Kamis, 18 Desember 2014

PAHAM FASISME




PAHAM FASISME

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Intelektual
Dosen Pengampu Dr. Suranto M.Pd


Tugas Individu



Oleh:
EUIS SUNDANI
120210302050




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014
KONDISI-KONDISI SOSIAL FASISME
Fasisme adalah pengorganisasian pemerintahan dan masyarakat secara totaliter oleh suatu kediktatoran partai tunggal yng sangat nasionalisme, rasionelisme, militeris, dan imperialis. Di Eropa, Italia merupakan Jerman (1933), dan kemudian Spanyol (1936). Di Asia, Jepang berubah menjadi fasis pada tahun 1930-an melalui perubahan secara berangsur-angsur kea rah lembaga-lembaga totaliter setelah menyimpang dari warisan budaya aslinya. Di belahan Bumi Barat, pemerintahan semikonstitusional yang dipegang oleh para tuan tanah dihancurkan. Di argentin tahun 1943, setelah terjadi pemberontakan para tentunya yang tidak puas dan sebuah kediktatorn, fasis kemudian dibentuk di bawah pimpinan Kolonel (kemudian menjadi Jendral) Peron yang berlangsung hingga 1955.
Dengan demikian, jelaskan bahwa jika kominis adalah suatu bentuk system totaliter yang secara khas berkaitan dengan negara-negara miskin dan terbelakng (Rusia di Eropa dan Cina di Asia), maka fasisme muncul dan berkembang di Negara-negara yng reltif lebih makmur dan secara teknologi lebih maju (Jerman di Eropa dan Jerman di Asia). Di Benua amerik, Guatemala, salah satu negara yang paling miskin dan terbelakang selama bertahun-tahun mendukung pertumbuhan komunis sampai dengan 1954, sat rezim presiden Arbenz yang prokomunis digulingkan oleh Amerika Serikat. Kuba yang lebih miskin dari Guatemala merupakan contoh baru komonis di benua Amerika. Memang Fidel Castro melancarkan pemberontakan di bawah bendera demokrasi dan bukan kominisme. Namun demikian, setelah ia merih kemenangan yang pesat di Afagnistn dan merupakan negara terkya di antara kedua puluh republic di Amerika Latin.
Jika komunis pada umumnya merupakan produk dari masyarakat-masyarakat pra-demokrasi dan pra-industri, maka fasisme merupakan produk dari masyarakat-masyarakat pascademokrasi (Past demokrasi) dan pascaindustri (ost industrial). Kaum fasis tidak mungkin merebut kekuasaan di negar-negara yang tidak memiliki pengalaman demokasi sama sekali. Dalam masyarakat tersebut, kediktatoran mungkin ditunjang atau dimungkinkan oleh militer, birokrasi, prestise, pribdi seorang dikttor. Namun demikian, kedikttoran itu kurang unsure antusiasime dan dukungan masa. Padahal dukunagn masa (tidak mesti mayoritas) merupakan salah sati ciri fasisme. Tambahan pula, kalau system fasis tidak bakal berkembang di negara-negara yng tidak memiliki tradisi demokratis, maka kemungkinan fasisme mencapai keberhasilan di negar-negara yang sejuk dulu telah memiliki tradisi demokrasi.
Pada umumnya semakin keras dan teoritis gerakan fasisme, semakin besar pula dukungan rakyat yang diperoleh. Fasisme di Jerman merupakan gerakan politik paling brutal dan popular. Di Amerika Latin juga terdapat berbagai kediktatoran, tetapi mereka tidak bersifat fasis (kecuali Argentina 1943-1955) karena pada umumnya mereka bertumpu pada kekuatan Angkatan bersenjata, maka para dictator Amerika Latin tidak perlu dan memang jarang memperoleh dukungan massa yang mencirikan fasisme.
Kondisi penting lainnya bagi pertumbuhn fasisime adalah tingkat pertumbuhan industry yang cukup mju. Setidak-tidaknya ada dua titik temu antara fasisme dan industrialisasi yang relative maju. Pertama, aksi terror dan propaganda. Kedua, sebagai system mobilisasi permenen untuk keperlun perang, fasisime tidak mungkin berhasil tanpa keahlian dan sumber daya induustri maju.
Jika dilihat dari later belakang sosialnya, fasisime dapat menaruk minat dua kelompok khusus. Pertama, system ini menarik sekelompok nkecil kaum industriawan dan tuan tanh yang bersedia membiayani gerakan-gerakan fasisime dengan  harapan system tersebut akan melenyapkan serikat-serikat buruh beras. Di negara-negara yang memiliki taradisi liberal dan demokrasi yang kuat misalnya, kaum industriawan memiliki kepercyaan yang hmpir sama dengan kelompok laiannya pada proses demokrasi. Akan tetapi, jika demokrasi goyah seperti di Jerman, Italia, dan Jepang, hanya dibutuhkan segelntir indistriawan kaya dan tua tanah saja untuk membiayai gerakan-gerakan fasis.
  Kedua, kelas menengah bawahteritama dikalangan pegawai negeri. Banyak orang dari kelompok takut akan penggbungan kembali kaum proletar. Para pegawai negeri kawati dengan perisahaan-perusahaan besar meskipun mereka bergerak untuk cara yang liar, fasisime mamasukkan berbagai kecemburuan dan ketakutan para pegawi negeri ini melalui aksi propaganda melawan perusahaan besar dan buruh besar.
Kondisi sosial lain yang ternyata sangat mudah dimasuki propaganda fasisme ialah kelompok militer. Di Jerman, kelompok militernya secara terbuka mendukung Hitler atau mempertahnkn sikap netral yang setia. Pemimpin besar Nazi adalah pejabat perang dan penderita Psikopat. Mereka mendukung sebagai langkah militerisme rakyat Jerman. Hal itu juga terjadi di Italia, Jepang dan Argentina.
AKAR-AKAR PSIKOLOGIS TOTALITERISME
Kecendurungan fasisme di Jerman dan Jepang terletak dalam berbagai kekuatan dan tradisi masyarakat luas. Tradisi totaliter telah mendominasi selama berabad-abad, sementara tunas filsafat demokrasi rapuh. Jadi adat dan kebiasaan hidupnya memang sudah cenderung fasisme. Para pengikuat dan warga negara dari suatu kediktatoran hnya dinggap sebagai korban-korbn yang secara kebetulan terjerumus ke dalam nasib yang malang di bawah pemerintahan yang menindas.
Tidak ada seorang pun yang seutuhnya otoriter atau demokatis, sama halnya tidak ada orang jahat sekai atau menjadi malaikat yang sempurna. Sikap ketergantunagn dan patuh pada fasisme ada dua hal yaitu mereka yang berkuasa dan mereka yang dikuasai. Sikap khas dari aparat paetai dan pemerintah yang membungkuk di depan pemimpin, sedangkan pemimpin tidak perlu membungkukkan badan.
 Akan tepai orang-orang diluar kelas penguasa tidak member perintah kepada siapapun, merka hanya bersifat patuh. Kepada musuh musuh yang nyata dan imejiner, para diktaor otoriten membut permusuhan yng bersifat laten. Pada mulanya Hitler memilih orang Yahudi sebagi sasar agresi Jerman. Bagi mereka yang tidak mampu memimpin dirinya sendiri fasisme menjanjikan penguasaan tas orang lain. Bila fasisme itu didak berhasil maka kesalahn akan ditimpakan pada pemimpinnya. Contoh nyata yang terjadi pada Mussolini yang diadili di depan komote partisan di Italia Utara dlam bulan April 1945.
TEORI DAN PRAKTEK FASISME
Unsure-unsur pokok dalam pandangan Fasisme
a)      Ketidak percayaan akan kemampuan akal
Dalam urusan kemanuasiaan, fasisme tidak mengandalkan akal atau tetapi mengandalkan irasional. Secara psikologis fasisme bersifat fanatic, dogmatis dan tertutup. Setiap rezim fasis berkuasa memiliki masalah-masalh tabu seperti soal ras, kerajaan atau pemimpinnya. Hal ini harus diterima sebagai suatu keyakinan dan tidak boleh didiskusikan secara keritis.
b)      Pengingkaran terhadap derajat persamaan manusia
Pada masyarakat fasis tidak hanya menerima kenyataan keridak samaan derajat tetapi juga hal itu menjadi idealism. Pada pemiliran Yahudi, Pemahaman Kristiani dan konsep Yunani sama-sama menganut persamaan derajat manusia. Hal ini ditolak oleh fasisme karena adanya pertentangan antara anatar yang super dengan yang inferior. Karean aitu dalam fasis orang pria itu melibihi wanita, orang militer itu melebihi sipil, kebangsaan orang melebihi kebangsaan yang lain.
c)      Kode perilaku yang didasari atas deuta dan kekerasan  
Kode etik fasisme tentang perilaku menekan pada keduataan dan kekrasan dalam semua bentuk hubungan antara manusia, di dalam negeri dan antarbangsa. Doktrin ini berlaku untuk mausuh-musuh, baik dalam dan luar negeri. Karena itu, Nazi pertama-tama menyiapkan kamp kosentrasi, kamar-kamar gas dan komp kerja paska untuk warga Jerman sendiri dan kemudian digunakan untuk orang-orang diluar Jerman.
d)     Pemerintahan oleh kelompok elite
Prinsip kepemimpinan fasis mengungkapkan bentuk yang ekstrim dari konsep elite. Dalam konsep elit tercermin penekanan yang irasional dalam politik fasis. Pemimoin selalu dianggap benar dan mendapat wahyu dan kemampuan mistik.
e)      Totaliterisme
Pada semua bentuk hubungan antar manusia Fasisme mencerminkan sebagai suatu pandangan hidup dan bukan hanya sekedar system pemerintahan. Banyak bentu kediktatoran seperti di Amerika Latin tetapi hanya di bidang pemerintahannya saja. Pada bidang pendidikan, agama, bisnis, dan pertanian tidak diusik oleh kediktatoran politik ini. 
f)       Rasionalisme dan Imperialisme
Fasisme yang mengungkapkan dua ciri dasar, yaitu ketidak samaan martabat manusia dan kekrasan yang diterapkan pada bangsa-bangsa. Sehingga membuat negara berfaham fasis melakukan memiliki hak memerintah padda negara lain dan menguasai negara tersebut.
g)      Menentang hokum dan ketertidan internasional
Hal ini merupakan knsekuansi logis dari keyakinan fasis. Negara fasis bahkan menarik diri darri partisipasinya dalam organisasi internasional yang bersifat keputusan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Leo.2013. Sejarah Intelektual. Yogyakarta:Penerbit Ombak

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda