Kamis, 18 Desember 2014

Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Atau Discovery Learning Pada Pembelajaran Sejarah





Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Atau Discovery Learning Pada Pembelajaran Sejarah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu Dr. Suranto M.Pd


Tugas Individu


Oleh:
EUIS SUNDANI
120210302050




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat dan karunai-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Atau  Discovery Learning Pada Pembelajaran Sejarahyang merupakan salah satu dari komponen nilai tugas individu mata kuliah StrategiBelajarMengajardalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.  Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.      Drs. Suranto M.Pd , selaku Dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Mengajar yang telah membimbing selama penulis menyelesaikan makalah ini;
2.      Teman-teman yang telah memberi dorongan dan semangat;
3.      Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.


Jember, Oktober 2014



Penulis



                                                                                                                                           

BAB I PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Apabila diperhatikan praktek-praktek pembelajaran sejarah di sekolah, sering diperoleh kesan bahwa pembelajaran sejarah kurang menarik bahkan membosankan. Guru sejarah hanya menyampaikan fakta-fakta, uruatan tahun dan peristiwa. Sehingga pelajaran sejarah dirasakan murud, hanyalah mengulangii hal-hal yang sama dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat pendidikan menengah. Metode serta teknik pengajarannya kurang menerik (Soewarso, 2000:1). Hal ini mengakibatkan pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah mengeah di Indonesia mangalami kemerosotan dari hari kehari. Kondisi tersebut tentunya tidak boleh dibiarkan harus segera diatasi, karena apabila hal itu berlangsung terus tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Akibatnya nilai-nilai terkandung dalam sejarah tidak dapat dipahami dan diamalkan peserta didik.
Menurut Tamrin (2002:123) pembelajaran dianggap sebagai transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa diposisikan sebagai seseorang yang tidak memiliki pengetahuan dan hanya menunggu serta menyerap apa yang disampaikan oleh guru. Akiabatnya siswa hanya sekedar meperoleh informasi dan kemudian menghapalnya. Selain itu guru enggan untuk menggunakan media dalam pembelajaran. Sehingga kondisi kelas menjadi monoton. Hal ini sesuai dengan pendapat Sujana (1989) yang menyatakan bahwa media bisa menjadi alat untuk menarik dan menimbulkan motivasi belajar siswa namun tidak banyak guru yang menguasai penggunaan atau pembuatan media. Sedangkan dalam mempelajari sejaran dibutuhkan dengan media sebagai sarana bagi guru agar mampu memvisualisasikan peristiwa sejarah di hadapan siswa.
Tujuan pembelajaran sejarah dapat dicapai dengan baik apabila seorang guru mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menguasai bahan pelajaran sejarah, memilih dan menggunakan metode sesuai dengan bahan pelajaran sejarah yang ingin disajikan (Soewarso, 2000:36). Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah model pembelajaran Discovery Learning.
Model pemebelajaran Discoveri learning ini menurut saya sangat cocok digukan dalam pembelajaran sejarah, karena dapat menfisualisasikan peristiwa sejarah kedepan peserta didik. Manfaat lain dari penggunaan metode pembelajaran Discovery Learning adalah memungkinkan siswa untuk bergerak pada ketiga tahapan tersebut di atas saat mereka berhadapan dengan informasi-informasi baru. Sedangkan kelemahannya yaitu menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar dan tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya

1.2         Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, permasalahn yang di angakat dalam makalah ini sebagai berikut:
1.2.1   Apa pengertian dari Model Pembelajaran Discovery Learning ?
1.2.2       Alasan mengapa memilih Model Pembelajaran Discovery Learning ?
1.2.3       Apa saja langkah - langkah dalam Model Pembelajaran Discovery Learning ?
1.2.4       Apa saja manfaat menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning ?
1.2.5     Apa kelemahan menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning ?

1.3         Manfaat

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini diantaranya sebagai berkut:
1.3.1     Untuk mengetahui engertian dari Model Pembelajaran Discovery Learning ?
1.3.2       Untuk mengetahui alasan mengapa memilih Model Pembelajaran Discovery Learning ?
1.3.3     Untuk mengetahui langkah - langkah dalam Model Pembelajaran Discovery Learning ?
1.3.4     Untuk mengetahui manfaat menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning ?
1.3.5     Untuk mengetahui kelemahan menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning ?















BAB II PEMBAHASAN

2.1         Pengertian dari Model Pembelajaran Discovery Learning

Discovery merupakan prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhatikan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri masalah bukan hasil rekayasa sehingga siswa harus menyerahkan seluruh pikiran dan keterampilan untuk mendapat temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan Prolem Solving lebih memberikan tekanan pada kemampuan menyelesaikan maslah. Pada Discovery Learning materi yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi peserta didik akan didorong untuk megidentifikasi apa yang ingin diketahui dijalankan dengan mencari informasi sendir kemudian mengorganisasikan atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Penggunaan Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Merubah modus ekspansi siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri.
Pembelajaran dengan penernuan (Discovery Learning) merupakan suatu komponen penting dalam pendekatan konstruktivis yang telah memiliki sejarah panjang dalam dunia pendidikan. Ide pembelajaran penernuan (Discovery Learning) muncul dari keinginan untuk memberi rasa senang kepada anak/siswa dalam "menemukan" sesuatu oleh mereka sendiri dengan mengikuti jejak para ilmuwan. (Nur 2000).

Pembelajaran penernuan dibedakan menjadi 2, yaitu pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning) atau sering disebut open ended discovery dan pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) (UT 1997). Dalam pelaksanaannya, pembelajaran penernuan terbimbing (Guided Discovery Learning) lebih h banyak diterapkan, karena dengan petunjuk guru siswa akan bekerja lebih terarah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Namun bimbingan guru bukanlah semacam resep yang harus dlikuti tetapi hanya merupakan arahan tentang prosedur kerja yang diperlukan.

2.2         Alasan Memilih Model Pembelajaran Discovery Learning

Saya memilih medol pembelajaran Discovery Learning karena model pembelajaran ini dirasa sangat cocok di terapkan dalam pembelajaran sejarah. Model pembelajaran ini dapat membuat peserta didik menemukan pengetahuannya sendiri. Dengan mereka dapat menemukan pengetahuannya sendiri, dimungkinkan mereka untuk dapat pula menfisualisasikan peristiwa sejarah yang mereka melajari melalui pemecahan masalah yang dilakukan siswa-siswi sendiri.
Menfisualisasikan peristiwa sejarah pada peserta didik penting dilakukan. Karena dengan guru dapat menfisualisasikan peristiwa peserta didik membuat peserta didik dapat merasakan malihat dan mendengan langsung peristiwa sejarah itu dan peserata didik akan dapat lebih mengingat apa yang terlh disampaikan oleh guru tersebut.

2.3         Langkah - langkah dalam Model Pembelajaran Discovery Learning

Ada beberapa langakah –langkah dalam mengaplikasi model Discovery Learning di kelas diantaranya menurut buku Materi Pelatihan Guru Implementasi kurikulum 2013, yaitu;
1)      Perencanaan
·         Menentukan tujuan pembelajaran
·          Menentukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar dan sebagainya)
·         Memilih materi pembelajaran
·         Menentukan topik-topik yag harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
·         Mengembangakan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebaginya untuk dipelajari peserta didik
·         Mengetur topik-topk perlajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
·         Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
2)      Pelaksanaan
Menurut Syah (2004) dalam mengaplikasikan model Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar  secara umum berikut
Stimulation (stimulusi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapakan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan timbul keingingan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membeca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahapan ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa untuk mengeksplorasi bahan. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
ü  Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulstion guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pembelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
ü  Data collection (pengumpulan data)
Pada saat peserta didik melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya ang relewan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Dapat dapat diperoleh melalui membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
ü  Data processing (pengolahan data)
Menurut Syah (2004;244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa bail memalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu di tafsirkan.
ü  Verifacation (pembuktian)
Pada tahapan ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah diterapkan, dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkanhasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahul itu kemudian dicetak, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
ü  Generalization (menarik kesimpulan)
Tahapan generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau maslah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasrkan generalisasi.
3)      Sistem Penilaian
Dalam model pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes. Penilaian dapat berupa penilaian pengetahuan, sikap dan keterampilan, atau penilaian hasil kerja siswa
Sedangkan menurut Carin (1993), dalam merencanakan dan menyiapkan pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) sebagai berikut.
1)      Menentukan tujuan yang akan dipelajari oleh siswa:
ü  Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan penernuan;
ü  Menentukan lembar pengamatan data untuk siswa;
ü   Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap;
ü  Menentukan dengan cermat apakah siswa akan bekerja secara individu atau secara berkelompok yang terdiri dari 2‑5 siswa;
ü  Mencoba terlebih dahulu kegiatan yang akan dikerjakan oleh siswa.
Untuk mencapai tujuan di atas Carin (1993) menyarankan hal‑hal di bawah ini:
1)      Membantu siswa untuk memahami tujuan dan prosedur kegiatan yang harus dilakukan;
2)      Memeriksa bahwa semua siswa memahami tujuan dan prosedur kegiatan yang harus dilakukan;
3)      Menjelaskan pada siswa tentang cara bekerja yang aman;
4)      Mengamati setiap siswa selama mereka melakukan kegiatan;
5)      Memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk mengembalikan alat dan bahan yang digunakan;
6)      Melakukan diskusi tentang kesimpulan untuk setiap jenis kegiatan.
Dibawah ini merupakan penerapan model pembelajaran Discovery Learning pada pembelajaran sejarah SMA (Sekolah Menengah Atas) kelas XI semester gasal.
Contoh kongrit tahapan pembelajaran Discovery Learning
Kompetensi Dasar :

1.1 Menghayati nilai-nilai persatuan dan keinginan bersatu dalam perjuangan pergerakan nasional menuju kemerdekaan bangsa sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa terhadap bangsa dan negara Indonesia.

2.1 Mengembangkan nilai dan perilaku mempertahankan harga diri bangsa dengan bercermin pada kegigihan para pejuang dalam melawan penjajah.
3.1  Menganalisis perubahan, dan keberlanjutan dalam peristiwa sejarah pada masa penjajahan asing hinggaproklamasi kemerdekaan Indonesia.
4.1  Mengolah informasi tentang peristiwa sejarah pada masa penjajahan bangsa Barat berdasarkan konsep perubahan dan keberlanjutan, dan menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah.
Topik  : Perubahn dan keberlanjutan peristiwa sejarah pada masa penjajahan asing hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Tujuan :
·         Menjelaskan pengertian kausalitas
·         Menjelaskan apa saja yang menjadi sebab-sebab kausalitas pada peristiwa sejrah
·         Menganalisis kausalitas peristiwa sejarah pada masa penjajahan asing hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia
·         Menyusun karya tulis sejarah yang berjudul “Kausalitas Peristiwa Sejarah Pada Masa Penjajahan Asing Hingga Proklamasi Kemerdekaan Indonesia”
Alokasi Waktu      : 1x pertemuan (2JP)

SINTAK PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJRAN
1.      Stimulation (simulasi/pemberian rangsangan)
Pemberian rangsangan/motivasi, menyinggung problem yang akan dipecahkan dan bersifat delimatis bahkan kontoversial, contohnya :
·         Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia adalah awal dari sejarah Indonesia
·         Peralihan kedudukan rakyat nusantara saat kedatangan bangsa Barat.
·         Tujuan awal kedatangan bangsa Barat yang kemudian kemudian berubah
2.      Problem statemen (pertanyaan atau
Identifikasi masalah)
Guru memberikn kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang berkaitan dengan permasalahan sehingga siswa menemukan pertanyaan-pertangan yang harus dijawab melalui kegiatan belajr, contohnya :
·         Jelaskan pengertian kausalitas ?
·         Jelaskan apa saja yang menjadi sebab-sebab kausalitas pada peristiwa sejarah ?
·         Mengapa terjadi kausalitas peristiwa sejarah pada masa penjajahan asing hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia
·         Jelaskan kausalitas peristiwa sejarah pada masa penjajahan asing hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia

3.       Data Collection          
(pengumpulan data)
Pada tahapan ini peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab pertanyan yang telah diidentivikasi melalui bermacam-macam sumber pelajaran (buku, majalah, internet dan lain-lain), sehingga pengumpulan data bersifat variatif
4.       Data Processing
(pengolahan data)
Pada tahapan ini peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi untuk mengolah data hasil dari pengolahn data.
5.       Verification
(pembuktian)
Pada tahap verifikasi peserta didik mendiskudikn hasil pengolahan dat dan memverifikasi hasil pengolahan dengan data-data pada sumber pembelajaran terkait materi yang disajikan.
6.       Generalization
(menarik kesimpulan)
Pada tahapan ini peserta didik menyimpulkan hasil diskusi.

2.4         Manfaat Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning

Terdapat beberapa manfaat menggunakan model pembelajaran Discovery Learning diantaranya :
ü  Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
ü  Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
ü  Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
ü  Model pembelajaran ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
ü  Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
ü  Model pembelajaran discovery learning ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
ü  Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
ü  Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada  kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
ü  Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
ü  Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar  yang baru;
ü  Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;
ü  Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;
ü  Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang;
ü  Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia  seutuhnya;
ü  Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
ü  Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar;
ü  Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Manfaat lainDiscovery learning (pembelajaran penemuan) yaitu memungkinkan siswa untuk bergerak pada ketiga tahapan tersebut di atas saat mereka berhadapan dengan informasi-informasi baru. Pertama-tama siswa akan memanipulasi dan berbuat sesuatu terhadap bahan-bahan; kemudian mereka akan membentuk gambar-gambar saat mereka mencatat ciri-ciri khusus dan melakukan observasi. Karena siswa mengalami ketiga tahap tersebut di atas, Brunner yakin siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang suatu topik. Saat siswa termotivasi dan benar-benar berpartisipasi di dalam proyek penemuan (discovery project), pembelajaran penemuan atau discovery learning akan membawa pada proses belajar yang sangat baik (Strike, 1975).

2.5         Kelemahan Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning

Model pembelajaran discovery learning ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
Agar pada situasi pembelajaran penemuan didapatkan benefit, siswa harus mempunyai pengetahuan dasar tentang masalah yang akan dipelajari dan tahu bagaimana mengaplikasikan strategi-strategi pemecahan masalah. Tanpa pengetahuan dan keterampilan-keterampilan ini, mereka akan menyerah dan frustasi. Bukannya memperoleh pelajaran dari bahan-bahan tersebut, mereka justru akan bermain-main dengannya. Sedikit siswa yang brilian mungkin akan memperoleh “penemuan-penemuan”, sementara kebanyakan yang lainnya akan kehilangan minat dan menunggu secara pasif terhadap orang lain yang mungkin akan menyelesaikan proyek penemuan itu. Alih-alih memperoleh keuntungan dari penjelasan guru yang terorganisasi dengan baik, justru siswa-siswi yang tak berhasil memperoleh “penemuan” ini akan mendapatkan penjelasan yang keliru dari dari siswa-siswa yang tak dapat mengkomunikasikan apa yang telah mereka “temukan” dengan bahasa yang tepat.
Model pembelajaran discovery learning ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
Para kritikus pembelajaran penemuan (discovery learning) yakin bahwa pembelajaran penemuan tidak efektif dan terlalu sulit untuk diorganisasikan. Pendapat ini tentunya akan sangat tepat bila guru berhadapan dengan siswa-siswi dengan kemampuan rendah. Discovery learning mungkin tidak tepat untuk mereka karena meminta terlalu banyak, sementara siswa-siswa tidak atau kurang memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup dan keterampilan-keterampilan pemecahan masalah yang diperlukan untuk menjamin kesuksesan pelaksanaan discovery learning. Banyak hasil penelitian justru menunjukkan bahwa model pembelajaran penemuan (discovery learning) tidak efektif dan bahkan melemahkan pada anak-anak berkemampuan rendah.
Model pembelajaran discovery learning lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
.












BAB III PENUTUP

3.1         Simpulan

Discovery Learning merupakan model pembelajaran penemuan masalah. Pada model pembelajaran ini lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhatikan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru.
Penggunaan Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Merubah modus ekspansi siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri.
Alasan mengapa saya memilih metode pembelajaran Discovery Learning adalahmodel pembelajaran ini dirasa sangat cocok di terapkan dalam pembelajaran sejarah. Model pembelajaran ini dapat membuat peserta didik menemukan pengetahuannya sendiri. Dengan mereka dapat menemukan pengetahuannya sendiri, dimungkinkan mereka untuk dapat pula menfisualisasikan peristiwa sejarah yang mereka melajari melalui pemecahan masalah yang dilakukan siswa-siswi sendiri.
Model pemebelajaran Discoveri learning ini menurut saya sangat cocok digukan dalam pembelajaran sejarah, karena dapat menfisualisasikan peristiwa sejarah kedepan peserta didik. Manfaat lain dari penggunaan metode pembelajaran Discovery Learning adalah memungkinkan siswa untuk bergerak pada ketiga tahapan tersebut di atas saat mereka berhadapan dengan informasi-informasi baru.
Sedangkan kelemahannya dari metode pembelajaran Discovery Learning dintaranya yaitu, menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar dan tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.



















DAFTAR PUSTAKA

2014. Materi Pelatiahn Guru Implementasi Kurikulum 2013 tahun 2014 mata pelajaran sejarah untuk guru. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan;Jakarta
2012. Tersedia di http//;Efektivitas Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)  (diakses tanggal 3 Oktober 2014)
2009. Tersedia di :http//; Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Learning).htm (diakses tanggal 3 Oktober 2014)


0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda