PAHAM FASISME
PAHAM FASISME
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Intelektual
Dosen Pengampu Dr. Suranto M.Pd
Tugas
Individu
Oleh:
EUIS
SUNDANI
120210302050
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014
KONDISI-KONDISI SOSIAL FASISME
Fasisme adalah pengorganisasian
pemerintahan dan masyarakat secara totaliter oleh suatu kediktatoran partai
tunggal yng sangat nasionalisme, rasionelisme, militeris, dan imperialis. Di
Eropa, Italia merupakan Jerman (1933), dan kemudian Spanyol (1936). Di Asia,
Jepang berubah menjadi fasis pada tahun 1930-an melalui perubahan secara
berangsur-angsur kea rah lembaga-lembaga totaliter setelah menyimpang dari
warisan budaya aslinya. Di belahan Bumi Barat, pemerintahan semikonstitusional
yang dipegang oleh para tuan tanah dihancurkan. Di argentin tahun 1943, setelah
terjadi pemberontakan para tentunya yang tidak puas dan sebuah kediktatorn,
fasis kemudian dibentuk di bawah pimpinan Kolonel (kemudian menjadi Jendral)
Peron yang berlangsung hingga 1955.
Dengan demikian, jelaskan bahwa jika
kominis adalah suatu bentuk system totaliter yang secara khas berkaitan dengan
negara-negara miskin dan terbelakng (Rusia di Eropa dan Cina di Asia), maka
fasisme muncul dan berkembang di Negara-negara yng reltif lebih makmur dan
secara teknologi lebih maju (Jerman di Eropa dan Jerman di Asia). Di Benua
amerik, Guatemala, salah satu negara yang paling miskin dan terbelakang selama
bertahun-tahun mendukung pertumbuhan komunis sampai dengan 1954, sat rezim
presiden Arbenz yang prokomunis digulingkan oleh Amerika Serikat. Kuba yang
lebih miskin dari Guatemala merupakan contoh baru komonis di benua Amerika.
Memang Fidel Castro melancarkan pemberontakan di bawah bendera demokrasi dan
bukan kominisme. Namun demikian, setelah ia merih kemenangan yang pesat di
Afagnistn dan merupakan negara terkya di antara kedua puluh republic di Amerika
Latin.
Jika komunis pada umumnya merupakan produk
dari masyarakat-masyarakat pra-demokrasi dan pra-industri, maka fasisme
merupakan produk dari masyarakat-masyarakat pascademokrasi (Past demokrasi) dan
pascaindustri (ost industrial). Kaum fasis tidak mungkin merebut kekuasaan di
negar-negara yang tidak memiliki pengalaman demokasi sama sekali. Dalam
masyarakat tersebut, kediktatoran mungkin ditunjang atau dimungkinkan oleh
militer, birokrasi, prestise, pribdi seorang dikttor. Namun demikian,
kedikttoran itu kurang unsure antusiasime dan dukungan masa. Padahal dukunagn
masa (tidak mesti mayoritas) merupakan salah sati ciri fasisme. Tambahan pula,
kalau system fasis tidak bakal berkembang di negara-negara yng tidak memiliki
tradisi demokratis, maka kemungkinan fasisme mencapai keberhasilan di
negar-negara yang sejuk dulu telah memiliki tradisi demokrasi.
Pada umumnya semakin keras dan teoritis
gerakan fasisme, semakin besar pula dukungan rakyat yang diperoleh. Fasisme di
Jerman merupakan gerakan politik paling brutal dan popular. Di Amerika Latin
juga terdapat berbagai kediktatoran, tetapi mereka tidak bersifat fasis
(kecuali Argentina 1943-1955) karena pada umumnya mereka bertumpu pada kekuatan
Angkatan bersenjata, maka para dictator Amerika Latin tidak perlu dan memang
jarang memperoleh dukungan massa yang mencirikan fasisme.
Kondisi penting lainnya bagi pertumbuhn
fasisime adalah tingkat pertumbuhan industry yang cukup mju. Setidak-tidaknya
ada dua titik temu antara fasisme dan industrialisasi yang relative maju.
Pertama, aksi terror dan propaganda. Kedua, sebagai system mobilisasi permenen
untuk keperlun perang, fasisime tidak mungkin berhasil tanpa keahlian dan
sumber daya induustri maju.
Jika dilihat dari later belakang sosialnya,
fasisime dapat menaruk minat dua kelompok khusus. Pertama, system ini menarik
sekelompok nkecil kaum industriawan dan tuan tanh yang bersedia membiayani
gerakan-gerakan fasisime dengan harapan
system tersebut akan melenyapkan serikat-serikat buruh beras. Di negara-negara
yang memiliki taradisi liberal dan demokrasi yang kuat misalnya, kaum
industriawan memiliki kepercyaan yang hmpir sama dengan kelompok laiannya pada
proses demokrasi. Akan tetapi, jika demokrasi goyah seperti di Jerman, Italia,
dan Jepang, hanya dibutuhkan segelntir indistriawan kaya dan tua tanah saja
untuk membiayai gerakan-gerakan fasis.
Kedua, kelas menengah bawahteritama dikalangan
pegawai negeri. Banyak orang dari kelompok takut akan penggbungan kembali kaum
proletar. Para pegawai negeri kawati dengan perisahaan-perusahaan besar
meskipun mereka bergerak untuk cara yang liar, fasisime mamasukkan berbagai
kecemburuan dan ketakutan para pegawi negeri ini melalui aksi propaganda
melawan perusahaan besar dan buruh besar.
Kondisi sosial lain yang ternyata sangat
mudah dimasuki propaganda fasisme ialah kelompok militer. Di Jerman, kelompok
militernya secara terbuka mendukung Hitler atau mempertahnkn sikap netral yang
setia. Pemimpin besar Nazi adalah pejabat perang dan penderita Psikopat. Mereka
mendukung sebagai langkah militerisme rakyat Jerman. Hal itu juga terjadi di
Italia, Jepang dan Argentina.
AKAR-AKAR PSIKOLOGIS TOTALITERISME
Kecendurungan fasisme di Jerman dan Jepang
terletak dalam berbagai kekuatan dan tradisi masyarakat luas. Tradisi totaliter
telah mendominasi selama berabad-abad, sementara tunas filsafat demokrasi
rapuh. Jadi adat dan kebiasaan hidupnya memang sudah cenderung fasisme. Para
pengikuat dan warga negara dari suatu kediktatoran hnya dinggap sebagai
korban-korbn yang secara kebetulan terjerumus ke dalam nasib yang malang di
bawah pemerintahan yang menindas.
Tidak ada seorang pun yang seutuhnya
otoriter atau demokatis, sama halnya tidak ada orang jahat sekai atau menjadi
malaikat yang sempurna. Sikap ketergantunagn dan patuh pada fasisme ada dua hal
yaitu mereka yang berkuasa dan mereka yang dikuasai. Sikap khas dari aparat
paetai dan pemerintah yang membungkuk di depan pemimpin, sedangkan pemimpin
tidak perlu membungkukkan badan.
Akan
tepai orang-orang diluar kelas penguasa tidak member perintah kepada siapapun,
merka hanya bersifat patuh. Kepada musuh musuh yang nyata dan imejiner, para
diktaor otoriten membut permusuhan yng bersifat laten. Pada mulanya Hitler
memilih orang Yahudi sebagi sasar agresi Jerman. Bagi mereka yang tidak mampu
memimpin dirinya sendiri fasisme menjanjikan penguasaan tas orang lain. Bila
fasisme itu didak berhasil maka kesalahn akan ditimpakan pada pemimpinnya.
Contoh nyata yang terjadi pada Mussolini yang diadili di depan komote partisan
di Italia Utara dlam bulan April 1945.
TEORI DAN PRAKTEK FASISME
Unsure-unsur pokok dalam pandangan Fasisme
a) Ketidak percayaan akan kemampuan akal
Dalam urusan kemanuasiaan, fasisme tidak
mengandalkan akal atau tetapi mengandalkan irasional. Secara psikologis fasisme
bersifat fanatic, dogmatis dan tertutup. Setiap rezim fasis berkuasa memiliki
masalah-masalh tabu seperti soal ras, kerajaan atau pemimpinnya. Hal ini harus
diterima sebagai suatu keyakinan dan tidak boleh didiskusikan secara keritis.
b) Pengingkaran terhadap derajat persamaan
manusia
Pada masyarakat fasis tidak hanya menerima
kenyataan keridak samaan derajat tetapi juga hal itu menjadi idealism. Pada
pemiliran Yahudi, Pemahaman Kristiani dan konsep Yunani sama-sama menganut
persamaan derajat manusia. Hal ini ditolak oleh fasisme karena adanya
pertentangan antara anatar yang super dengan yang inferior. Karean aitu dalam
fasis orang pria itu melibihi wanita, orang militer itu melebihi sipil,
kebangsaan orang melebihi kebangsaan yang lain.
c) Kode perilaku yang didasari atas deuta dan
kekerasan
Kode etik fasisme tentang perilaku menekan
pada keduataan dan kekrasan dalam semua bentuk hubungan antara manusia, di
dalam negeri dan antarbangsa. Doktrin ini berlaku untuk mausuh-musuh, baik
dalam dan luar negeri. Karena itu, Nazi pertama-tama menyiapkan kamp
kosentrasi, kamar-kamar gas dan komp kerja paska untuk warga Jerman sendiri dan
kemudian digunakan untuk orang-orang diluar Jerman.
d) Pemerintahan oleh kelompok elite
Prinsip kepemimpinan fasis mengungkapkan
bentuk yang ekstrim dari konsep elite. Dalam konsep elit tercermin penekanan
yang irasional dalam politik fasis. Pemimoin selalu dianggap benar dan mendapat
wahyu dan kemampuan mistik.
e) Totaliterisme
Pada semua bentuk hubungan antar manusia
Fasisme mencerminkan sebagai suatu pandangan hidup dan bukan hanya sekedar
system pemerintahan. Banyak bentu kediktatoran seperti di Amerika Latin tetapi
hanya di bidang pemerintahannya saja. Pada bidang pendidikan, agama, bisnis,
dan pertanian tidak diusik oleh kediktatoran politik ini.
f) Rasionalisme dan Imperialisme
Fasisme yang mengungkapkan dua ciri dasar,
yaitu ketidak samaan martabat manusia dan kekrasan yang diterapkan pada
bangsa-bangsa. Sehingga membuat negara berfaham fasis melakukan memiliki hak
memerintah padda negara lain dan menguasai negara tersebut.
g) Menentang hokum dan ketertidan
internasional
Hal ini merupakan knsekuansi logis dari
keyakinan fasis. Negara fasis bahkan menarik diri darri partisipasinya dalam
organisasi internasional yang bersifat keputusan bersama.
DAFTAR
PUSTAKA
Agung, Leo.2013. Sejarah Intelektual.
Yogyakarta:Penerbit Ombak
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda