Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Atau Discovery Learning Pada Pembelajaran Sejarah
Penerapan
Model Pembelajaran Penemuan Atau Discovery Learning Pada Pembelajaran Sejarah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar
Mengajar
Dosen Pengampu Dr. Suranto M.Pd
Tugas
Individu
Oleh:
EUIS
SUNDANI
120210302050
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014
Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat
dan karunai-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan
Atau Discovery Learning Pada
Pembelajaran Sejarah” yang
merupakan salah satu dari komponen nilai tugas individu mata kuliah StrategiBelajarMengajardalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara pada Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Drs.
Suranto M.Pd , selaku Dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Mengajar yang
telah membimbing selama penulis menyelesaikan makalah ini;
2.
Teman-teman
yang telah memberi dorongan dan semangat;
3.
Semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga
makalah ini dapat bermanfaat.
Jember, Oktober 2014
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apabila diperhatikan praktek-praktek pembelajaran
sejarah di sekolah, sering diperoleh kesan bahwa pembelajaran sejarah kurang
menarik bahkan membosankan. Guru sejarah hanya menyampaikan fakta-fakta,
uruatan tahun dan peristiwa. Sehingga pelajaran sejarah dirasakan murud,
hanyalah mengulangii hal-hal yang sama dari tingkat sekolah dasar sampai
tingkat pendidikan menengah. Metode serta teknik pengajarannya kurang menerik
(Soewarso, 2000:1). Hal ini mengakibatkan pembelajaran sejarah di
sekolah-sekolah mengeah di Indonesia mangalami kemerosotan dari hari kehari.
Kondisi tersebut tentunya tidak boleh dibiarkan harus segera diatasi, karena
apabila hal itu berlangsung terus tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya.
Akibatnya nilai-nilai terkandung dalam sejarah tidak dapat dipahami dan
diamalkan peserta didik.
Menurut Tamrin (2002:123) pembelajaran dianggap
sebagai transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa diposisikan sebagai
seseorang yang tidak memiliki pengetahuan dan hanya menunggu serta menyerap apa
yang disampaikan oleh guru. Akiabatnya siswa hanya sekedar meperoleh informasi
dan kemudian menghapalnya. Selain itu guru enggan untuk menggunakan media dalam
pembelajaran. Sehingga kondisi kelas menjadi monoton. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sujana (1989) yang menyatakan bahwa media bisa menjadi alat untuk
menarik dan menimbulkan motivasi belajar siswa namun tidak banyak guru yang
menguasai penggunaan atau pembuatan media. Sedangkan dalam mempelajari sejaran
dibutuhkan dengan media sebagai sarana bagi guru agar mampu memvisualisasikan
peristiwa sejarah di hadapan siswa.
Tujuan pembelajaran sejarah dapat dicapai dengan baik
apabila seorang guru mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menguasai bahan
pelajaran sejarah, memilih dan menggunakan metode sesuai dengan bahan pelajaran
sejarah yang ingin disajikan (Soewarso, 2000:36). Salah satu metode
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah model pembelajaran Discovery
Learning.
Model pemebelajaran Discoveri learning ini menurut
saya sangat cocok digukan dalam pembelajaran sejarah, karena dapat
menfisualisasikan peristiwa sejarah kedepan peserta didik. Manfaat lain dari
penggunaan metode pembelajaran Discovery Learning adalah memungkinkan
siswa untuk bergerak pada ketiga tahapan tersebut di atas saat mereka
berhadapan dengan informasi-informasi baru. Sedangkan kelemahannya yaitu menimbulkan
asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar dan tidak efisien untuk
mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk
membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas,
permasalahn yang di angakat dalam makalah ini sebagai berikut:
1.2.1
Apa pengertian dari Model Pembelajaran
Discovery Learning ?
1.2.2
Alasan mengapa memilih Model Pembelajaran
Discovery Learning ?
1.2.3
Apa saja langkah - langkah dalam Model
Pembelajaran Discovery Learning ?
1.2.4
Apa saja manfaat menggunakan Model
Pembelajaran Discovery Learning ?
1.2.5
Apa kelemahan menggunakan Model Pembelajaran Discovery
Learning ?
1.3 Manfaat
Sejalan
dengan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini diantaranya sebagai
berkut:
1.3.1
Untuk mengetahui engertian
dari Model Pembelajaran Discovery Learning ?
1.3.2
Untuk mengetahui alasan mengapa memilih Model
Pembelajaran Discovery Learning ?
1.3.3
Untuk mengetahui langkah -
langkah dalam Model Pembelajaran Discovery Learning ?
1.3.4
Untuk mengetahui manfaat menggunakan
Model Pembelajaran Discovery Learning ?
1.3.5
Untuk mengetahui kelemahan menggunakan Model Pembelajaran Discovery
Learning ?
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dari Model Pembelajaran Discovery Learning
Discovery merupakan prinsip yang sama dengan inkuiri
(inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga
istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep
atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhatikan kepada
siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri masalah
bukan hasil rekayasa sehingga siswa harus menyerahkan seluruh pikiran dan keterampilan
untuk mendapat temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian,
sedangkan Prolem Solving lebih memberikan tekanan pada kemampuan menyelesaikan
maslah. Pada Discovery Learning materi yang akan disampaikan tidak disampaikan
dalam bentuk final akan tetapi peserta didik akan didorong untuk
megidentifikasi apa yang ingin diketahui dijalankan dengan mencari informasi
sendir kemudian mengorganisasikan atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka
ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Penggunaan Discovery Learning, ingin merubah kondisi
belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang
teacher oriented ke student oriented. Merubah modus ekspansi siswa hanya
menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa
menemukan informasi sendiri.
Pembelajaran dengan penernuan (Discovery Learning)
merupakan suatu komponen penting dalam pendekatan konstruktivis yang telah
memiliki sejarah panjang dalam dunia pendidikan. Ide pembelajaran penernuan
(Discovery Learning) muncul dari keinginan untuk memberi rasa senang kepada
anak/siswa dalam "menemukan" sesuatu oleh mereka sendiri dengan
mengikuti jejak para ilmuwan. (Nur 2000).
Pembelajaran penernuan dibedakan menjadi 2, yaitu
pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning) atau sering disebut open
ended discovery dan pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery
Learning) (UT 1997). Dalam pelaksanaannya, pembelajaran penernuan terbimbing
(Guided Discovery Learning) lebih h banyak diterapkan, karena dengan petunjuk
guru siswa akan bekerja lebih terarah dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Namun bimbingan guru bukanlah semacam resep yang harus dlikuti tetapi
hanya merupakan arahan tentang prosedur kerja yang diperlukan.
2.2 Alasan Memilih Model Pembelajaran Discovery Learning
Saya memilih medol pembelajaran Discovery Learning
karena model pembelajaran ini dirasa sangat cocok di terapkan dalam pembelajaran
sejarah. Model pembelajaran ini dapat membuat peserta didik menemukan
pengetahuannya sendiri. Dengan mereka dapat menemukan pengetahuannya sendiri,
dimungkinkan mereka untuk dapat pula menfisualisasikan peristiwa sejarah yang
mereka melajari melalui pemecahan masalah yang dilakukan siswa-siswi sendiri.
Menfisualisasikan peristiwa sejarah pada peserta didik
penting dilakukan. Karena dengan guru dapat menfisualisasikan peristiwa peserta
didik membuat peserta didik dapat merasakan malihat dan mendengan langsung
peristiwa sejarah itu dan peserata didik akan dapat lebih mengingat apa yang
terlh disampaikan oleh guru tersebut.
2.3 Langkah - langkah dalam Model Pembelajaran Discovery Learning
Ada beberapa langakah –langkah dalam mengaplikasi
model Discovery Learning di kelas diantaranya menurut buku Materi Pelatihan
Guru Implementasi kurikulum 2013, yaitu;
1)
Perencanaan
·
Menentukan tujuan pembelajaran
·
Menentukan
identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar dan
sebagainya)
·
Memilih materi pembelajaran
·
Menentukan topik-topik yag harus dipelajari siswa
secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
·
Mengembangakan bahan-bahan belajar yang berupa
contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebaginya untuk dipelajari peserta didik
·
Mengetur topik-topk perlajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai
ke simbolik
·
Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
2)
Pelaksanaan
Menurut Syah
(2004) dalam mengaplikasikan model Discovery Learning di kelas, ada beberapa
prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum berikut
Stimulation (stimulusi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama
pada tahap ini pelajar dihadapakan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya
dan timbul keingingan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan
pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membeca buku, dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada
tahapan ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu siswa untuk mengeksplorasi bahan. Dengan demikian
seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa
agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
ü
Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah
dilakukan stimulstion guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pembelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan masalah)
ü
Data collection (pengumpulan data)
Pada saat
peserta didik melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru memberi kesempatan
kepada para siswa untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya ang relewan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Dapat dapat diperoleh melalui
membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji
coba sendiri dan sebagainya.
ü
Data processing (pengolahan data)
Menurut Syah
(2004;244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang
telah diperoleh para siswa bail memalui wawancara, observasi, dan sebagainya,
lalu di tafsirkan.
ü
Verifacation (pembuktian)
Pada tahapan ini
siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang telah diterapkan, dihubungkan dengan hasil data processing.
Berdasarkanhasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan
atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahul itu kemudian dicetak, apakah
terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
ü
Generalization (menarik kesimpulan)
Tahapan
generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau maslah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasrkan generalisasi.
3)
Sistem Penilaian
Dalam model pembelajaran Discovery Learning, penilaian
dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes. Penilaian dapat berupa
penilaian pengetahuan, sikap dan keterampilan, atau penilaian hasil kerja siswa
Sedangkan
menurut Carin (1993), dalam merencanakan dan menyiapkan pembelajaran penemuan
terbimbing (Guided Discovery Learning) sebagai berikut.
1) Menentukan tujuan yang akan dipelajari oleh siswa:
ü Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan penernuan;
ü Menentukan lembar pengamatan data untuk siswa;
ü Menyiapkan alat
dan bahan secara lengkap;
ü Menentukan dengan cermat apakah siswa akan bekerja
secara individu atau secara berkelompok yang terdiri dari 2‑5 siswa;
ü Mencoba terlebih dahulu kegiatan yang akan dikerjakan
oleh siswa.
Untuk
mencapai tujuan di atas Carin (1993) menyarankan hal‑hal di bawah ini:
1) Membantu siswa untuk memahami tujuan dan prosedur kegiatan
yang harus dilakukan;
2) Memeriksa bahwa semua siswa memahami tujuan dan
prosedur kegiatan yang harus dilakukan;
3) Menjelaskan pada siswa tentang cara bekerja yang aman;
4) Mengamati setiap siswa selama mereka melakukan
kegiatan;
5) Memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk
mengembalikan alat dan bahan yang digunakan;
6) Melakukan diskusi tentang kesimpulan untuk setiap
jenis kegiatan.
Dibawah ini
merupakan penerapan model pembelajaran Discovery Learning pada pembelajaran
sejarah SMA (Sekolah Menengah Atas) kelas XI semester gasal.
Contoh
kongrit tahapan pembelajaran Discovery Learning
Kompetensi Dasar :
1.1 Menghayati
nilai-nilai persatuan dan keinginan bersatu dalam perjuangan pergerakan
nasional menuju kemerdekaan bangsa sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa
terhadap bangsa dan negara Indonesia.
2.1 Mengembangkan nilai dan perilaku
mempertahankan harga diri bangsa dengan bercermin pada kegigihan para pejuang
dalam melawan penjajah.
3.1 Menganalisis perubahan, dan keberlanjutan dalam
peristiwa sejarah pada masa penjajahan asing hinggaproklamasi kemerdekaan
Indonesia.
4.1 Mengolah informasi tentang peristiwa sejarah
pada masa penjajahan bangsa Barat berdasarkan konsep perubahan dan
keberlanjutan, dan menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah.
|
Topik :
Perubahn dan keberlanjutan peristiwa sejarah pada masa penjajahan asing
hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Tujuan :
·
Menjelaskan
pengertian kausalitas
·
Menjelaskan
apa saja yang menjadi sebab-sebab kausalitas pada peristiwa sejrah
·
Menganalisis
kausalitas peristiwa sejarah pada masa penjajahan asing hingga proklamasi
kemerdekaan Indonesia
·
Menyusun
karya tulis sejarah yang berjudul “Kausalitas Peristiwa Sejarah Pada Masa
Penjajahan Asing Hingga Proklamasi Kemerdekaan Indonesia”
Alokasi
Waktu : 1x pertemuan (2JP)
|
SINTAK PEMBELAJARAN
|
KEGIATAN PEMBELAJRAN
|
1.
Stimulation (simulasi/pemberian rangsangan)
|
Pemberian
rangsangan/motivasi, menyinggung problem yang akan dipecahkan dan bersifat
delimatis bahkan kontoversial, contohnya :
·
Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia adalah awal
dari sejarah Indonesia
·
Peralihan kedudukan rakyat nusantara saat kedatangan
bangsa Barat.
·
Tujuan awal kedatangan bangsa Barat yang kemudian
kemudian berubah
|
2.
Problem statemen (pertanyaan atau
Identifikasi masalah)
|
Guru
memberikn kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin masalah yang berkaitan dengan permasalahan sehingga siswa menemukan
pertanyaan-pertangan yang harus dijawab melalui kegiatan belajr, contohnya :
·
Jelaskan
pengertian kausalitas ?
·
Jelaskan
apa saja yang menjadi sebab-sebab kausalitas pada peristiwa sejarah ?
·
Mengapa
terjadi kausalitas peristiwa sejarah pada masa penjajahan asing hingga
proklamasi kemerdekaan Indonesia
·
Jelaskan
kausalitas peristiwa sejarah pada masa penjajahan asing hingga proklamasi
kemerdekaan Indonesia
|
3. Data
Collection
(pengumpulan data)
|
Pada
tahapan ini peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab
pertanyan yang telah diidentivikasi melalui bermacam-macam sumber pelajaran
(buku, majalah, internet dan lain-lain), sehingga pengumpulan data bersifat
variatif
|
4. Data Processing
(pengolahan data)
|
Pada
tahapan ini peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi untuk mengolah data
hasil dari pengolahn data.
|
5. Verification
(pembuktian)
|
Pada
tahap verifikasi peserta didik mendiskudikn hasil pengolahan dat dan
memverifikasi hasil pengolahan dengan data-data pada sumber pembelajaran
terkait materi yang disajikan.
|
6. Generalization
(menarik kesimpulan)
|
Pada
tahapan ini peserta didik menyimpulkan hasil diskusi.
|
2.4 Manfaat Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning
Terdapat
beberapa manfaat menggunakan model pembelajaran Discovery Learning diantaranya :
ü Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan
kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
ü Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat
pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
ü Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya
rasa menyelidiki dan berhasil.
ü Model pembelajaran ini memungkinkan siswa berkembang
dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
ü Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya
sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
ü Model pembelajaran discovery learning ini dapat
membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja
sama dengan yang lainnya.
ü Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan
sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
ü Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan)
karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
ü Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih
baik;
ü Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada
situasi proses belajar yang baru;
ü Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif
sendiri;
ü Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan
hipotesis sendiri;
ü Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi
proses belajar menjadi lebih terangsang;
ü Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju
pada pembentukan manusia seutuhnya;
ü Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
ü Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai
jenis sumber belajar;
ü Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Manfaat lainDiscovery
learning (pembelajaran penemuan) yaitu memungkinkan siswa
untuk bergerak pada ketiga tahapan tersebut di atas saat mereka berhadapan
dengan informasi-informasi baru. Pertama-tama siswa akan memanipulasi dan
berbuat sesuatu terhadap bahan-bahan; kemudian mereka akan membentuk
gambar-gambar saat mereka mencatat ciri-ciri khusus dan melakukan observasi.
Karena siswa mengalami ketiga tahap tersebut di atas, Brunner yakin siswa akan
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang suatu topik. Saat siswa
termotivasi dan benar-benar berpartisipasi di dalam proyek penemuan (discovery
project), pembelajaran penemuan atau discovery learning akan membawa
pada proses belajar yang sangat baik (Strike, 1975).
2.5 Kelemahan Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning
Model
pembelajaran discovery learning ini menimbulkan asumsi bahwa ada
kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami
kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara
konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
Agar
pada situasi pembelajaran penemuan didapatkan benefit, siswa harus mempunyai
pengetahuan dasar tentang masalah yang akan dipelajari dan tahu bagaimana
mengaplikasikan strategi-strategi pemecahan masalah. Tanpa pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan ini, mereka akan menyerah dan frustasi. Bukannya
memperoleh pelajaran dari bahan-bahan tersebut, mereka justru akan bermain-main
dengannya. Sedikit siswa yang brilian mungkin akan memperoleh
“penemuan-penemuan”, sementara kebanyakan yang lainnya akan kehilangan minat
dan menunggu secara pasif terhadap orang lain yang mungkin akan menyelesaikan
proyek penemuan itu. Alih-alih memperoleh keuntungan dari penjelasan guru yang
terorganisasi dengan baik, justru siswa-siswi yang tak berhasil memperoleh
“penemuan” ini akan mendapatkan penjelasan yang keliru dari dari siswa-siswa
yang tak dapat mengkomunikasikan apa yang telah mereka “temukan” dengan bahasa
yang tepat.
Model
pembelajaran discovery learning ini tidak efisien untuk mengajar jumlah
siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka
menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
Para
kritikus pembelajaran penemuan (discovery learning) yakin bahwa pembelajaran
penemuan tidak efektif dan terlalu sulit untuk diorganisasikan. Pendapat ini
tentunya akan sangat tepat bila guru berhadapan dengan siswa-siswi dengan
kemampuan rendah. Discovery learning mungkin tidak tepat untuk mereka karena
meminta terlalu banyak, sementara siswa-siswa tidak atau kurang memiliki latar belakang
pengetahuan yang cukup dan keterampilan-keterampilan pemecahan masalah yang
diperlukan untuk menjamin kesuksesan pelaksanaan discovery learning. Banyak
hasil penelitian justru menunjukkan bahwa model pembelajaran penemuan
(discovery learning) tidak efektif dan bahkan melemahkan pada anak-anak
berkemampuan rendah.
Model
pembelajaran discovery learning lebih cocok untuk mengembangkan
pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.
.
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Discovery Learning merupakan model pembelajaran penemuan
masalah. Pada model pembelajaran ini lebih menekankan pada ditemukannya konsep
atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhatikan kepada siswa
semacam masalah yang direkayasa oleh guru.
Penggunaan Discovery Learning, ingin merubah kondisi
belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang
teacher oriented ke student oriented. Merubah modus ekspansi siswa hanya
menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa
menemukan informasi sendiri.
Alasan
mengapa saya memilih metode pembelajaran Discovery Learning adalahmodel pembelajaran ini dirasa sangat cocok di terapkan
dalam pembelajaran sejarah. Model pembelajaran ini dapat membuat peserta didik
menemukan pengetahuannya sendiri. Dengan mereka dapat menemukan pengetahuannya
sendiri, dimungkinkan mereka untuk dapat pula menfisualisasikan peristiwa
sejarah yang mereka melajari melalui pemecahan masalah yang dilakukan
siswa-siswi sendiri.
Model pemebelajaran Discoveri learning ini menurut
saya sangat cocok digukan dalam pembelajaran sejarah, karena dapat
menfisualisasikan peristiwa sejarah kedepan peserta didik. Manfaat lain dari
penggunaan metode pembelajaran Discovery Learning adalah memungkinkan
siswa untuk bergerak pada ketiga tahapan tersebut di atas saat mereka
berhadapan dengan informasi-informasi baru.
Sedangkan
kelemahannya dari metode pembelajaran Discovery Learning dintaranya yaitu, menimbulkan
asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar dan tidak efisien untuk
mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk
membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
2014. Materi Pelatiahn Guru Implementasi Kurikulum
2013 tahun 2014 mata pelajaran sejarah untuk guru. Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan;Jakarta
2012.
Tersedia di http//;Efektivitas Pembelajaran
Penemuan (Discovery Learning) (diakses
tanggal 3 Oktober 2014)
2009. Tersedia
di :http//; Model Pembelajaran Penemuan
Terbimbing (Guided Discovery Learning).htm (diakses tanggal 3
Oktober 2014)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda