Kamis, 18 Desember 2014

PAHAM SOSIALISME DAN PAHAM KOMUNISME





PAHAM SOSIALISME DAN PAHAM KOMUNISME

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Intelektual
Dosen Pengampu Dr. Suranto M.Pd


Tugas Individu
( Paper )


Oleh:
EUIS SUNDANI
120210302050



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014
PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN PAHAM SOSIALISME
Secara etimologis, sosialisme berasal dari bahasa Latin “SOCIUS” yang berarti sahabat atau teman. Istilah ini merupakan suatu prinsip pengendalian harta dan produksi serta kekayaan oleh kelompok. Sosialisme juga mendasarkan diri pada cita-cita sosial bahwa kekayaan di dunia ini milik bersama, dan pemilikan secara bersama lebih baik daripada pemilikan secara perseorangan, dan keadaan masyarakat dimana hak milik pribadi atas alat-alat produksi telah dihapuskan.
Pengertian tetang sosialisme dari beberapa ahli dapat diliht dibawah ini :
Ø  Gerald Braunthal mendifinisikan sosialisme sebagai suatu teori ekonomi dan politik yang menekankan pentingnya peranan Komusial dan Pemerintah dalam menguasai alat-alat produksi dan distribusi barang.
Ø  Keneth J. Arrow dalam Budiharjo (1984) menyatakan bahwa sosialisme adalah suatu system ekonomi dimana sebagian besar keputusan ekonomi diambil dalam satuan yang dikuasai berbagai bagian struktur negara atau para pekerja.
Ø  Teuku May Rudy (1993) menyatakan bahwa sosialisme adalah paham yang beranggapan bahwa kepentingan bersama atau kepentingan umum harus diutamakan dari kepentingan individu.
Ø  Sutan Syahrir dalam Anwar (1966) menyatakan bahwa sosialisme adalah suatu ajaran dan gerakan untuk mencari keadilan di dalam kehidupan kemanusiaan.
Ø  Ir.Sukarno (1963) menyatakan sosialisme adalah bukan saja merupkan suatu system msyarakat, sosialisme juga suatu tuntutan perjuangan, yakni kemakmuran bersama.
Dilihat dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian sosialisme adalah suatu paham  yang didalamnya menghedaki untuk slalu mengutamakan kepentingan bersama agar terwujud kemakmuran.
Latar belakang munculnya sosialisme:
            Sosialisme mengandung unsur protes terhadap ketimpangan sosial, bahwa sosialisme itu sudah ada sejak peradaban Romawi . Istilah sosialisme baru muncul pertama kali dan dipakai pada 1827 dalam majalah perkoperasian oleh Robert Owen.  Awal kemunculan sosialisme abad ke 19 dinamakan sosialisme utopis yaitu sosialisme yang didasarkan pandangan kemanusiaan
(humanitarianisme) dan meyakini kesempurnaan watak manusia. Penganut faham ini bercita-cita menciptakan masyarakat sosialis dengan jalan damai tanpa kekerasan atau revolusi.
Saat paham Kapitalisme berkembang pesat setelah terjadinya revolusi industry pada abad XVIII di mana dengan revolusi industri produksi barang dilakukan dengan mudah dan murah. Akibatnya terjadi akumulasi modalpada pihak tertentu sehingga memungkinkan pengembangan industri lebih lanjut. Perkembangan kapitalisme menciptakan polarisasi masyarakat yakni golongan majikan dan buruh, atau golongan borjuis dan proletar.
Keadaan ini menggugah hati setiap orang seperti Robert Owen di Inggris (1771-1858), Saint Simon (1760-1825), Fourier (1772-1837) di Perancis untuk memperbaikinya. Mereka terdorong oleh rasa kemanusiaan, akan tetapi tanpa disertai tindakan dan konsepsi yang nyata mengenai tujuan dan strategi dalam memperbaiki sehingga teori-teori mereka dikenal dengan angan-angan belaka. Karena itu mereka disebut sosialisme utopi (Utopi: dunia khayal)
Karl Marx banyak mengecam keadaan ekonomi dan sosial di sekelilingnya, ia berpendapat bahwa masyarakat tidak dapat diperbaiki secara tambal sulam tetapi dengan cara yang radikal melalui pendobrakan sendi-sendinya. Untuk itu ia menyusun teori sosial yang didasari hukumhukum ilmiah yang dapat dilaksanakan. Untuk membedakan ajarannya dengan Sosialisme Utopis, maka ajaranya dinamakan sosialisme ilmiah (Scientific Socialisme).
Sosialisme Ilmiah (Socialism Scientific) merupakan pemikiran yang melawanan segala bentuk utopia idealistik atau bentuk perlawanan terhadap idealisme positif. Pemahaman Marx terhadap ketimpangan sosial berubah setelah ia menyaksikan revolusi Inggris dan Perancis yang menghantarkanya pada kesimpulan bahwa perubahan mesti dilakukan dengan cara kekerasan (revolusi).
Unsur-unsur Pemikiran dan Kebijakan Sosialisme
            Unsur-unsur pemikiran dan kebijaksanaansosialisme ketika lahir di Inggris ilah sebagai berikut :
a.       Agama
Pada buku The Labour Party in Perspective, Attiee menulis bahwa “ …dalam pembentukan gerakan sosialis pengaruh agama merupakan yang paling kuat” gerakan sosialas Kristen dipimpin oleh dua orang biarawan, yakni Frederick Maurice dan Charles Kingsley mencapai puncak kejayaannya pada pertentangan orgnisasi kelas buruh dan sosial di kemudin hari.
b.      Idealisme Etnis dan Estetis
Pengaruh Ruskin dan Morris yang menunjukkkan secara fisik dan moral salah menyangkut peradaban yang dibangun di atas perselisihan dan kemeratan, tetapi mereka tidak merumuskan program-program tertentu untuk memperbaiki kondisi yang dikeritiknya. Meskipun demikian, pemberontakan estetika dan etika ini membawa pengaruh yang penting dalam mempersiapkan suatu lingakungan intelektual tentang nantinya sosialisme mendapat tanggapan yang simpatik.
c.       Empirisme Fabian
Ini merupakan ciri gerakn sosialis Inggris yang khas. Pendiri dan anggota pertama masyarakat Fabian adalah George Bernard Shaw, Sidney dan Beatrice Webb, H.G. Welis dan Graham Wallas. Webb menyatakan bahwa sosialisme merupakan hasil yang tiak dapat dielakkan dari keberhasilan demokrasi, tetapi ia menandaskan “kepastian yang dating secara bertahap”, yang sangat berbeda dari kapastian revolusi yang dicanangkan Marx. Masyarakat Fabian berangkat dari anggapan bahwa tidak akan ada kemajuan kearah tatanan masyarakat yang adil kalau kepada kelas menengah dan dikelas atasnya tidak diperlihatkan kelogisan dan keadilan yang ditampilkan oleh seruan-seruan pokok dalam pemikiran dan kebijakan sosialis.
d.      Liberalisme
Liberalisme telah memberikan banyak sumbangan yang dapat tahan lama bagi sosilisme Inggris. Karena pengarh Liberalisme, para pemimpin lebih moderat dan kurang terpaku pada doktrin. Liberalism telah mengubah Partai Buruh menjadi sebuh partai nasionalis dan bukannya menhjadi partai yang didasarkan pada kelas. Leberalisme juga telah mewarisi kepada Partai Buruh pesan Kaum Liberal bahwa pembaharuan akan tercapai tanpa kedengkian dan kebencian.
PAHAM SOSIALISME DI INDONESIA
Pada masa perjuangan dalam perebutan Kemerdekaan RI dari penjajahan Jepang, Syahrir membangun jaringan gerakan bawah tanah anti-fasis. Anggota jaringan gerakan bawah tanah kelompok Syahrir adalah kader-kader PNI(Pendidikan Nasional Indonesia) Baru yang tetap meneruskan pergerakan dan kader-kader muda yakni para mahasiswa progresif.
Kemudian pada bulan November 1945 Syahrir didukung pemuda dan ditunjuk Soekarno menjadi formatur kabinet parlementer. Pada usia 36 tahun, Syahrir ikut dalam memperjuangkan kedaulatan Republik Indonesia, sebagai Perdana Menteri termuda di dunia, merangkap Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri. Selepas memimpin kabinet, Sutan Syahrir diangkat menjadi penasihat Presiden Soekarno sekaligus Duta Besar Keliling. Dan juga Syahrir mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI) pada bulan Februari 1948.
Sosialisme Sjahrir berpijak kepada penghormatan nilai-nilai demokrasi dan humanisme. Menghargai dan mengutamakan kemerdekaan individu-individu masyarakat Indonesia. Pada pemikirannya tentang sosialisme yang sesuai bagi Indonesia, yaitu sosialisme-kerakyatan.
Tahun 1955 PSI (Partai Sosialis indonesia) gagal mengumpulkan suara dalam pemilihan umum pertama di Indonesia. Hubungan Sutan Syahrir dan Presiden Soekarno memburuk sampai akhirnya PSI dibubarkan tahun 1960. Tahun 1962 hingga 1965, Syahrir ditangkap dan dipenjarakan tanpa diadili sampai menderita stroke.
Dalam perkembangannya, ternyata sosialis sampai sekarang masih berkembang. Dengan adanya Komunitas Sosialis Indonesia (KSI) yang didirikan oleh profesional muda yang pernah aktif dalam keorganisasian sosialisme demokrasi di Indonesia. Komunitas ini berasaskan Kemanusiaan, Kerakyatan, Kebebasan, Keadilan dan Solidaritas. Tujuan organisasi ini yaitu menciptakan masyarakat sosialis yang demokratis.












PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN PAHAM KOMUNIS
            Istilah komunis pada mulanya mengandung dua pengetian, yakitu pertama, ada hubungannya dengan komune, yaitu satuan dasar bagi wilanyah negara yang berpemerintahan sendiri. Dengan demikian, negera itu sendiri sebagai federasi dari komune-komune. Kedua, istilah komunis menunjukkan hak milik atau kepunyaan bersama.
            Pada perkembangannya istilah komunis diartikan sebagai suatu gerakan yang berdasarkan pada Marxisme-Leninisme. Ajaran ideology komunis tertuang dalam Dialektis Materialistis. Inin bertitik tolak dari materi sebagai satu-satunya kenyataan. Materi inilah yang menjadi sumber keberadaan benda-benda alamiah yang senantiasa bergerak dan berubah tanpa henti-hentinya.
            Dengan demikian komunis bersifat ateis. Inti orientasi ateis ini adalah tidak diterimanya kekuatan dan dasar lain, kecuali materi. Dalam konteks orientasi demikian itulah, maka sejak semula komunisme Rusia adalah antithesisme yang militant dan tidak dapat membenarkan kehidupan beragama berkembang dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintahan selalu memberantas dengan mencanagkan propaganda yang antireligius, seperti agama sebagai pelarian atau agama sebagai candu masyarakat.
            Komunisme sebagai anti kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan, dimana kepemilikan modal atas individu sangat dibatasi. Prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya, dan karenanya komunisme juga disebut anti liberalisme.
Banyak orang yang mengira komunisme ‘mati’ dengan bubarnya Uni Soviet di tahun 1991. Namun Komunisme yang murni belum pernah terwujud dan tak akan terwujud selama revolusi lahir dalam bentuk sosialisme (USSR dan negara-negara komunis lainnya). Dan walaupun komunis sosialis hampir punah, partai komunis tetap ada di seluruh dunia dan tetap aktif memperjuangkan hak-hak buruh, pelajar dan anti-imperialisme. Komunisme secara politis dan ekonomi telah dilakukan dalam berbagai komunitas, seperti Kepulauan Solentiname di Nicaragua.
Ciri-ciri Ideologi Komunisme
a)      Ajaran komunisme adalah sifatnya yang ateis, tidak mengimani Allah. Orang komunis menganggap Tuhan tidak ada, kalau ia berpikir Tuhan tidak ada. Akan tetapi, kalau ia berpikir Tuhan ada, jadilah Tuhan ada. Maka, keberadaan Tuhan terserah kepada manusia.
b)      Sifatnya yang kurang menghargai manusia sebagai individu. terbukti dari ajarannya yang tidak memperbolehkan ia menguasai alat-alat produksi.
c)      Komunisme mengajarkan teori perjuangan (pertentangan) kelas, misalnya proletariat melawan tuan tanah dan kapitalis.
d)     Salah satu doktrin komunis adalah the permanent atau continuous revolution (revolusi terus-menerus). Revolusi itu menjalar ke seluruh dunia. Maka, komunisme sering disebut go international.
e)      Komunisme memang memprogramkan tercapainya masyarakat yang makmur, masyarakat komunis tanpa kelas, semua orang sama. Namun, untuk menuju ke sana, ada fase diktator proletariat yang bertugas  membersihkan kelas-kelas lawan komunisme, khususnya tuan-tuan tanah yang bertentangan dengan demokrasi
f)       Dalam dunia politik, komunisme menganut sistem politik satu partai, yaitu partai komunis. Maka, ada Partai Komunis Uni Soviet, Partai Komunis Cina, PKI, dan Partai Komunis Vietnam, yang merupakan satu-satunya partai di negara bersangkutan. Jadi, di negara komunis tidak ada partai oposisi. Jadi, komunisme itu pada dasarnya tidak menghormati HAM.
g)      Perubahan atas sistem kapitalisme harus dicapai dengan cara-cara revolusi, dan pemerintah oleh diktator proletariat sangat diperlukann pada masa transisi.
h)      Pada masa transisi, dengan bantuan negara di bawah diktator proletariat, seluruh hak milik pribadi dihapuskan dan diambil alih serta selanjutnya berada di bawah kontrol negara.
i)        Negara dan hukum akan lenyap karena tidak lagi diperlukan.
Penganut paham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifesto politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik.
Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap paham kapitalisme di awal abad ke-19, dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh dan pekerja tani hanyalah bagian dari produksi dan yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, muncul beberapa faksi internal dalam komunisme antara penganut komunis teori dan komunis revolusioner yang masing-masing mempunyai teori dan cara perjuangan yang berbeda dalam pencapaian masyarakat sosialis untuk menuju dengan apa yang disebutnya sebagai masyarakat utopia.
Komunisme merupakan ideologi yang menghendaki penghapusan pranata kaum kapitalis serta berkeinginan membentuk masryarakat kolektif agar tanah dan modal (faktor produksi) dimiliki secara sosial dan pertentangan kelas serta sifat kekuatan menindas dari negara tidak berlangsung lagi. Dalam setiap upaya-upaya untuk menanamkan ideologinya itu, Paham komunis berusaha mengambil jalan pintas yakni dengan jalan revolusi dengan metode kekerasan. Hal inilah yang menyebabkan antipati masyarakat dunia terhadap paham ini. Kalau kita membuka lembaran sejarah berikutnya, Afganistan yang pernah berada di bawah jajahan Unisoviet mengalami tragedi kemanusiaan yang panjang akibat cara-cara kekerasan yang dilakukan Penganut paham komunis tersebut.
KOMUNIS INTERNASIONAL    
Komunis internasional sebagai teori ideologi mulai diterapkan setelah meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917. Sejak saat itu komunisme diterapkan sebagai sebuah ideologi dan disebarluaskan ke negara lain. Pada tahun 2005 negara yang masih menganut paham komunis adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos. Komunis internasional adalah teori yang disebutkan oleh Karl Marx.
Sedikit berbeda Ideologi komunisme di Tiongkok daripada dengan Marxisme-Leninisme yang diadopsi bekas Uni Soviet. Mao Zedong menyatukan berbagai filsafat kuno dari Tiongkok dengan Marxisme yang kemudian ia sebut sebagai Maoisme. Perbedaan mendasar dari komunisme Tiongkok dengan komunisme di negara lainnya adalah bahwa komunisme di Tiongkok lebih mementingkan peran petani daripada buruh. Ini disebabkan karena kondisi Tiongkok yang khusus di mana buruh dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari kapitalisme.
KOMUNIS DI INDONESIA
Pada tahun 1913 paham komunis masuk ke Indonesia oleh HFJ Sneevliet (1883-1942). Sebagaimana di negeri-negeri lain, yang tertarik pada faham komunis umumnya adalah kaum jelata karena memang faham ini konon untuk membela kaum jelata dan menjadikan kaum elit sebagai musuh. Basis pendukungnya adalah buruh dan tani. Di Indonesia yang saat itu di bawah pemerintahan kolonial, menjadi bangsa yang sengsara di negeri sendiri. Menjadikan Indonesia sangat tepat untuk ditanami paham komunis pada masyarakatnya.
Sneevliet pada tahun 1914 didirikan Persatuan Sosial Demokrat Indonesia (ISDV), yang pada awalnya terdiri dari 85 anggota dua partai sosialis Belanda (Partai Buruh Sosial Demokrat yang berbasis massa di bawah kepemimpinan reformis, dan Partai Sosial Demokrat yang merupakan cikal bakal Partai Komunis, terbentuk setelah perpecahan politik dengan SDAP di tahun 1909)
Sejak mulanya tendensi revolusioner mengendalikan ISDV, sikapnya militan terhadap isu-isu lokal (misalnya, kampanye mendukung seorang jurnalis Indonesia yang diadili karena melanggar hukum pengendalian pers, dan juga mengadakan rapat umum menentang persiapan perang yang dilakukan oleh pemerintah Belanda) dan selain itu ISDV juga melibatkan diri dalam pergerakan nasional. Pada tahap itu orang Eropa anggota ISDV Belanda boleh masuk Insulinde sebagai anggota individual. Pimpinan Insulinde dan Sarekat Islam bersifat kelas menengah, tetapi senang dan bersyukur menerima bantuan dari ISDV, dan hanya kaum sosialis siap membantu pada saat itu.
Namun demikian, tak terelakkan konflik mulai timbul antara kepemimpinan ISDV dan Insulinde, dan juga di dalam ISDV sendiri. ISDV menegaskan bahwa pejuangan melawan penjajahan Belanda harus didukung kaum sosialis, dan menyatakan bahwa hal ini mencakup perjuangan melawan sistem kaptialis. Pimpinan kelas menegah Insulinde (seperti para pemimpin SI kemudian) secara naluriah menolak dengan keras pikiran itu, dan mengedepankan “teori dua tahapan”. Dalam ISDV sendiri aliran refomis meninggalkan partai itu di tahun 1916 dan mendirikan Partai Sosial Demokrat Indonesia (ISDP), yang dalam waktu singkat langsung dekat dengan pemimpin kelas menengah nasionalis. Di sisi lain, ISDV makin digemari dan dihormati kaum militan Indonesia karena berani dan berprinsip dalam hal politik lokal. Walaupun diserang para pemimpin nasionalis karena banyak yang berketurunan Belanda, hal ini tidak merupakan rintangan dalam perjuangan membangun organisasi revolusioner, dan merebut dukungan massal.
Banyak masalah sulit yang dihadapi oleh ISDV di periode awal bangkitnya gerakan politik massa ini. Pada 1915-18 penguasa Belanda menanggapi gerakan massa yang tumbuh dengan mendirikan semacam “Volksraad” yang bertujuan membendung militansi massa. ISDV – berlawanan dengan pimpinan nasionalis dan ISDP – pada mulanya memboikot badan ini, tetapi kemudian membatalkan keputusan itu ketika mulai jelas bahwa Volksraad itu dapat dimanfaatkan sebagai medan propaganda revolusioner.
Sneevliet juga memegang peran penting dalam Serikat Staf Kereta Api dan Trem (VSTP), pada saat itu kecil saja, dan sebagian besar anggotanya berkulit putih. Sneevliet mengarahkan VSTP kepada bagian besar buruh yang pribumi, dan pada saat bersamaan berusaha menguatkan struktur organisasinya dengan menegaskan pentingnya pengurusan cabang cabang yang baik, juga konperensi tahunan, penarikan sumbangan anggota, dsb. Dalam jangka waktu singkat anggota serikat ini menjadi dua kali lipat, dan sebagian besar pribumi. Kesuksesan VSTP meraih hormat bagi gerakan sosialis, dan memungkinkan Sneevliet merekrut para aktivis buruh ke dalam ISDV. Yang terpenting di antaranya adalah Semaun, seorang pemuda buruh perusahaan kereta api yang pada tahun 1916 (saat berusia 17 tahun), menjadi kepala Serikat Islam di Semarang, dan di kemudian hari menjadi tokoh penting dalam PKI.
Liberalisme Belanda tidak mendorong perjuangan buruh. Pemogokan dibalas dengan PHK massal, pembuangan para aktivis ke pulau-pulau terpencil, dan tindakan apa saja yang perlu untuk menghancurkan gerakan buruh. Dalam periode itu jarang sekali pemogokan buruh menemui kesuksesan, dan tidak mungkin berhasil memengaruhi perjuangan luas. Dilawan oleh majikan yang kuat, terbatas kemungkinan memajukan kondisi kaum buruh lewat perundingan.
Meskipun demikian gerakan serikat buruh bertahan dan berkembang. Kenyataan ini hanya bisa diterangkan dengan kekuatan dan daya tahan kaum buruh, dengan tumbuhnya jumlah dan pengalaman kaum buruh, dan di pihak lain, diterangkan oleh kenyataan bahwa perjuangan serikat buruh] tidak dapat dipisahkan dari perjuangan yang lebih luas yang dilakukan oleh rakyat Indonesia dalam melawan penindasan dan penghisapan pemerintah Belanda.
Sebagian besar kaum petani tetap mengikuti adat dan agama, kelihatannya pasif kalau ditindas, petani pada waktu itu pandangannya terbatas oleh kepentingan dan masalah kehidupan desa, tidak dapat diharapkan menunjang program sosialis dengan pemikiran yang termaju. Kaum petani hanya bisa memihak segi program sosialis yang merefleksikan kepentingan kaum tani sendiri, dan memihak perjuangan militan yang membantu tuntutan itu. Namun dukungan seperti itu juga biasanya sporadis, ekspolsif, dan tidak lengkap, selaras dengan karakter kaum tani sendiri – yaitu suatu kelas yang heterogen, produsen kecil yang terisolir, dan yang menurut kepentingan sendiri. Oleh karena itu kaum petani mungkin memihak kaum buruh, tetapi juga mungkin memihak demagogi kaum nasionalis, mistik agama atau aliran lain yang menawarkan pemecahan segera bagi persoalan kongkrit yang mereka hadapi.
Dalam pengertian perspektif dan teoris, di satu sisi, sebagai organisasi kader ISDV amat lemah. Pengusiran Sneevliet dari Indonesia pada tahun 1918 meninggalkan jurang tak terjembatani di pucuk pimpinan organisasi itu. Tidak ada pemimpin, baik keturunan Belanda maupun pribumi, walaupun trampil sebagai pejuang revolusioner, memiliki pengalaman dan pemandangan marxis yang cukup luas untuk mengemudikan partai secara tepat saat menghadapi tikungan yang tajam dan mendadak.
Potensi revolusioner ISDV yang gemilang pada era itu ditunjukkan tahun 1917-1918, saat partai itu segera mendukung Revolusi Rusia dan dengan cepat menarik implikasi revolusi itu bagi revolusi di negara Eropa dan Indonesia sendiri. Belajar dari pengalaman Rusia, ISDV mulai mengorganisir serdadu dan pelaut di Indonesia, dan dengan usaha itu berhasil menarik pengikut sekitar 3,000 orang di angkatan bersenjata Belanda.
Pada akhir tahun 1918, saat Belanda di ambang revolusi, pemerintah kolonial bingung karena kelihatannya mungkin ada perebutan kekuasaan revolusioner di Belanda, dan mungkin sesudahnya di Indonesia juga. Pada saat itu sosial demokrat Belanda kehilangan keberaniannya. Pemerintah kolonial menjanjikan berberapa perbaikan situasi, dan situasi revolusioner reda.
Situasi di Indonesia pada tahun 1918-1919 penuh gejolak, karena kisis ekonomi menghantam para pekerja dan timbulkan perlawanan dengan kekerasan di kalangan kaum tani. Kejadian ini melatarbelakangi pertumbuhan ISDV/PKI secara massal, dan juga menyebabkan reaksi dari segi pemerintah.
Paham komunis juga masuk di daerah Sumatra barat. Haji Datuk Batuah pada tahun 1923 ia menanamkan ajaran komunis di kalangan pelajar-pelajar dan guru-guru muda Sumatera Thawalib Padang Panjang. Sumatera Thawalib adalah suatu lembaga pendidikan yang  dimiliki oleh kalangan pembaharu Islam di Sumatera Barat, dimana haji Batuah  merupakan salah seorang pengajarnya. akhirnya  menyebar ke berbagai daerah Sumatera Barat dibawa oleh para lulusan sekolah tersebut  ke daerah asalnya. Penyebaran ini terutama dilakukan di kalangan petani. Oleh masyarakat setempat ajaran komunis ini disebut “ilmu kominih” (Schrieke, 1960: 155).  Ilmu ini menggabungkan ajaran Islam dengan ide anti penjajahan Belanda, anti  imperialisme-anti kapitalisme dan ajaran Marxis.
Pada akhir tahun 1923 Datuk Batuah, bersama-sama dengan Nazar Zaenuddin  mendirikan pusat Komunikasi Islam di Padang panjang. Dalam waktu yang hampir  bersamaan Datuk Batuah menerbitkan harian “Pemandangan Islam” dan dan Nazar  Zaenuddin menerbitkan “Djago-Djago”. Lembaga Pusat Komunikasi Islam dan kedua  harian tersebut digunakan sebagai media penyiaran paham komunis.
Pada pagi 11 Nopember 1923 Datuk Batuah dan Nazar Zaenuddin ditangkap pemerintah kolonial Belanda. Segera setelah itu pusat propaganda komunis berpindah ke Padang ( Schreike, 1960: 60).  Pucuk kepemimpinan PKI Sumatera Barat kemudian di ambil alih oleh Sutan Said  Ali. Pada waktu itu kegiatan orang-orang komunis di seluruh nusantara menunjukkan  peningkatan yang pesat. Hal ini karena pada akhir tahun 1923 Darsono, seorang tokoh,  komunis kembali di Hindia Belanda dari Moskow atas perintah komintern untuk  mendampingi Semaun, Alimin dan Muso.  Suatu hal yang menyebabkan pesatnya perkembangan komunis di Sumatera Barat  adalah dileburnya Sarekat Rakyat Sumatera Barat ke dalam PKI. Sarekat Rakyat ini  semula bernama Sarekat Islam Merah, suatu organisasi pecahan Sarekat Islam yang  berorientesi kepada paham komunis, dimana di Sumetera Barat mempunyai anggota yang  cukup banyak (Kahin, 1952: 70).
Dileburnya Sarekat Rakyat ke dalam PKI, maka jumlah anggota inti PKI Sumatera Barat meningkat berlipat ganda. Jika pada tanggal 1 Juni 1924 semua anggota  inti PKI Sumatera Barat tercatat hanya berjumlah 158 Orang, maka pada tanggal 31  Desember 1924 telah menjadi 600 orang, tiga bulan kemudian menjadi 884 orang.  Daerah-daerah yang tercatat sebagai basis PKI adalah: Kota Lawas, pariaman, Sawah  Lunto, Tikalah, padang dan Silungkang.
Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah partai politik di Indonesia yang berideologi komunis dengan lambing palu dan arit ini. Dalam sejarahnya, pernah berusaha melakukan pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda pada 1926, mendalangi pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948 dan dicap oleh rezim Orde Baru ikut mendalangi pemberontakan G30S pada tahun 1965. Namun tuduhan dalang PKI dalam pemberontakan tahun 1965 tidak pernah terbukti secara tuntas, dan masih dipertanyakan seberapa jauh kebenaran tuduhan bahwa pemberontakan itu didalangi PKI. Sumber luar memberikan fakta lain bahwa PKI tahun 1965 tidak terlibat, melainkan didalangi oleh Soeharto (dan CIA). Hal ini masih diperdebatkan oleh golongan liberal, mantan anggota PKI dan beberapa orang yang lolos dari pembantaian anti PKI.
Pembantaian manusia secara sia-sia oleh tentara dan kelompok-kelompok agama terhadap orang-orang yang dicurigai dan dituduh mempunyai hubungan dengan PKI pada pertengahan tahun 1960-an. Hal ini juga membawa kesengsaraan luar biasa bagi para warga Indonesia dan anggota keluarga yang dituduh komunis meskipun belum tentu kebenarannya. Diperkirakan antara 500.000 sampai 2 juta jiwa manusia dibantai di Jawa dan Bali setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965.


DAFTAR PUSTAKA
Agung, Leo.2013. Sejarah Intelektual. Yogyakarta:Penerbit Ombak

Paham Nasionalisme





Paham Nasionalisme

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Intelektual
Dosen Pengampu Dr. Suranto M.Pd


Tugas Individu
PAPER


Oleh:
EUIS SUNDANI
120210302050





FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014
Nasionalisme berasal dari kata nasional atau nation (bahasa Inggris) atau natie (bahasa Belanda) yang artinya bangsa. Nasional artinya kebangsaan. Bangsa adalah sekelompok manusia yang diam di wilayah tertentu dan memiliki hasrat serta kemauan untuk bersatu, karena adanya persamaan nasib, cita-cita dan tujuan.
Nasionalisme adalah suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Perasaan sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan tradisi-beda. Akan tetapi baru pada akhir abad ke-18 M paham Nasionalisme dalam arti kata modern menjadi suatu perasaan yang diakui secara umum(Hans Kohn;11). Dapat diartikan pula nasionalisme adalah rasa kesetian dan kecintaan kepada bangsa yang mendalam.
Pada intinya nasionalisme menitikberatkan kecintaan pada bangsa dan negara. Menurut Otto Bouer, nasionalisme muncul karena adanya persamaan sikap dan tingkah laku dalam memperjuangkan nasib yang sama, adanya rasa yang sama tentang penderitaan, kesengsaraan dan kepahitan. Sementara itu, Ernest Renant menyatakan, nasionalisme ada ketika muncul keinginan untuk bersatu atau adanya dorongan kemauan seperti bangsa Amerika Serikat.
Akar-akar nasionalisme tumbuh di atas tanah yang sama dengan peradaban Barat, yakni dari bangsa-bangsa Ibrani Purba dan Yunani Purba. Pendukung kesadaran golongan ini bukanlah raja atau kaum Padri, melainkan rakyat sebagai keseluruhan, yakni setiap orang Ibrani atau setiap orang Yunani(Hans Kons; 13-14). Ini merupakan unsur-unsur pembentuk paham Nasionalisme yang ada dan berkembang sekarang.
Ada tiga corak hakiki nasionalisme modern berasal dari bangsa Ibrani, yakni cita sebagai bangsa terpilih, penegasan bahwa mereka mempunyai kenangan yang sama mengenai masa lampau dan harapan yang sama di masa yang akan datang, dan akhirnya bahwa sanya bangsa mereka mempunyai tugas khusus di dunia ini. Bangsa Yunani sama dengan bangsa Ibrani mengenai perasan keunggulan di atas bangsa-bangsa lain di lapanagan kebudayaan dan rohani dan mereka menyatakan perasaan ini dalam keta-kata setajam-tajamnya. Selain itu, Akar-akar paham Nasionalisme yang ada di Yunani dalapt terlihat pada bangsa Yunani yang memperkembangkan pengertian tentang kesetiaan mutlak kepada masyarakat politik atau masyarakat kota yaitu kepada polis. Setiap warganegara harus sepenuhnya menyesuaikan dengan kehidupan polis untuk benar-benar menjadi manusia politik.(Hans Kohn; 15).
Lahirnya paham nasionalisme ini diikuti dengan terbentuknya negara-negara kebangsan yang dilatarbelakangi oleh faktor-faktor persamaan keturunan, bahasa, adat-istiadat, tradisi dan agama. Akan tetapi paham nasionalisme lebih menekankan kemauan untuk hidup bersama dalam negara kebangsaan. Rakyat Amerika Serikat tidak menyatakan satu keturunan untuk membentuk suatu negara, sebab disadari bahwa penduduk AS terdiri dari berbagai suku, asal usul, adat-istiadat dan agama yang berbeda. Nasionalisme timbul karena unsur-unsur sebagai berikut:
Ø  ikatan rasa senasib dan seperjuangan;
Ø  bertempat tinggal dalam satu wilayah yang sama;
Ø  campur tangan bangsa lain (penjajahan) dalam wilayahnya;
Ø  persamaan ras (tetapi hal ini tidak mutlak);
Ø  keinginan dan tekad bersama untuk melepaskan diri dari belenggu kekuasaan absolut agar manusia mendapatkan hak-haknya secara wajar sebagai warga negara.
Paham Nasionalisme (kebangkitan nasional) yang muncul di negara-negara Eropa dipengaruhi dan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut.
a. Pecahnya Revolusi Prancis (1789)
Masyarakat Prancis sebelum terjadi Revolusi Perancis terdiri atas kaum bangsawan, pengusaha, dan pedagang (borjuis) dan kaum jelata (proletar). Kaum borjuis menindas kehidupan kaum proletar. Pada suatu masa, kaum proletar menuntut kaum borjuis agar bersedia menjamin hak-hak asasinya yang berupa kebebasan dan persamaan. Tuntutan itu diilhami pemikiran Rousseau yang tertuang di dalam buku berjudul Du Contract Social (Perjanjian Sosial). Selain itu, rakyat sebagai suatu bangsa juga menuntut pembagian kekuasaan politik yang adil, yaitu kekuasaan raja harus dibatasi oleh undang-undang dan rakyat harus mempunyai wakildalam parlemen. Dalam pemerintahan pun harus ada tiga kekuasaan yang satu sama lain terpisah, yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Tuntutan itu diilhami oleh karya besar Montesquieu yang disebut Trias Politica. Penguasaan beberapa negara di Eropa oleh Napoleon menimbulkan semangat kebangsaan dan persatuan di antara beberapa negara tersebut untuk bergabung dalam suatu koalisi melawannya.

b. Revolusi Industri di Inggris
Revolusi Industri di Inggris yang didasari paham liberal melahirkan golongan kapitalis yang menjurus pada tindakan imperialisme. Dalam praktik imperialisme tentu terjadi pengurangan kemerdekaan, perampasan hak asasi, hak politik, serta eksploitasi ekonomi terhadap daerah jajahan. Akibat perlakuan yang sewenang- wenang dari penjajah, semangat nasionalisme rakyat di daerah jajahan bangkit untuk mencapai kemerdekaan dan berdaulat penuh.

c. Lahirnya paham Nasionalisme di Eropa
Munculnya nasionalisme di Eropa karena pengaruh Revolusi Industri dan Revolusi Perancis. Semangat persaingan yang bebas dari paham liberalisme menimbulkan chauvinisme/ultranasionalisme, suatu paham nasionalisme yang berlebihan. Nasionalisme di eropa melahirkan kolonialisme yaitu nafsu untuk memperoleh tanah jajahan sebayak mungkin. Dengan demikian negara-negara di Eropa menjelma menjadi imperialisme, yang saling berlomba untuk mencari dan mendapatkan tanah jajahan di luar wilayahnya dengan sasaran Asia dan Afrika. Banyak negara yang dikuasai oleh bangsa-bangsa Eropa yang berpaham liberal dan kapital. Bangsa-bangsa Eropa cenderung menindas bangsa-bangsa yang dijajah. Dampaknya bangkitlah semangat nasionalisme di negara-negara jajahan yang diwujudkan dalam bentuk revolusi atau perang hingga mencapai kemerdekaan. Gerakan nasionalisme untuk memperoleh kemerdekaan terjadi di negaranegara sebagai berikut.
·         Gerakan nasionalisme di Amerika Serikat menuntut persamaan hak dan status warga negara yang sederajat dengan warga negara di Inggris. Gerakan nasionalisme yang dipimpin George Washington itu akhirnya berhasil memperoleh kemerdekaan (1783).
·         Gerakan nasionalisme di Amerika Latin menentang penjajahan Spanyol dan Portugal. Gerakan yang dipimpin Simon Bolivar itu akhirnya berhasil mencapai kemerdekaan. Gerakan itu berlangsung dari tahun 1815 sampai dengan tahun 1828 yang diilhami oleh Revolusi Amerika (1774–1783) dan Revolusi Prancis (1789–1815).
·         Gerakan nasionalisme di Jerman di bawah pimpinan Otto von Bismark (1862–1890) berhasil mengalahkan musuh-musuhnya (Denmark, Austria, dan Prancis). Gerakan itu kemudian melahirkan negara kesatuan Jerman dan menobatkan Kaisar Wilhem I di Istana Versailles sebagai penguasa Jerman (1871).
·         Gerakan nasionalisme di Asia dan Afrika, antara lain terjadi di negara Jepang, Cina, India, Turki, Mesir, dan Indonesia. Gerakan nasionalisme di Asia dan Afrika pada akhirnya melahirkan negara-negara yang merdeka dan terbebas dari belenggu penjajahan bangsa Barat.
d. Lahirnya paham Nasionalisme di Indonesi
Setelah kedatangan bangsa Barat ke Indonesia yang membawa kesengsaraan yang panjang bagi rakyat Indonesia. Pada akhirnya membawa rakyat Indonesia mengenal paham Nasionalisme yang dibawa oleh para kaum pelajar yang ada di luar negeri.