Sejarah Ameerika, "Awal Imperialisme Amerika Serikat dan Keterlibatan Amerika Serikat Pada Perang Dunia"
Awal
Imperialisme Amerika Serikat dan Keterlibatan Amerika Serikat Pada Perang Dunia
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Amerika
Dosen Pengampu Dr. Suranto M.Pd
Tugas
Individu
Oleh:
EUIS
SUNDANI
120210302050
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014
Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat
dan karunai-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Awal Imperialisme Amerika Serikat dan
Keterlibatan Amerika Serikat Pada Perang Dunia ” yang merupakan salah satu dari komponen nilai tugas individu
mata kuliah Sejarah Amerika dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara pada Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Drs. Suranto M.Pd , selaku Dosen
pengampu mata kuliah Sejarah Amerika yang telah membimbing selama penulis menyelesaikan
makalah ini;
2.
Teman-teman yang telah memberi
dorongan dan semangat;
3.
Semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Jember, 25 April 2014
Penulis
Setelah mengalami revolusi, Amerika Serikat berubah menjadi dewasa. Pada
masa kurang dari 50 tahun ia berubah dari suatu republik pedesaan menjadi
negara perkotaan. Daerah perbatasan menghilang, diganti dengan munculnya
pabrik-pabrik serta pabrik baja yang besar, jaringan kereta api yang membentang
sepanjang benua, dan perkembangan lain yang membuat Amerika menjadi negara yang
tidak dapat dipandang remeh. Sejak tahun 1776 sampai sekarang bangsa Amerika
selalu berusaha untuk meningkatkan kemakmuran bangsanya melalui upaya-upaya
diplomatik untuk membentuk sebuah imperium besar yang berkuasa dan berpengaruh
atas bangsa-bangsa lain di dunia
Amerika Serikat dalam perkembangannya
juga merasa perlu untuk melakukan perluasan wilayah. Hal ini dapat dilihat saat
terjadi pepindahan penduduk ke barat yang dilakukan oleh orang-orang Amerika
Serikan pada awal abad 19. Perluasan wilayah ini menimbulkan
pembagian-pembagaian wilayah-wilayah lama dan pembentukan perbatasan-perbatasan
baru.
Pada bulan November 1823, Kabinet presiden Monroe mengadakan perdebatan
mengenai perlu tidaknya kebijaksaan luar negeri AS mengenai kawasan barat daya
(Nortwest) dan Oregon serta Amerika Latin diumumkan secara terbuka seperti
diinginkan oleh menlu Adams. Presiden Monroe memilih diumumkan secara terbuka.
Pada tanggal 2 Desember 1823 Presiden Monroe mengirimkan pesan pada Kongress
mengenai tiga prinsip politik luar negeri AS, yang terkenal dengan “Amerika to
The America”. Ini menjadi titik balik Ameika Serikat untuk mengadakan kolonial.
Dapat dibuktikan saat Kuba yang ingin merdeka dari Spayol tetapi, Amerika
Serikat menentang dengan mengusir Spayol dan akhirnya Amerika sendiri yang
melakukan penjajahan terhapat Kuba.
Pembahasan tentang imperialisme yang dilakukan Amerika Serikat sebagai
akibat dari Doktrin Monroe, hal ini menjadi sangat menarik untuk dibahas.
Makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang, Doktrin Monroe yang menjadi awal imperialisme
yang dilakukan Amerika Serikat.
Berdasarkan uraian pada
latar belakang di atas, permasalahn yang di angakat dalam makalah ini sebagai
berikut:
1.
Bagaimana munculnya latarbelakang
munculnya Doktrin Monroe Amerika Serikat?
2. Bagaimana
Doktrin Monroe menjadi
awal imperialisme Amerika Serikat ?
3. Keterlibatan Amerika pada Perang Dunia I dan
Perang Dunia II ?
Sejalan dengan rumusan
masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini diantaranya sebagai berkut:
1. Untuk
mengetahui latarbelakang munculnya Doktrin Monroe.
2.
Untuk mengetahui bagaimana Doktrin
Monroe menjadi awal imperialisme Amerika Serikat.
3. Keterlibatan
Amerika Pada Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
BAB II PEMBAHASAN
Pada
tahun 1821, Tsar Rusia yang bernama Alexander I, menyatakan bahwa semua kawasan
di bagian utara Amerika mulai dari garis 51 derajat dan sepanjang seratus mil
dari pantai ke kawasan Pasifik menjadi milik Rusia dan tertutup bagi
kepentingan non-Rusia. Tsar Rusia didesak oleh perusahaan gabungan
Rusia-Amerika untuk mengumumkan bahwa wilayah kekuasaan Rusia di Amerika Utara
yang memanjang dari Alaska ke pantai barat hingga ke San Fransisco adalah milik
Rusia.
Pengumuman
tersebut mendorong berkembangnya minat perdagangan dan perikanan di kawasan
tersebut. Sejak tahun 1796, orang-orang Amerika bukan Rusia, memonopoli
perdagangan kulit binatang di kawasan tersebut dan membentuk jaringan dagang
antara New England, Asia dan Pantai Barat Daya. Perdagangan tersebut
menghasilkan keuntungan yang sangat besar.
Untuk
menjawab pengumuman Tsar tersebut, Adams menemui pajabat Rusia pada tanggal 17
Juli 1823. Dalam pertemuan tersebut Adams menyatakan bahwa Amerika Serikat akan
menentang ambisi Rusia dalam mengklaim teritorial baru di Amerika. Amerika
Serikat juga akan tetap memegang prinsip bahwa benua Amerika tidak dapat
digunakan lagi untuk membangun wilayah koloni baru oleh bangsa Eropa. Sikap
tegas Adams bukan hanya ditujukan kepada Rusia tetapi juga terhadap Inggeris
yang masih menguasai kawasan barat daya, terutama Oregon.
Pada
musim panas 1823, menlu Inggris George Canning memanfaatkan sikap politik Adams
untuk kepentingan Inggeris. Canning menyatakan bahwa Inggeris dan Amerika
Serikat akan bergabung untuk menghadapi Perancis dan Spanyol yang akan
mengembangkan monarki seberang lautan di Amerika Latin. Ketika misi diplomatic
Canning
tiba, Adams sedang berlibur di Massacussetts. Presiden James Monroe meminta
negarawan lain, Jefferson dan Madison, untuk memberikan saran. Kedua negarawan
tersebut sepakat untuk bekerjasama dengan Inggeris. Namun demikian, ketika
kembali pada bulan November Adams meyakinkan Presiden Monroe bahwa kerjasama
Inggeris dan Amerika Serikat tidak akan menguntungkan secara politik bagi
kepentingan AS.
Menghadap
sikap tegas Adams, George Canning mengadakan perundingan rahasia dengan Duta
Besar Perancis di London, Prince de Polignac, akhir tahun 1823, untuk
memperoleh pemahaman bersama mengenai situasi di Amerika Latin. Dalam
perundingan tersebut diketahui bahwa Perancis sebenamya tidak berambisi untuk
membangun imperium kolonial di kawasan tersebut. Kabar sikap Perancis yang
diketahui oleh seorang menteri Amerika Serikat, Richard Rush, tersebut dikirim
ke Washington, tetapi terlambat datang. Kabar tersebut tidak mengubah pandangan
Adams mengenai kebijaksanaan Amerika Serikat terhadap ambisi Perancis, Inggeris
terhadap Amerika Latin.
Selama
bulan November 1823, Kabinet presiden Monroe mengadakan perdebatan mengenai
perlu tidaknya kebijaksaan luar negeri Amerika Serikat mengenai kawasan barat
daya (Nortwest) dan Oregon serta Amerika Latin diumumkan secara terbuka seperti
diinginkan oleh Menlu Adams. Presiden Monroe memilih diumumkan secara terbuka.
Pada
tanggal 2 Desember 1823 di hadapan Kongres, Presiden Monreo mengucamkan
mengenai tiga prinsip politik luar negeri AS, yaitu 1) “Berdasarkan keadaan
bebas dan merdeka yang telah mereka perjuangkan dan pelihara, benua Amerika sejak sekarang dan untuk selanjutnya
tidak bisa lagi digunakan sebagai daerah kolonisasi oleh negara-negara Eropa manapun,
2) Amerika Serikat tidak akan membiarkan adanya usaha negara-negara Eropa
tersebut memperluas pengaruhnya atas kawasan Amerika, dan 3) Amerika Serikat
tidak akan ikut campur dalam urusan dalam (internal concerns) negara-negara
Eropa. Tiga prinsip luar negeri AS tersebut terkenal dengan sebutan Doktrin
Monroe, yang terkenal dengan ungkapannya yaitu “Amerika to The American”.
Doktrin
Monroe merupakan stategi bagi Amerika Serikat untuk mencegah kolonisasi lebih
lanjut dari negara-negara Eropa atas benua Amerika. Namun doktrin ini menjadi
titik balik Amerika Serikat untuk megadakan kolonialisme terhadap
wilayah-wilayah yang ada di benua Amerika sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan
pernyataan Presiden Monroe sendiri, bahwa Amerika Serikat mengharapkan semua
penduduk benua Amerika, di utara dan selatan, untuk mengeksploitasi semua
potensi yang dimiliki oleh the New World (benua Amerika). Bagi Amerika Serikat
sendiri, doktrin tersebut akan memperkuat Perjanjian Transkontinental, serta
beberapa persetujuan lain seperti terbukanya Oregon bagi pemukim Amerika, serta
kesempatan ekonomi yang lebih luas bagi AS menyusul keberhasilan revolusi di
negara-negara Amerika latin.
Doktrin
Monroe memiliki dampak positif terhadap tantangan dari luar negeri. Rusia yang
sempat mengeklim wilayah, kemudian menanggalkan klaimnya atas wilayah Oregon
dan San Fransisco. Sebaliknya Amerika Serikat berjanji untuk mengatur kembali
hubungannya dengan penduduk New England di Canada. Dalam
jangka panjang konvensi tersebut memberikan kesempatan yang lebih luas kepada
pedagang-pedagang Amerika di sepanjang pantai barat, sebaliknya Rusia bisa
diusir dari Oregon yang kemudian dijadikan daerah eksplorasi oleh orang-orang
Inggeris dan Amerika.
2.2
Doktrin Monroe Menjadi Awal Imperialisme Amerika Serikat
Doktrin Monroe pada penerapannya kemudian
memunculkan adanya Pan Amerika. Pan Amerika merupakan keinginan Amerika Serikat
untuk menyatukan negara-negara di benua Amerika dalam satu naungan. Hal ini membuat
Amerika Serikat beranggapan bahwa ia harus dapat melindungi negara-negara yang
ada di benua Amerika. Akibatnya Amerika Serikat melakukan campur tangan pada
permasalahan yang ada di negara-negara di benua Amerika sendiri. Contohnya saat
Amerika Serikat ikut dalam kekisruhan yang ada di Kuba yang membuat Amerika
Serikat terlibat perang dengan Spanyol. Pecahnya perang ini memiliki 3 sumber dasar
: permusuhan besar terhadappemerintahan otokratik Spanyol di Kuba; simpati
Amerika Serikat terhadap perjuangan rakyat Kuba untuk memperoleh kemerdekaan;
dan semangat baru akan ketegasan nasional, yang sebagian penyebabnya dipicu
oleh pemberitaan yang nasionalis dan sensasional.
Perang
yang terjadi antara amerika Serikat dengan Spanyol berlangsung pada tahun 1898.
Spanyol yang saat itu menguasai Kuba yang terletak di selatan semenanjung
Florida, di mana perdagangan dengan Amerika Serikat terjalin ramai. Pada tahun
1895 amarah Kuba yang semakin besar terhadap tirani negara induk akhirnya
meledak dalam perang kemerdekaan.
Berlangsungnya
pemberontakan ini membuat Amerika Serikat merasakan kekhawatiran yang semakin
besar. Kebanyakan masyarakat Amerika Sendiri bersimpati kepada bangsa Kuba.
Tetapi, Presiden Cleveland bertekat untuk tetap mempertahankan kenetralannya.
Namun,
tiga tahun kemudian dalam masa pemerintahan McKinley kapal perang Amerika
Serikat yang bernama Maine dihancurkan waktu sedang di pelabuhan Havana dengan
jatuhnya 260 korbann meninggal dunia. Kejadian itu membuat Amerika Serikat
marah, meskipun pada awalnya McKinley masih mencoba mempertahankan kedamaian. Namun,
beberapa bulan kemudian, setelah yakin bahwa penangguhan yang ia lakukan
berbuah kesia-siaan, maka ia menyerukan campurtangan bersenjata.
Sikap yang ditunjukkan Amerika
Serikat dengan meminta pertanggung jawaban kepada pihak Spanyol ini menandakan
bahwa Amerika Serikat tidak menjalankan Doktrin Monroe, sebab bila Amerika
Serikat menjalankan Doktrin Monroenya maka ia harusnya tidak meminta pertanggungjawaban
kepada Spanyol atas insiden meledaknya kapal perang Amerika Serikat di
pelabuhan Havana. Amerika Serikat menjadikan momentum meledaknya kapal perang
Maine, untuk ikut campur dalam kekisruhan Spanyol dan Kuba yang berakibat
terjadinya perang dengan Spanyol. Ini juga merupakan tingakan Amerika Serikat
yang mnginginkan untuk melakukan Pan Amerika yang telah dicita-citakan oleh
pihak Amerika Serikat sendiri.
Perang
melawan Spanyol berlangsung cepat dan menentukan. Selama pertempuran yang
berlangsung empat bulan, tidak satu pun pihak Amerika Serikat menyalami
kekalahan yang berarti. Seminggu sesudah pernyataan perang dari Amerika Serika.
Komodor George Dewey yang pada saat itu berada di Hong Kong, dengan eskadronnya
yang terdiri dari enam kapal menuju ke Pilipina yang diperintahkan untuk
mencegah seluruh armada Spanyol yang berpangkalan di sana tidak beroprasi di perairan Amerika. Ia ters menghancurkan
armada Spanyol tanpa kehilangan satu nyawa orang Amerika sendiri.
Di
Kuba pada saat itu, setelah pasukan memenangkan serangkaian pertempuran
singkat, merreka menembaki pelabuhan dengan meriam. Empat kapal bersenjata
Spanyol berlayar keluar dari Teluk Santiago, dan beberapa jam kemudian mereka
telah menjadi puing-puing besi yang berserakan.
Ketika
terdengan kabar bahwa Santiago telah jatuh, dibunyikan peluit dan bendera
berkibar dari Boston sampai San Francisco. Surat-surat kabar mengirimkan
wartawannya ke Kuba dan Pilipina, yang kemudian menyebarkan berita
pahlawan-pahlawan bangsa yang baru. Tokoh yang utama di antara
pahlawan-pahlawan ialah, George Dewey yang tersohor di Manila dan Theodore
Roosevelt, yaitu pimpinan “Rough
Riders”, sebuah resiman kavaleri sukarela yang dikerahkannya untuk bertugas di
Kuba.
Spanyo
segera meminta damai dan melakukan perjanjian yang ditandatangani tanggal 10
Desember 1898, Kuba diserahkan pada Amerika Serikat guna diduduki untuk
sementara waktu menjelangg kemerdekaan pulau tersebut. Di samping itu Sponyol
menyerahkan Puerto Rico dan Guam sebagai rampasan perang, dan menyerahkan
Pilipina dengan harga $20juta.
Secara
resmi, kebijakan Amerika Serikat mendorong untuk daerah-daerah kekuasaan baru
untuk membentuk pemerintahan demokrasi sendiri, sistem politik yang belum
pernah mereka alami sebelumnya. Nyatanya, Amerika Serikat sendiri melakukanperan
kolonial. Mereka mempertahankan kendali administratif sebelumnyadi Puerto Rico
dan Guam, memberikan Kuba kemerdekaan yang sedikit, dan dengan kejam menekan gerakan
kemerdekaan bersenjata di Filipina. (Filipina memiliki hak untuk memilih kedua
badan legislatifnya pada 1916. Pada 1936, Pesemakmuran Filipina yang sangat
mandiri berhasil didirikan. Pada 1946, setelah Perang Dunia II, kepulauan itu
akhirnya berhasil memperoleh kemerdekaan penuh).
Kuba dinyatakan merdeka
sedangkan Puerto Rico, Filipina dan Guam di jadikan Koloni Amerika Serikat,
kemudian terbentuknya Republik Kuba dengan Thomas Estrada Palma sebagai
presiden pertama di Cuba (1902-1906)
Walaupun telah merdeka, rakyat Kuba
seolah-olah tidak merdeka karena :
a.
Amerika Serika ini mendektekan Amandemen
Plat atas Konstitusi Kuba.
Dalam amndemen ini pihak amerika memberikan hak untuk dapat mencampuri
urusan dalam Negeri dari negara kuba. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi
harta dan benda serta warga Amerika serikat yang ada di Kuba. Tentu saja hal
ini telah membuat pembatasan hak dari Kuba dalam meminta bantuan asing lainnya.
Sekaligus tidak dapat untuk mencegah keinginan dari Amerika untuk membangun
pangkalan angakatan lautnya di Kuba.
b.
Amerika Serikat masih tetap mempunyai basis
Angkatan laut di teluk Guantanamo (Kuba).
c.
Dalam bidang ekonimi juga masih di kuasahi
oleh Amerika Serikat
Kuba memperoleh
kemerdekaan simbolik pada saat tentara Amerika Serikat angkat kaki pada tahun
1902. Tetapi amerika Serikat masih tetap mempunyai hak melakukan intervensi
untuk menjaga tertip sipil. Amerika melakukannya selama tiga kali sebelum
melepas hak tersebut pada tahu 1934. Walaupun Kuba sudah merdeka penuh,
pengaruh ekonomi dan politik Amerika serikat sangat kuat sampai pada tahun
1859, yaitu ketika Fidel castro menggulngkan pemerintah yang berkuasa dan
membentuk rezim marxis yang sangat erat hubungannya dengan Uni Soviet.
Peurto Rico, pulau yang
terletak di sebelah timr Kuba bernasib sama dengan Kuba dan Filipina. Peurto
Rico ini menjadi daerah kolonisasi Amerika Serikat karena Amerika Serikat
menang dalam peperangan dengan Spanyol, awalnya wilayah Peurto Rico ini adalah
daerah kekuasaan Spanyol, tetapi sebagai ganti rugi dalam perang, maka Peurto
Rico menjadi milik AS. Pada tahun 1917 konggres Amerika memberi warga Peurto
Rico hak untuk memilih wakil Rahyat mereka. Tetapi undang-undang yang sama itu
menghasilkan nasib yang berbeda bagi pulau itu, karena menyertakan Peurto Rico
secara resmi adalah wilayah Amerika. Dan penting lagi rakyatnya menjadi warga
Amerika Serikat. Pada tahun 1950, konggres memberi Puerto Rico kebebasan penuh
untuk menentukan masa depannya. Dalam referendum pada tahun 1952, warga menolak
Puerto rico menjadi negara bagian ataupun mendapatkan kemerdekaan penuh sebagai
gantinya mereka memilih status warga persemakmuran. Banyak orang Puerto rico
asli yang sudah menetap di daratan Amerika Serikat dimana mereka medapatkan
akses bebas serta mendapat hak plitik an sipil seperti warga negara Amerika
lainnya.
Panama pernah menjadi bagian dari
colombia 1812 dan kemudia bagian dari Granada Baru 1832. I pernah menjadi
negara Otonom dari Konfederasi Granada 1852 dan juga bagian dari Negara
Colombia Serikat 1862. Dalam tahun 1851 dibangun jalur kereta api pertama, oleh
insinyur-insinyur Amerika Serikat. Dalam tahun 1878 sebuah mascapai Perancis
mendapat konsesi membangun sebuah terusan di semenanjung itu. Panama menyatakan
diri memerdekan diri dari Colombia (dengan dukungan Amerika Serikat) pada
tanggal 3 nopember 1903, dan Amerika Serikat mengakui kemerdekaan ini pada
tanggal 6 Nopember 1903.
Pada tanggal 18 nopember 1903
ditandatangani perjanjian Hay Banau Varilla antara Panama dan Amerika Serikat,
yang piagam ratifikasinya dipertukarkan pada akhir februairi 1904 dan karenanya
berlaku semenjak itu. Menurut perjanjian ini Panam menyewa-gunakan untuk
selama-lamanya kepada Amerika Serikat, tanah seluas 1432 Km2 dimana akan
dibangun sebuah terusan melintasi semenanjung Panama (kemudian dikenal dengan
nama Terusan Panama) dengan suatu pembayaran US 10 JUTA dollar sekaligus, dan
US 250.000 Dollar uang sewa setiap tahunnya dalam bentuk uang emas. Sebaliknya
Amerika Serikat mempunyai hak untuk
“menggunakan, menduduki dan mengontrol disertai hak, kekuasaan dan
wewenang penuh di wilayah ini... “
Dalam perjanjian disebutkan pula
bahwa Terusan Panama mempunyai sifat yang netral secara permanen, bahwa apabila
dipandang perlu Amerika Serikat dapat membangun bangunan-bangunan untuk
pertahanan Terusan”bahwa Amerika Serikat harus menghormati kedalautan Panama
tetapi juga diberikan han intervensi kepada maslah-masalah dalam negeri Panam.
Setelah Terusan selesai, dibuka sementara sejak tanggal 15 agustus 1914 dan
secara resmi pada tanggal 12 juli 1920. Segera setelah dibuka timbullah
persoalan “sejauh mana sebenarnya yuridiksi yang diberikan Panama kepada
Amerika Serikat?”. Soal-solal lain yang kemudian timbul antara lain : dengan
adanya inflasi apakah sewa tahunan dapat dibayar dengan uang kertas : bagaimana
penyelesaian maslah perdangan melalui Terusan, masalah bea-cukai, masalah buruh
yang bekerja. Itulah sebabnya mengapa perjanjian ini mengalami banyak perubahan
dalam tahun 1926, 1936, 1955. Berulang kali timbul pemogokam, insiden dan
persengketaan politik akibat Perjanjian diatas.
Pada tanggal 3 nopember dan 28
nopember1959 terjadi insiden bendera dimana segolongan rakyat memasuki wilayah Terusan untuk
mengibarkan bendera Panama, tetapi diusir oleh pengawal Amerika Serikat.
Setelah insiden ini, kemudian baik bendera Amerika Serikat dan Panama
dikibarkan berdampingan.Denagn hak intervensi itupun Amerika Serikat sering
menjalankan intervensi terhadap maslah dalam negeri Panama. Disamping itu,
pasukan Amerika Serikat di Terusan ini makin bertambah banyak.
Perundingan-perundingan terus
dilakukan untuk penyelesaian masalah teusiani ini. Thaun 1967 terdapat
perjanjian dimana Amerika Serikat bersedia melepaskan kedaulatan atas Panama.
Namun belum diratifikasi perjanjian tersebut sudah terjadi perubahan pemimpin
baru dibawah presiden Dr. Arnulfo Arias 1968. Sementara itu makin tahun rakyat
Panama dan pemerintah Pnama tidak puas terhada Amerika Serikat yang tidak
sungguh untuk menyelesaikan Terusan ini. Maka timbullah pergolakan dari
masyarakat. Dalam tahun 1974 dimulai lagi perjanjian baru antara Menteri Luar
Negeri H.A.Kissinger dan Menteri Luar
Negeri Panama, Juan Antonio Tack. Masih banyak perbedaan pendapat yamng masih
kontras mengenai waktu berakhirnya penguasaan erusan Panama oleh Amerika
Serikat (Amerika Serikat ingin berkuasa hingga sekitar tahun 2000, sedang
Panama ingin segera menguasai Terusan ini).
Selain alasan politis juga
kepentingan-kepentingan ekonomis mendorong mereka berbuat demikian. Pada umunya
negara-negara Amerika Tengah berada dalam tingkat perkembangan ekonomi yang
sama. Mereka masih menitikberatkan sistem perekonomian pada sistem kolonial
dengan mengutamakan ekspor dari produksi pertanian dan perkebunan, yang
karenanya rawan terhadap konyutngur dunia. Mereka tidak kaya dalan bahan
tambang, bila ada itupun belum dieksploitasidengan baik. Industri masih dalam
tingkat pendasaran. Juga mereka sangat terkena akibat krisis energi. Itulah
sebabnya mengapa adanya Central American
Common Market (CACM) sangat membantu mereka dalam mencapai tujuan ekonomi
bersama.
Setelah Perang Dunia II, rakyat
Panama mulai menuntut hak pengelolaan dan selain itu memprotes kehadiran
militer AS yang semakin hari semakin bertambah banyak. Akhirnya pada 7
September 1977, Presiden AS, Jimmy Carter dan Presiden Panama, Omar Torrijos
menandatangani sebuah kesepakatan yang mengizinkan Panama mengelola sendiri
terusan itu namun tetap menjamin netralitas kawasan (Neutrality Treaty) dan AS
diizinkan untuk kembali kapan saja. Akan tetapi, kesepakatan ini dikecam oleh
sebagian besar rakyat AS. Selanjutnya, pada 31 Desember 1999, pengelolaan
terusan diserahkan sepenuhnya ke Panama melalui Otoritas Terusan Panama/Panama
Canal Authority (ACP).
2.3
Keterlibatan Amerika Pada Perang Dunia I dan
Perang Dunia II
Pada tahun 1914, pecahnya perang di
Eropa awalnya tidak melibatkan Amerika Serikat. Selama 1915, industri Amerika yang
sedang mengalami masa depresi ringan, mulai membaik karena adanya permintaan
peralatan perang dari Sekutu di Barat. Kedua pihak yang berseteru di Eropa menggunakan
propaganda untuk menyulut semangat rakyat Amerika yang sepertiganya adalah
warga negara asing atau lahir dari orang tua berkewarganegaraan asing. Selain
itu, Inggris dan Jerman menghadang kapal Amerika di laut lepas, menimbulkan
protes keras dari Presiden Woodrow Wilson. Sebagai penguasa lautan, Inggris menghentikan
dan memeriksa kapal induk Amerika, mengambil alih “barang selundupan” untuk
pihak Jerman. Jerman mengerahkan senjata lautnya yang terbesar, yaitu kapal selam,
untuk menenggelamkan kapal yang berlayar ke Inggris atau ke Perancis.
Presiden Wilson memperingatkan bahwa Amerika tidak
akan meninggalkan Doktrin Monrue yang ingin tetap bersikap netral dan hanya
ingin berdagang senjata dengan negara yang gemar berperang. Ia juga mengumumkan
bahwa negerinya akan menuntut “pertanggungjawaban penuh” pihak Jerman atas
kerugian armada laut dan rakyat Amerika yang menjadi korban. Pada 7 Mei 1915,
kapal selam Jerman menenggelamkan kapal pesiar Inggris, Lusitania, menewaskan 1.198
orang, 128 orang di antaranya orang Amerika. mencerminkan kemarahan rakyat
Amerika, Presiden Wilson mendesak agar penyerangan terhadap angkutan laut dan
kapal dagang Amerika segera dihentikan.
Presiden Wilson mengeluarkan ultimatum yang
mengancam akan memutuskan hubungan diplomatik mereka kecuali, Jerman mengakhiri
serangan bawah lautnya. Presiden Wilson kembali terpilih pada 1916, sebagian
karena slogannya yaitu “Dia menjauhkan kita dari peperangan.” Merasa mengemban
tugas untuk bertindak sebagai pendamai, dia berpidato di hadapan Senat Amerika,
pada 22 Januari 1917, mendesak negara yang sedang berperang untuk menerima “perdamaian
tanpa kemenangan”.
Akan tetapi, pada 31 Januari 1917, pemerintah Jerman
mulai menjalani perang terbuka di dasar laut. Setelah lima armada laut Amerika
tenggelam pada 2 April 1917 Presiden Wilson meminta persetujuan untuk
mendeklarasikan perang. Kongres segera menyetujuinya. Pemerintah bergerak cepat
dalam mengerahkan sumber daya militer, industri, tenaga dan hasil pertanian
untuk persiapan perang. Selama Oktober 1918, pada malam sebelum kemenangan
pihak Sekutu, lebih dari 1.750.000 tentara Amerika telah tersebar di Perancis.
Pada musim panas 1918, tentara Amerika yang baru
tiba di bawah pimpinan Jendral J. Pershing memainkan peranan penting dalam menghentikan
serangan terakhir dari Jerman. Pada musim gugur tahun itu, tentara Amerika
merupakan tokoh kunci dalam serangan di Meuse Argonne, yang berhasil menembus Garis
Hindenburg Jerman yang dibanggakan itu. Presiden Wilson berkontribusi besar
dalam mengakhiri perang secara lebih cepat dengan mendefinisikan tujuan perang
Amerika yang menyatakan perjuangan ini bukan untuk memerangi rakyat Jerman melainkan
terhadap pemerintahan otoriter mereka. Empat Belas Poinnya yang diajukan ke
Senat menuntut, diakhirinya perjanjian internasional rahasia, kebebasan laut, perdagangan
bebas antarnegara, pengurangan persenjataan negara, penyesuaian klaim kolonial
agar lebih memihak kepentingan penduduk asli, pemerintahan otonomi bagi bangsa
Eropa yang tertindas, dan yang penting, mendirikan Liga Bangsa-Bangsa yang
dapat “menjamin kebebasan berpolitik dan menjaga integritas teritorial baik
negara besar maupun kecil secara adil”. Pada Oktober 1918, karena menghadapi
sejumlah kekalahan, pemerintah Jerman mengajukan permohonan bernegosiasi dengn Wilson
dengan dasar Empat Belas Poin tersebut. Setelah sebulan bernegosiasi secara
tertutup yang akhirnya tidak memberikan jaminan pasti bagi Jerman, gencatan
senjata (resminya gencatan senjata, tapi sebenarnya menyerah) pun diputuskan pada
11 November. Hasil keputusan Perjanjian Versailles pada tahun 1919 yang yang
mengakhiri pepeangan terlampau berat bagi Jerman.
Pada tahun 1931 pergolakan dunia terjadi kembali,
saat Jepang sudah menyerang Manchuria, menghancurkan perlawanan Cina, dan
mendirikan negeri boneka Manchukuo. Italia, di bawah pimpinan Benito Mussolini,
memperluas batas negara hingga Libya dan pada 1935 me-ngalahkan Etiopia.
Jerman, di bawah pimpinan Adolf Hitler, mempersiapkan perekonomian yang
mendukung perang dan kembali menduduki Rhineland
(yang didemilitarisasi melalui perjanjian Versailles setelah Perang Dunia I)
pada 1936. Kemenangan Nazi atas Polandia pada 1939 dan pecahnya Perang Dunia
II,
Pada Perang
Dunia II, Amerika Serikat sebenarnya awalnya juga bersikap netral, hal ini
dapat dilihat UU Kenetralan yang diberlakukan secara bertahap dari 1935 hingga
1937, melarang keras penjualan senjata kepada semua negara yang berperang,
mewajibkan pembayaran tunai untuk komoditas lain, dan melarang kapal dagang
berbendera Amerika mengangkut barang tersebut. Tujuannya adalah menghindari
keterlibatan Amerika dalam perang orang lain, apa pun konsekuensinya.
Sementara hampir segenap rakyat Amerika mengikuti
perkembangan perang Eropa dengan cemas, ketegangan yang semakin kuat terjadi di
Asia. Mengambil keuntungan dari kesempatan untuk memperkuat posisi strateginya,
Jepang dengan berani mengumumkan “tatanan baru” di mana melalui pengumuman ini Jepang
menyatakan dirinya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di seluruh kawasan
Samudera Pasifik. Manakala berperang melawan Nazi, Inggris tak mampu bertahan
hingga meninggalkan daerah kekuasaannya
di Shanghai dan untuk sementara menutup rute pasokan Cina dari Birma. Pada musim panas 1940, Jepang
memenangkan kesepakatan dari pemerintah Vichy Perancis yang lemah untuk
menggunakan landasan terbang di Indocina utara. September itu Jepang secara formal
bergabung dengan Poros Roma- Berlin. Amerika menentang dengan mengembargo
ekspor besi tua ke Jepang.
Pada Juli 1941 Jepang menduduki Indocina Selatan,
pertanda kemungkinan pergerakan ke selatan untuk merebut minyak bumi, timah, dan
karet dari Malaysia jajahan Inggris dan Hindia Timur jajahan Belanda.
Menanggapi hal ini, Amerika membekukan aset Jepang di Amerika dan memulai
embargo satu-satunya komoditas yang paling dibutuhkan Jepang di antarasemua
komoditas yang ada yaitu minyak bumi.
Jendral Hideki Tojo menjadi Perdana Menteri Jepang
pada Oktober tahun itu. Pada pertengahan November, dia mengirim utusan diplomatik
ke Amerika untuk bertemu dengan menteri luar negeri Cordell Hull. Dari sekian
hal yang dibahas, Jepang menuntut Amerika menyerahkan aset Jepang di Amerika dan
menghentikan ekspansi angkatan laut Amerika di Samudera Pasifik. Cordell Hull
membalasnya dengan usulan agar Jepang menarik diri dari semua daerah kekuasaan
yang direbutnya. Penolakan yang sangat cepat dari pihak Jepang pada 1 Desember
membuat pembahasan ini menemui jalan buntu.
Pada pagi hari 7 Desember, pesawat induk Jepang
melancarkan serangan mendadak dan menghancurkan pangkalan militer Amerika di
Pearl Harbor, Hawai. Dua puluh satu kapal laut hancur atau rusak; 323 pesawat
hancur atau rusak; 2.388 tentara, pelaut, dan warga sipil terbunuh. Akan
tetapi, pesawat tempur Amerika yang akan memainkan peran sangat menentukan dalam
perang di Samudera Pasifik di kemudian hari sedang berada di laut dan tidak
berlabuh di Pearl Harbor. Dalam semalam, opini rakyat Amerika yang masih
terbagi menyangkut perang di Eropa berubah menjadi suara bulat akibat kejadian
yang disebut Presiden Roosevelt dengan “hari yang selamanya akan dikenang
akibat kekejian.” Pada 8 Desember, Kongres mengumumka perang terhadap Jepang. Tiga
hari kemudian Jerman dan Italia mengumumkan perang terhadap Amerika.
Akibat insiden Pearl Harbor dan ketakutan akan
spionase dari warga keturunan Asia, rakyat Amerika juga mengambil tindakan yang
kelak diakui sebagai aksi non toleransi dengan pengasingan warga Amerika
keturunan Jepang. Pada Februari 1942, hampir 120.000 warga Amerika keturunan
Jepang di California dipindahkan dari rumahnya dan diasingkan ke balik pagar
kawat berduri di 10 tempat penampungan sementara yang menyedihkan, kemudian
dipindahkan ke “pusat relokasi” di luar sejumlah kota Southwestern yang
terpencil.
Segera setelah Amerika terlibat perang, Amerika,
Inggris, dan Rusia (berperang melawan Jerman sejak 22 Juni 1941) memutuskan
bahwa pengerahan tenaga militer utama mereka akan dipusatkan di Eropa. Pada
7 November itu, pasukan bersenjata Amerika dan Inggris mendarat di Afrika Utara
jajahan Perancis. Terjepit pasukan yang merangsek dari timur dan barat, pasukan
Jerman mundur dan, setelah melakukan perlawanan kuat, menyerah pada Mei 1943.
Tahun 1942 juga menjadi saat yang menentukan bagi pasukan garis depan di Timur.
Walau menderita kekalahan besar, Rusia berhasil menghentikan agresi Nazi di gerbang
kota Leningrad dan Moskow. Pada musim dingin 1942-43, pasukan Rusia mengalahkan
Jerman di Stalingrad (Volgograd) lalu memulai agresi jangka panjang yang akan
membawa mereka ke Berlin pada 1945.
Pada Juli 1943, tentara Inggris dan Amerika
menginvasi Sisilia dan menguasai pulau itu dalam satu bulan. Selama itu, Benito
Mussolini terguling dari tampuk kekuasaannya di Italia. Pengganti Mussolini
mulai bernegosiasi dengan Sekutu danmenyerah dengan seketika invasi kepulau
utama Italia pada September. Akan tetapi saat itu pasukan Jerman sudah
menguasai pulau-pulau kecil Italia. Pertempuran melawan pasukan Nazi di Italia
berlangsung getir dan lama. Roma baru bebas pada 4 Juni 1944. Sekutu perlahan
bergerak ke utara, membangu landasan terbang, dan dari sana mereka melakukan
serangan udara yang menghancurkan jalur kereta api, pabrik, dan gudang senjata
di Jerman Selatan dan Eropa Tengah, termasuk instalasi minyak bumi di Ploesti,
Romania.
Pada akhir 1943, setelah perdebatan strategi yang
sengit, Sekutu memutuskan untuk membuka garis depan di Perancis dalam rangka menggiring
pasukan Jerman sehingga perhatiannya teralihkan dari pasukan Sekutu yang lebih
besar yang datang dari Rusia. J enderal Amerika, Dwight D. Eisenhower, ditunjuk
sebagai komandan tertinggi pasukan Sekutu di Eropa. Setelah persiapan matang, pada
6 Juni 1944, pasukan Amerika, Inggris, dan Kanada, dilindungi angkatan udara
yang lebih heba dan banyak, mendarat di lima pantai di Normandy. Dengan
didirikannya pangkalan pantai setelah pertarungan yang sengit, lebih banyak
lagi tentara yang dikirim ke sana, memaksa mundur Jerman setelah serangkaian
pertempuran berdarah. Pada 25 Agustus Paris dibebaskan.
Serangan Sekutu terhenti pada musim gugur, tertunda
di Belgia timur pada musim dingin, tapi pada Maret, Amerika dan Inggris
menyeberangi sungai Rhine sementara Rusia menyerang maju dengan perkasa dari
Belgia timur. Pada 7 Mei, Jerman menyerah tanpa syarat pada Sekutu.
Jepang memaksa pasukan Amerika menyerah di Filipina
pada awal 1942, tapi membalas kekalahannya pada bulan berikutnya. Jendral James
“Jimmy” Doolittle memimpin pasukan pengebom dalam serangan mendadak ke Tokyo
pada April. Tetapi tidak menghasilkan dampak nyata, tapi secara psikologis
menyulut semangat yang berkobar-kobar dalam pasukan Amerika.
Pada Mei, dalam Pertempuran di Laur Koral yang
merupakan pertarungan laut pertama dalam sejarah di mana semua serangan
dilakukan oleh pesawat yang berlabuh di (kapal induk) armada angkatan laut
Jepang yang dikirim untuk menyerang daerah selatan Papua Nugini dan Australia
dipukul mundur oleh tentara Amerika dalam pertempuran jarak dekat. Beberapa
minggu kemudian, Pertempuran Laut di Midway di tengah Samudera Pasifik
menghasilkan kekalahan besar pertama angkatan laut Jepang, yang kehilangan
empat kapal kapal induknya. Midway menjadi titik balik dalam mengakhiri langkah
maju Jepang di tengah Samudera Pasifik.
Pertempuran lain juga berkontribusi dalam
keberhasilan pasukan Sekutu. Pertempuran di darat dan laut selama enam bulan
untuk membebaskan pulau Guadalcanal (Agustus 1942–Februari 1943) menjadi
kemenangan besar pertama di daratan di Samudera Pasifik. Selama lebih dari dua tahun setelahnya, pasukan Amerika
dan Australia berjuang keutara dari Pasifik Selatan, dan ke barat dari Pasifik
Tengah, merebut kepulauan Salomon, Gilbert, Marshals, dan Marianas dalam
rangkaian serangan amfibi.
Pada Juni 1944, pertempuran di Selat Filipina
menghancurkan angkatan udara Jepang dengan telak, mengakibatkan pengunduran
diri Perdana Menteri Jepang, Tojo. Jenderal Douglas MacArthur yang dengan
enggan meninggalkan Filipina dua tahun sebelumnya untuk melarikan diri dari
kejaran pasukan Jepang kembali ke Filipina pada Oktober. Pertempuran Teluk Leyte,
pertempuran angkatan laut terbesar yang pernah dilangsungkan, menjadi kekalahan
angkatan laut Jepang yang paling menentukan. Pada Februari 1945, pasukan
Amerika berhasil merebut Manila. Selanjutnya Amerika memusatkan perhatian ke
pulau Iwo dan Jima yang strategis di kepulauan Bonin, di tengah-tengah antara
kepulauan Mariana dan Jepang. Pasukan Jepang, yang terlatih untuk berperang
sampai mati bagi Kaisar, memanfaatkan medan gua dan berbatu yang mematikan.
Pasukan Amerika merebut pulau itu pada pertengahan Maret, tapi disertai dengan
gugurnya sekitar 6.000 pelaut Amerika. Hampir semua pasukan pertahanan Jepang musnah.
Saat itu dari Amerika menyerang kapal dan landasan terbang Jepang dari udara,
dan gelombang demi gelombang serangan bom meluluhlantakkan kota-kota di Jepang.
Di Okinawa (1 April–21 Juni 1945), Amerika
menghadapi perlawanan yang lebih mengerikan. Karena sedikit sekali tentara
Jepang yang bersedia menyerah, pasukan Amerika dipaksa terlibat dalam perang pembasmian massal. Gelombang
pesawat bunuh diri atau Kamikaze menggempur armada angkatan laut Sekutu yang
sedang berlabuh, menyebabkan kehancuran yang lebih besar dibanding peristiwa di
Teluk Leyte. Jepang kehilangan 90-100 ribu pasukannya dan kemungkinan warga
Okinawa dalam jumlah yang sama besar. Lebih dari 11.000 tentara gugur dan
hampir 34.000 orang terluka di pihak Amerika. Kebanyakan orang Amerika
menganggap pertempuran ini sebagai prapandang apa yang akan mereka hadapi dalam
rencana invasi ke Jepang.
Pemimpin Amerika, Inggris, dan Rusia bertemu di
Potsdam, kota kecil di luar Berlin, mulai 17 Juli sampai 2 Agustus 1945, untuk membahas
strategi melawan Jepang, penyelesaian perjanjian perdamaiandi Eropa, dan
kebijakan bagi masa depan Jerman. Mungkin sebagai indikasi berakhirnya
persekutuan ini, mereka tak punya masalah dengan masalah prinsip yang samar
atau masalah praktis tentang pendudukan militer, tapi tidak menghasilkan kesepakatan
dalam banyak hal penting, termasuk pampasan perang.
Sehari sebelum konferensi Postdam dimulai, ilmuwan
nuklir Amerika yang terlibat dalam Proyek Manhattan yang rahasia meledakkan bom
atom di dekat Alamogordo, New Mexico. Tes ini merupakan kulminasi penelitian
intensif selama tiga tahun di laboratorium yang tersebar di seluruh negeri.
Proyek ini berada di belakang Deklarasi Postdam, dan diumumkan pada 26 Juli
oleh Amerika dan Inggris, yang berjanji Jepang takkan dihancurkan dan direnggut
kemerdekaannya jika menyerah. Akan tetapi, jika melanjutkan peperangan, Jepang
akan menghadapi “kehancuran seketika dan menyeluruh.” Presiden Truman, memperkirakan
bom atom bisa digunakan agar Jepang lebih cepat menyerah dan menimbulkan korban
yang lebih sedikit dibanding penyerbuan ke daratan, memerintahkan agar bom
tersebut digunakan jika Jepang belum menyerah pada 3 Agustus.
Komite tentara Amerika, pejabat politik, dan ilmuwan
telah mempertimbangkan pertanyaan menyangkut target senjata baru ini. Menteri Perang
Henry L. Stimson berhasil berargumen bahwa Kyoto, ibu kota Jepang kuno dan
tempat tersimpannya harta nasional serta keagamaan, harus dicoret dari daftar.
Hiroshima, pusat industri perang dan operasi militer, menjadi tujuan pertama mereka.
Pada 6 Agustus, pesawat Amerika, Enola Gay, menjatuhkan bom atom di
Hiroshima. Pada 9 Agustus, bom atom kedua dijatuhkan, kali ini di Nagasaki. Bom
menghancurkan sebagian besar kota-kota itu, juga menimbulkan korban jiwa yang
luar biasa besar. Pada 8 Agustus, Rusia mendeklarasikan perang dengan Jepang
dan menyerang pasukan Jepang di Manchuria. Pada 14 Agustus, Jepang menyetujui
ketentuan yang ditetapkan di Potsdam. Pada 2 September 1945, Jepang secara
resmi menyerah. Rakyat Amerika lega bom itu bisa mempercepat berakhirnya
perang. Mereka baru menyadari akibat sesungguhnya kehebatan daya hancur senjata
nuklir itu di kemudian hari.
BAB III PENUTUP
3.1
Simpulan
Pada
tanggal 2 Desember 1823 di hadapan Kongres, Presiden Monreo mengucamkan
mengenai tiga prinsip politik luar negeri AS, yaitu 1) “Berdasarkan keadaan
bebas dan merdeka yang telah mereka perjuangkan dan pelihara, benua Amerika sejak sekarang dan untuk selanjutnya
tidak bisa lagi digunakan sebagai daerah kolonisasi oleh negara-negara Eropa
manapun, 2) Amerika Serikat tidak akan membiarkan adanya usaha negara-negara
Eropa tersebut memperluas pengaruhnya atas kawasan Amerika, dan 3) Amerika
Serikat tidak akan ikut campur dalam urusan dalam (internal concerns)
negara-negara Eropa. Tiga prinsip luar negeri AS tersebut terkenal dengan
sebutan Doktrin Monroe, yang terkenal dengan ungkapannya yaitu “Amerika to The
American”.
Doktrin
Monroe merupakan stategi bagi Amerika Serikat untuk mencegah kolonisasi lebih
lanjut dari negara-negara Eropa atas benua Amerika. Namun doktrin ini menjadi
titik balik Amerika Serikat untuk megadakan kolonialisme terhadap
wilayah-wilayah yang ada di benua Amerika sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan
pernyataan Presiden Monroe sendiri, bahwa Amerika Serikat mengharapkan semua
penduduk benua Amerika, di utara dan selatan, untuk mengeksploitasi semua
potensi yang dimiliki oleh the New World (benua Amerika). Bagi Amerika Serikat
sendiri, doktrin tersebut akan memperkuat Perjanjian Transkontinental, serta
beberapa persetujuan lain seperti terbukanya Oregon bagi pemukim Amerika, serta
kesempatan ekonomi yang lebih luas bagi AS menyusul keberhasilan revolusi di
negara-negara Amerika latin.
Doktrin
Monroe memiliki dampak positif terhadap tantangan dari luar negeri. Rusia yang
sempat mengeklim wilayah, kemudian menanggalkan klaimnya atas wilayah Oregon
dan San Fransisco. Sebaliknya Amerika Serikat berjanji untuk mengatur kembali
hubungannya dengan penduduk New England di Canada. Dalam
jangka panjang konvensi tersebut memberikan kesempatan yang lebih luas kepada
pedagang-pedagang Amerika di sepanjang pantai barat, sebaliknya Rusia bisa
diusir dari Oregon yang kemudian dijadikan daerah eksplorasi oleh orang-orang
Inggeris dan Amerika.
Doktrin Monroe pada penerapannya kemudian
memunculkan adanya Pan Amerika. Pan Amerika merupakan keinginan Amerika Serikat
untuk menyatukan negara-negara di benua Amerika dalam satu naungan. Hal ini
membuat Amerika Serikat beranggapan bahwa ia harus dapat melindungi
negara-negara yang ada di benua Amerika. Akibatnya Amerika Serikat melakukan campur
tangan pada permasalahan yang ada di negara-negara di benua Amerika sendiri.
Contohnya saat Amerika Serikat ikut dalam kekisruhan yang ada di Kuba yang
membuat Amerika Serikat terlibat perang dengan Spanyol. Pecahnya perang ini
memiliki 3 sumber dasar yaitu permusuhan besar terhadappemerintahan otokratik
Spanyol di Kuba, simpati Amerika Serikat terhadap perjuangan rakyat Kuba untuk
memperoleh kemerdekaan; dan semangat baru akan ketegasan nasional, yang
sebagian penyebabnya dipicu oleh pemberitaan yang nasionalis dan sensasional.
Perang antara Amerika Serikat dan Spanyol
dimenangkan oleh Amerika Serikat. Akhirnya Spanyo segera meminta damai dan
melakukan perjanjian yang ditandatangani tanggal 10 Desember 1898, Kuba
diserahkan pada Amerika Serikat guna diduduki untuk sementara waktu menjelangg
kemerdekaan pulau tersebut. Di samping itu Sponyol menyerahkan Puerto Rico dan
Guam sebagai rampasan perang, dan menyerahkan Pilipina dengan harga $20juta.
Hingga daerah-daerah itu menjadi jajahan Amerika Serikat.
Pada tahun 1914, pecahnya perang di Eropa(PDI)
awalnya tidak melibatkan Amerika Serikat. Kedua pihak yang berseteru di Eropa
menggunakan propaganda untuk menyulut semangat rakyat Amerika yang sepertiganya
adalah warga negara asing atau lahir dari orang tua berkewarganegaraan asing.
Selain itu, Inggris dan Jerman menghadang kapal Amerika di laut lepas,
menimbulkan protes keras dari Presiden Woodrow Wilson. Pada
7 Mei 1915, kapal selam Jerman menenggelamkan kapal pesiar Inggris, Lusitania,
menewaskan 1.198 orang, 128 orang di antaranya orang Amerika. Kemarahan rakyat
Amerika pun memuncak akhirnya Amerika ikut dalam PDI.
Sedangkan dalam PDII Amerika Serikat juga awalnya
bersikap netral dan tidak ingin ikut dalam pertempuran yang terjadi di Eropa
ini. Tetapi saat Amerika Serikat mencoba untuk menghalang-halangi jepang yang
ingin menguasai wilayah Asia Pasifik dengan Amerika menentang dengan
mengembargo ekspor besi tua ke Jepang. Namun pada pagi hari 7 Desember, pesawat
induk Jepang melancarkan serangan mendadak dan menghancurkan pangkalan militer
Amerika di Pearl Harbor, Hawai. Akibat kejadian ini mambuat rakyat Amerika yang
awalnya tidak ingin terlibat dalam pertempuran kemudian memiliki suara bulat
untuk ikut dalam PDII
DAFTAR PUSTAKA
Gray,
Wood dan Richard Hofstadter. Garis Besar
Sejarah Amerika.
Sundoro, Mohamad Hadi. 2012. Sejatah Amerika Serikat. Jember: Jember University
Press.
Dermawan, Dwi. 2012. Sejarah Amerika
Serikat. Tersedia di : http:// SejarahAmerikaSerikat.com (diakses tanggal 4 April 2014)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda