadak dan menghancurkan pangkalan militer Amerika di Pearl Harbor, Hawai. Dua puluh satu kapal laut hancur atau rusak; 323 pesawat hancur atau rusak; 2.388 tentara, pelaut, dan warga sipil terbunuh. Akan tetapi, pesawat tempur Amerika yang akan memainkan peran sangat menentukan dalam perang di Samudera Pasifik di kemudian hari sedang berada di laut dan tidak berlabuh di Pearl Harbor. Dalam semalam, opini rakyat Amerika yang masih terbagi menyangkut perang di Eropa berubah menjadi suara bulat akibat kejadian yang disebut Presiden Roosevelt dengan “hari yang selamanya akan dikenang akibat kekejian.” Pada 8 Desember, Kongres mengumumka perang terhadap Jepang. Tiga hari kemudian Jerman dan Italia mengumumkan perang terhadap Amerika.
Akibat insiden Pearl Harbor dan ketakutan akan spionase dari warga keturunan Asia, rakyat Amerika juga mengambil tindakan yang kelak diakui sebagai aksi non toleransi dengan pengasingan warga Amerika keturunan Jepang. Pada Februari 1942, hampir 120.000 warga Amerika keturunan Jepang di California dipindahkan dari rumahnya dan diasingkan ke balik pagar kawat berduri di 10 tempat penampungan sementara yang menyedihkan, kemudian dipindahkan ke “pusat relokasi” di luar sejumlah kota Southwestern yang terpencil.
Segera setelah Amerika terlibat perang, Amerika, Inggris, dan Rusia (berperang melawan Jerman sejak 22 Juni 1941) memutuskan bahwa pengerahan tenaga militer utama mereka akan dipusatkan di Eropa. Pada 7 November itu, pasukan bersenjata Amerika dan Inggris mendarat di Afrika Utara jajahan Perancis. Terjepit pasukan yang merangsek dari timur dan barat, pasukan Jerman mundur dan, setelah melakukan perlawanan kuat, menyerah pada Mei 1943. Tahun 1942 juga menjadi saat yang menentukan bagi pasukan garis depan di Timur. Walau menderita kekalahan besar, Rusia berhasil menghentikan agresi Nazi di gerbang kota Leningrad dan Moskow. Pada musim dingin 1942-43, pasukan Rusia mengalahkan Jerman di Stalingrad (Volgograd) lalu memulai agresi jangka panjang yang akan membawa mereka ke Berlin pada 1945.
Pada Juli 1943, tentara Inggris dan Amerika menginvasi Sisilia dan menguasai pulau itu dalam satu bulan. Selama itu, Benito Mussolini terguling dari tampuk kekuasaannya di Italia. Pengganti Mussolini mulai bernegosiasi dengan Sekutu danmenyerah dengan seketika invasi kepulau utama Italia pada September. Akan tetapi saat itu pasukan Jerman sudah menguasai pulau-pulau kecil Italia. Pertempuran melawan pasukan Nazi di Italia berlangsung getir dan lama. Roma baru bebas pada 4 Juni 1944. Sekutu perlahan bergerak ke utara, membangu landasan terbang, dan dari sana mereka melakukan serangan udara yang menghancurkan jalur kereta api, pabrik, dan gudang senjata di Jerman Selatan dan Eropa Tengah, termasuk instalasi minyak bumi di Ploesti, Romania.
Pada akhir 1943, setelah perdebatan strategi yang sengit, Sekutu memutuskan untuk membuka garis depan di Perancis dalam rangka menggiring pasukan Jerman sehingga perhatiannya teralihkan dari pasukan Sekutu yang lebih besar yang datang dari Rusia. J enderal Amerika, Dwight D. Eisenhower, ditunjuk sebagai komandan tertinggi pasukan Sekutu di Eropa. Setelah persiapan matang, pada 6 Juni 1944, pasukan Amerika, Inggris, dan Kanada, dilindungi angkatan udara yang lebih heba dan banyak, mendarat di lima pantai di Normandy. Dengan didirikannya pangkalan pantai setelah pertarungan yang sengit, lebih banyak lagi tentara yang dikirim ke sana, memaksa mundur Jerman setelah serangkaian pertempuran berdarah. Pada 25 Agustus Paris dibebaskan.
Serangan Sekutu terhenti pada musim gugur, tertunda di Belgia timur pada musim dingin, tapi pada Maret, Amerika dan Inggris menyeberangi sungai Rhine sementara Rusia menyerang maju dengan perkasa dari Belgia timur. Pada 7 Mei, Jerman menyerah tanpa syarat pada Sekutu.
Jepang memaksa pasukan Amerika menyerah di Filipina pada awal 1942, tapi membalas kekalahannya pada bulan berikutnya. Jendral James “Jimmy” Doolittle memimpin pasukan pengebom dalam serangan mendadak ke Tokyo pada April. Tetapi tidak menghasilkan dampak nyata, tapi secara psikologis menyulut semangat yang berkobar-kobar dalam pasukan Amerika.
Pada Mei, dalam Pertempuran di Laur Koral yang merupakan pertarungan laut pertama dalam sejarah di mana semua serangan dilakukan oleh pesawat yang berlabuh di (kapal induk) armada angkatan laut Jepang yang dikirim untuk menyerang daerah selatan Papua Nugini dan Australia dipukul mundur oleh tentara Amerika dalam pertempuran jarak dekat. Beberapa minggu kemudian, Pertempuran Laut di Midway di tengah Samudera Pasifik menghasilkan kekalahan besar pertama angkatan laut Jepang, yang kehilangan empat kapal kapal induknya. Midway menjadi titik balik dalam mengakhiri langkah maju Jepang di tengah Samudera Pasifik.
Pertempuran lain juga berkontribusi dalam keberhasilan pasukan Sekutu. Pertempuran di darat dan laut selama enam bulan untuk membebaskan pulau Guadalcanal (Agustus 1942–Februari 1943) menjadi kemenangan besar pertama di daratan di Samudera Pasifik. Selama lebih  dari dua tahun setelahnya, pasukan Amerika dan Australia berjuang keutara dari Pasifik Selatan, dan ke barat dari Pasifik Tengah, merebut kepulauan Salomon, Gilbert, Marshals, dan Marianas dalam rangkaian serangan amfibi.
Pada Juni 1944, pertempuran di Selat Filipina menghancurkan angkatan udara Jepang dengan telak, mengakibatkan pengunduran diri Perdana Menteri Jepang, Tojo. Jenderal Douglas MacArthur yang dengan enggan meninggalkan Filipina dua tahun sebelumnya untuk melarikan diri dari kejaran pasukan Jepang kembali ke Filipina pada Oktober. Pertempuran Teluk Leyte, pertempuran angkatan laut terbesar yang pernah dilangsungkan, menjadi kekalahan angkatan laut Jepang yang paling menentukan. Pada Februari 1945, pasukan Amerika berhasil merebut Manila. Selanjutnya Amerika memusatkan perhatian ke pulau Iwo dan Jima yang strategis di kepulauan Bonin, di tengah-tengah antara kepulauan Mariana dan Jepang. Pasukan Jepang, yang terlatih untuk berperang sampai mati bagi Kaisar, memanfaatkan medan gua dan berbatu yang mematikan. Pasukan Amerika merebut pulau itu pada pertengahan Maret, tapi disertai dengan gugurnya sekitar 6.000 pelaut Amerika. Hampir semua pasukan pertahanan Jepang musnah. Saat itu dari Amerika menyerang kapal dan landasan terbang Jepang dari udara, dan gelombang demi gelombang serangan bom meluluhlantakkan kota-kota di Jepang.
Di Okinawa (1 April–21 Juni 1945), Amerika menghadapi perlawanan yang lebih mengerikan. Karena sedikit sekali tentara Jepang yang bersedia menyerah, pasukan Amerika dipaksa terlibat  dalam perang pembasmian massal. Gelombang pesawat bunuh diri atau Kamikaze menggempur armada angkatan laut Sekutu yang sedang berlabuh, menyebabkan kehancuran yang lebih besar dibanding peristiwa di Teluk Leyte. Jepang kehilangan 90-100 ribu pasukannya dan kemungkinan warga Okinawa dalam jumlah yang sama besar. Lebih dari 11.000 tentara gugur dan hampir 34.000 orang terluka di pihak Amerika. Kebanyakan orang Amerika menganggap pertempuran ini sebagai prapandang apa yang akan mereka hadapi dalam rencana invasi ke Jepang.
Pemimpin Amerika, Inggris, dan Rusia bertemu di Potsdam, kota kecil di luar Berlin, mulai 17 Juli sampai 2 Agustus 1945, untuk membahas strategi melawan Jepang, penyelesaian perjanjian perdamaiandi Eropa, dan kebijakan bagi masa depan Jerman. Mungkin sebagai indikasi berakhirnya persekutuan ini, mereka tak punya masalah dengan masalah prinsip yang samar atau masalah praktis tentang pendudukan militer, tapi tidak menghasilkan kesepakatan dalam banyak hal penting, termasuk pampasan perang.
Sehari sebelum konferensi Postdam dimulai, ilmuwan nuklir Amerika yang terlibat dalam Proyek Manhattan yang rahasia meledakkan bom atom di dekat Alamogordo, New Mexico. Tes ini merupakan kulminasi penelitian intensif selama tiga tahun di laboratorium yang tersebar di seluruh negeri. Proyek ini berada di belakang Deklarasi Postdam, dan diumumkan pada 26 Juli oleh Amerika dan Inggris, yang berjanji Jepang takkan dihancurkan dan direnggut kemerdekaannya jika menyerah. Akan tetapi, jika melanjutkan peperangan, Jepang akan menghadapi “kehancuran seketika dan menyeluruh.” Presiden Truman, memperkirakan bom atom bisa digunakan agar Jepang lebih cepat menyerah dan menimbulkan korban yang lebih sedikit dibanding penyerbuan ke daratan, memerintahkan agar bom tersebut digunakan jika Jepang belum menyerah pada 3 Agustus.
Komite tentara Amerika, pejabat politik, dan ilmuwan telah mempertimbangkan pertanyaan menyangkut target senjata baru ini. Menteri Perang Henry L. Stimson berhasil berargumen bahwa Kyoto, ibu kota Jepang kuno dan tempat tersimpannya harta nasional serta keagamaan, harus dicoret dari daftar. Hiroshima, pusat industri perang dan operasi militer, menjadi tujuan pertama mereka.
Pada 6 Agustus, pesawat Amerika,    Enola Gay, menjatuhkan bom atom di Hiroshima. Pada 9 Agustus, bom atom kedua dijatuhkan, kali ini di Nagasaki. Bom menghancurkan sebagian besar kota-kota itu, juga menimbulkan korban jiwa yang luar biasa besar. Pada 8 Agustus, Rusia mendeklarasikan perang dengan Jepang dan menyerang pasukan Jepang di Manchuria. Pada 14 Agustus, Jepang menyetujui ketentuan yang ditetapkan di Potsdam. Pada 2 September 1945, Jepang secara resmi menyerah. Rakyat Amerika lega bom itu bisa mempercepat berakhirnya perang. Mereka baru menyadari akibat sesungguhnya kehebatan daya hancur senjata nuklir itu di kemudian hari.


BAB III PENUTUP

3.1              Simpulan

Pada tanggal 2 Desember 1823 di hadapan Kongres, Presiden Monreo mengucamkan mengenai tiga prinsip politik luar negeri AS, yaitu 1) “Berdasarkan keadaan bebas dan merdeka yang telah mereka perjuangkan dan pelihara, benua  Amerika sejak sekarang dan untuk selanjutnya tidak bisa lagi digunakan sebagai daerah kolonisasi oleh negara-negara Eropa manapun, 2) Amerika Serikat tidak akan membiarkan adanya usaha negara-negara Eropa tersebut memperluas pengaruhnya atas kawasan Amerika, dan 3) Amerika Serikat tidak akan ikut campur dalam urusan dalam (internal concerns) negara-negara Eropa. Tiga prinsip luar negeri AS tersebut terkenal dengan sebutan Doktrin Monroe, yang terkenal dengan ungkapannya yaitu “Amerika to The American”.
Doktrin Monroe merupakan stategi bagi Amerika Serikat untuk mencegah kolonisasi lebih lanjut dari negara-negara Eropa atas benua Amerika. Namun doktrin ini menjadi titik balik Amerika Serikat untuk megadakan kolonialisme terhadap wilayah-wilayah yang ada di benua Amerika sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan pernyataan Presiden Monroe sendiri, bahwa Amerika Serikat mengharapkan semua penduduk benua Amerika, di utara dan selatan, untuk mengeksploitasi semua potensi yang dimiliki oleh the New World (benua Amerika). Bagi Amerika Serikat sendiri, doktrin tersebut akan memperkuat Perjanjian Transkontinental, serta beberapa persetujuan lain seperti terbukanya Oregon bagi pemukim Amerika, serta kesempatan ekonomi yang lebih luas bagi AS menyusul keberhasilan revolusi di negara-negara Amerika latin.
Doktrin Monroe memiliki dampak positif terhadap tantangan dari luar negeri. Rusia yang sempat mengeklim wilayah, kemudian menanggalkan klaimnya atas wilayah Oregon dan San Fransisco. Sebaliknya Amerika Serikat berjanji untuk mengatur kembali hubungannya dengan penduduk New England di Canada. Dalam jangka panjang konvensi tersebut memberikan kesempatan yang lebih luas kepada pedagang-pedagang Amerika di sepanjang pantai barat, sebaliknya Rusia bisa diusir dari Oregon yang kemudian dijadikan daerah eksplorasi oleh orang-orang Inggeris dan Amerika.
Doktrin Monroe pada penerapannya kemudian memunculkan adanya Pan Amerika. Pan Amerika merupakan keinginan Amerika Serikat untuk menyatukan negara-negara di benua Amerika dalam satu naungan. Hal ini membuat Amerika Serikat beranggapan bahwa ia harus dapat melindungi negara-negara yang ada di benua Amerika. Akibatnya Amerika Serikat melakukan campur tangan pada permasalahan yang ada di negara-negara di benua Amerika sendiri. Contohnya saat Amerika Serikat ikut dalam kekisruhan yang ada di Kuba yang membuat Amerika Serikat terlibat perang dengan Spanyol. Pecahnya perang ini memiliki 3 sumber dasar yaitu permusuhan besar terhadappemerintahan otokratik Spanyol di Kuba, simpati Amerika Serikat terhadap perjuangan rakyat Kuba untuk memperoleh kemerdekaan; dan semangat baru akan ketegasan nasional, yang sebagian penyebabnya dipicu oleh pemberitaan yang nasionalis dan sensasional.
Perang antara Amerika Serikat dan Spanyol dimenangkan oleh Amerika Serikat. Akhirnya Spanyo segera meminta damai dan melakukan perjanjian yang ditandatangani tanggal 10 Desember 1898, Kuba diserahkan pada Amerika Serikat guna diduduki untuk sementara waktu menjelangg kemerdekaan pulau tersebut. Di samping itu Sponyol menyerahkan Puerto Rico dan Guam sebagai rampasan perang, dan menyerahkan Pilipina dengan harga $20juta. Hingga daerah-daerah itu menjadi jajahan Amerika Serikat.
Pada tahun 1914, pecahnya perang di Eropa(PDI) awalnya tidak melibatkan Amerika Serikat. Kedua pihak yang berseteru di Eropa menggunakan propaganda untuk menyulut semangat rakyat Amerika yang sepertiganya adalah warga negara asing atau lahir dari orang tua berkewarganegaraan asing. Selain itu, Inggris dan Jerman menghadang kapal Amerika di laut lepas, menimbulkan protes keras dari Presiden Woodrow Wilson. Pada 7 Mei 1915, kapal selam Jerman menenggelamkan kapal pesiar Inggris, Lusitania, menewaskan 1.198 orang, 128 orang di antaranya orang Amerika. Kemarahan rakyat Amerika pun memuncak akhirnya Amerika ikut dalam PDI.
Sedangkan dalam PDII Amerika Serikat juga awalnya bersikap netral dan tidak ingin ikut dalam pertempuran yang terjadi di Eropa ini. Tetapi saat Amerika Serikat mencoba untuk menghalang-halangi jepang yang ingin menguasai wilayah Asia Pasifik dengan Amerika menentang dengan mengembargo ekspor besi tua ke Jepang. Namun pada pagi hari 7 Desember, pesawat induk Jepang melancarkan serangan mendadak dan menghancurkan pangkalan militer Amerika di Pearl Harbor, Hawai. Akibat kejadian ini mambuat rakyat Amerika yang awalnya tidak ingin terlibat dalam pertempuran kemudian memiliki suara bulat untuk ikut dalam PDII




DAFTAR PUSTAKA

 Gray, Wood dan Richard Hofstadter. Garis Besar Sejarah Amerika.
Sundoro, Mohamad Hadi. 2012. Sejatah Amerika Serikat. Jember: Jember University Press.
Dermawan, Dwi. 2012. Sejarah Amerika Serikat. Tersedia di : http:// SejarahAmerikaSerikat.com (diakses tanggal 4 April 2014)

 

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda