Kamis, 18 Desember 2014

PENERAPAN BERFIKIR SEJARAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH




PENERAPAN BERFIKIR SEJARAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu Dr. Suranto M.Pd

Tugas Individu


Oleh:
EUIS SUNDANI
120210302050




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat dan karunai-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “PENERAPAN BERFIKIR SEJARAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAHyang merupakan salah satu dari komponen nilai tugas individu mata kuliah StrategiBelajarMengajardalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.  Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.      Drs. Suranto M.Pd , selaku Dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Mengajar yang telah membimbing selama penulis menyelesaikan makalah ini;
2.      Teman-teman yang telah memberi dorongan dan semangat;
3.      Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.


Jember, Oktober 2014



Penulis







1.1              Latar Belakang

Berfikir sejarah pada pembelajaran sejah ini terkait aspek atau kemampuan berpikir.Kemampuan berpikir sejarah ini tidak akan terlepas dari cara berpikir kronologi (diakronik) dan sinkronik. Menurut Galtung, sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich; ( dia dalam bahasa latin artinya melalui/ melampaui dan chronicus artinya waktu ). Diakronis artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang.
Sedangkan, sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.Cara berpikir sinkronik sangat mempengaruhi kelahiran sejarah baru yang sangat dipengaruhi perkembangan imu-ilmu sosial. Pengaruh itu dapat digolongan ke dalam tiga macam, yaitu konsep, teori, dan permasalahan.
Cara berfikir sejarah dalam mengkaji peristiwa-peristiwa yang dipelajarinya terbagi menjadi empat konsep, yaitu konsep periodisasi, konsep kronologi, konsep kronik, dan historiografi.Dalam pembelajaran sejarah Indonesia perlu juga dikembangkan kemampuan berpikir sejarah (historical thinking). Kemampuan berpikir sejarah ini terkait aspek atau kemampuan berpikir kronologis, memperhatikan prinsip sebab akibat dan prinsip perubahan dan keberlanjutan.
Menpelajari kemampuan berpikir sejarah (historical thinking) sangat diperlukan. Hal ini dikarehakan dengan mempelajarikemampuan berpikir sejarah (historical thinking), dapat memgerti aapa saja yang dibicarakan dan dipikrkan sejarah. Sehingga bila kemampuan berpikir sejarah (historical thinking) itu diterapkan pada pelajaran sejarah, maka akan memperoleh pengetahuan secara menyeluru dan lebih mendalam.

1.2              Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, permasalahn yang di angakat dalam makalah ini sebagai berikut:
1.2.1     Bagaimana cara berfikir singkronis dan diakronis ?
1.2.2     Bagaimana konsep dalam mengkaji peristiwa-peristiwa yang akan dipelajari ?
1.2.3     Apa yang dimaksut konsep sebab akibat ?
1.2.4     Apa yang dimaksut dengan perubahan dn keberlanjutan ?
1.2.5     Bagaimana penerapa berfikir sejarah pada pembelajaran sejarah ?

1.3              Tujuan

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini diantaranya sebagai berkut:
1.3.1     Untuk mengetahui cara berfikir singkronis dan diakronis.
1.3.2     Untuk mengetahuikonsep dalam mengkaji peristiwa-peristiwa yang akan dipelajari
1.3.3     Untuk mengetahuiapa yang dimaksut konsep sebab akibat.
1.3.4     Untuk mengetahui apa yang dimaksut dengan perubahan dan keberlanjutan.
1.3.5     Untuk mengetahui bagaimana penerapa berfikir sejarah pada pembelajaran sejarah.



BAB II PEMBAHASAN

3.1         Cara Berfikir Singkronis dan Diakronis
Kemampuan berpikir sejarah ini tidak akan terlepas dari cara berpikir kronologi (diakronik) dan sinkronik.Menurut Galtung, sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich; ( dia dalam bahasa latin artinya melalui/ melampaui dan chronicus artinya waktu ). Diakronis artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang. Sedangkan, sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.
Berpikir diakronik adalah berpikir kronologis (urutan) dalam menganalisis sesuatu. Kronologi adalah catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu terjadinya. Kronologi dalam peristiwa sejarah dapat membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu secara tepat, selain itu dapat juga membantu untuk membandingkan kejadian sejarah dalam waktu yang sama di tempat berbeda yang terkait peristiwanya.
2.1.1        Cara berfikirdiakronikdalammempelajarisejarah
Secara etimologi,diakronik berasal dari bahasa yunani yang berarti melintas atau melewati khronus yang berarti perjalanan waktu. Sejarah itu diakronis maksudnya me­manjang dalam waktu, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis maksudnya melebar dalam ruang. Sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B. 
Sejarah berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang waktu. Pendekatan diakronis adalah salah satu yang menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai bagaimana bahwa sesuatu perubahanituterjadi sepanjang masa. Sejarawanakan menggunakan pendekatan ini untuk menganalisis dampak perubahan variabel pada sesuatu, sehingga memungkinkan sejarawan untuk mendalilkan MENGAPA keadaan tertentu lahir dari keadaan sebelumnya atau MENGAPA keadaan tertentu berkembang / berkelanjutan.
2.1.2        Cara berfikirsinkronikdalammempelajarisejarah
Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu. Pendekatan sinkronik biasa digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Sinkronik lebih menekankan pada struktur, artinya meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu.
Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada didalam waktu yang panjang itu. Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas. Beberapa contoh penulisan sejarah dengan topik-topik dari ilmu sosial yang disusun dengan cara sinkronik lainnya misalnya Tarekat Naqsyabandiyah dan Qodiriyah di pesantren-pesantren Jawa.Cara berfikir singkronik mengajarkan kita untuk lebih teliti mengamati gejala atau fenomena tertentu, terhadap peristiwa atau kejadian pada waktu tertentu.
Ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial ini saling berhubungan. Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronik dan ilmu sosial lain yang sinkronik. Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah ilmu diakronik bercampur dengan sinkronik. Contoh : Peranan militer dalam politik (1945-1999) yang ditulis seorang ahli ilmu politik; Elit Agama dan Politik (1945- 2003) yang ditulis ahli sosiologi.
Cara berpikir sinkronik sangat mempengaruhi kelahiran sejarah baru yang sangat dipengaruhi perkembangan imu-ilmu sosial. Pengaruh itu dapat digolongan ke dalam tiga macam, yaitu konsep, teori, dan permasalahan.
a.       Konsep
Bahasa latin conceptus yang berarti gagasan atau ide. Para sejarawan banyak menggunakan konsep ilmu-ilmu social. Sebagai contoh sejaawan Anhar Gonggong dalam disertasinya  tentang Kahar Muzakkar menggunakan konsep politik lokal untuk menerangkan konflik antargologan di Sulawesi Selatan. Konsep ilmu social lain yang digunakannya adalah konsep dari psykologi etnis yang terdapat dalam masyarakat Sulawesi Selatan, yaitu sirik yang berarti harga diri atau martabat.

b.      Teori               
Bahasa Yunani theoria berarti kaidah yang mendasari suatu gejala, yang sudah melalui verifikasi. Sebagai contoh adalah karya sejarawan Ibrahim Alfian, Perang di Jalan Allah. Ia menerangkan perang Aceh dengan teori perilaku kolektif dari ilmu social. Dalam teori itu diterangkan bahwa perilaku kolektif dapat timbul, melalui dua syarat, yaitu ketegangan structural dan keyakinan yang tersebar. Dalam kasus perang Aceh yang diteliti Ibrahim Alfian dijelaskan adanya ketegangan antara orang Aceh dengan pemerintah colonial Hindia Belanda (ketegangan structural), dan keyakinan yang tersebar di kalangan masyarakat Aceh bahwa musuh mereka adalah golongan kafir. Pertentangan antara kafir dan muslim itulah yang menghasilkan ideology perang sabil.
c.       Permasalahan               
Dalam sejarah banyak sekali permasalahan ilmu-ilmu social yang dapat diangkat jadi topic-topik penelitian sejarah. Soal seperti mobilitas social, kriminalitas, migrasi, gerakan petani, budaya istana, kebangkitan kelas menengah dan sebagainya.  Sebagai contoh adalah karya sejarawan SartonoKartodirdjo tentang perkembangan peradaban priyayi yang ditulis berdasarkan permasalahan elite dalam pemerintahan kolonial, kemunculannya, lambang-lambangnya, dan perubahan-perubahannya.
Selain melatih kita untuk dapat berfikir kronologi dan singkronik, sejarah juga mengajarkan kepada kita cara berpikir Holistic. Holistic memiliki pengertian menyeluruh,artinya dalam mengamati atau mempelajari suatu peristiwa kita harusnya menggunakan cara pendang dengan mempertimbangkan beberapa aspek. Sebagai contok kita akan mempelajari mengapa perang dapat terjadi ? dengan cara berfikir Holistic kita akan mulai mempelajari sebab-sebab, tokoh yang terlibat, dimana kejadiannya, kapanterjadinya, faktor pemicu, usaha-usaha yang terlah dilakukan untuk mencegah terjadinya perang, korban, dan akibat dari perang tersebut. Oleh karena itu kita juga belajar behwa setiap akibat pasti ada sebabnya, sejauh mana kemampuan kita dapat mencegah sebab atau mengurai bahkan dapat menghindari akaibat yang tidak diinginkan.

3.2              Konsep dalam Mengkaji Peristiwa-Peristiwa yang Akan Dipelajari

Cara berfikir sejarah dalam mengkaji peristiwa-peristiwa yang dipelajarinya terbagi menjadi empat konsep, yaitu konsep periodisasi, konsep kronologi, konsep kronik, dan historiografi. Untuk lebih mengerti, berikut penjelasannya:
a.       Konsep Periodisasi dalam Ilmu Sejarah
Secara umum periodisasi artinya tingkat perkembangan masa atau pembabakan suatu masa. Sedangkan periodisasi dalam sejarah berarti tingkat perkembangan masa dalam sejarah atau pembabakan masa dalam sejarah.
Sejarah sejak manusia ada hingga saat ini tentulah sangat panjang dan terdapat banyak peristiwa atau kejadian dengan jumlah yang sangat banyak. Para ahli ataupun sejarawan akan kesulitan dalam memahami ataupun membahas masalah-masalah yang muncul dalam sejarah kehidupan manusia. Karena itu, untuk mempermudah memahaminya, para ahli kemudian menyusun suatu periodisasi sejarah atau pembabakan-pembabakan masa sejarah.
Contoh periodisasi adalah periodisasi sejarah Eropa sampai sekarang. Terdiri dari sejarah Eropa Purba -> Sejarah Eropa Kuno -> Sejarah Eropa Abad Pertengahan -> Sejarah Eropa Zaman Renaisans dan Humanisme -> Sejarah Eropa Baru -> Sejarah Eropa Modern. Untuk mempermudah pemahaman sejarah Eropa secara utuh, maka dilakukan pembabakan masa atau periodisasi yang setiap periode waktunyanya memiliki ciri-ciri tersendiri.

b.      Konsep Kronologi dalam Ilmu Sejarah
Kehidupan umat manusia diliputi oleh berbagai perkembangan, baik dalam tingkat yang sangat sederhana sampai yang lebih kompleks. Setiap masa dalam kehidupan manusia selalu diliputi oleh peristiwa. Peristiwa itu bisa besar seperti Perang Dunia I dan II, Proklamasi kemerdekaan, dan lain-lain. Bisa pula peristiwa kecil dari umat manusia seperti kenaikan tahta seorang raja, ikatan pernikahan dan sebagainya. Inilah sebabnya ilmu sejarah merupakan suatu ilmu yang memiliki hubungan erat dengan kehidupan manusia.
Dengan kompleksnya peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia, maka setiap peristiwa diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan jenis-jenis peristiwa tersebut. Disinilah kemudian konsep kronologis berfungsi, peristiwa yang telah diklasifikasikan tadi, disusun secara kronologis berdasarkan urutan waktu kejadian dari peristwa-peristiwa tersebut.

c.       Konsep Kronik dalam Ilmu Sejarah
Kata "kronik" dapat ditemukan dalam sejarah dinasti-dinasti dari kerajaan Cina. Kronik merupakan sejenis kumpulan tulisan-tulisan dari dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina, seperti Kronok dinasti Chou, Chin, Tang, Ming, Sung dan dinasti-dinasti lainnya. Kronik itu merupan suatu kumpulan tulisan tentang perjalanan seorang musafir atau seorang pujangga dan juga seorang pendeta. Mereka akan menulis seluruh peristiwa atau kejadian maupun hal-hal yang yang baru ditemukan ketika melakukan perjalanannya, baik daerah yang dilalui maupun yang disinggahinya.

d.      Historiografi dalam sejarah
     Penulisan adalah puncak segala-galanya. Apa yang dituliskan, itulah sejarah, yaitu sejarah sebagaimana ia dikisahkan, yang mencoba mengungkap dan memahami sejarah sebagaimana terjadinya. Dan hanya penulisan sejarah inilah yang disebut historiografi.
     Historiografi terbentuk dari dua akar kata yaitu history dan grafi. Histori artinya sejarah dan grafi artinya tulisan. Jadi historiografi artinya adalah tulisan sejarah, baik itu yang bersifat ilmiah (problem oriented) maupun yang tidak bersifat ilmiah (no problem oriented).
     Problem oriented artinya karya sejarah ditulis bersifat ilmiah dan berorientasi kepada pemecahan masalah (problem solving), yang tentu saja penulisannya menggunakan seperangkat metode penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan no problem orientedadalah karya tulis sejarah yang ditulis tidak berorientasi kepada pemecahan masalah dan ditulis secara naratif, juga tidak menggunakan metode penelitian. Historiografi merupakan tahap terakhir dalam penyusunan sejarah.
     Penulisan sejarah dalam historiografi lebih merupakan ekspresi kultural daripada usaha untuk merekam masa lalu. Oleh karena itu, historiografi adalah ekspresi kultural dan pantulan dari keprihatinan kelompok sosial masyarakat atau kelompok sosial yang menghasilkannya.

3.3              Konsep Sebab Akibat

Di dalah sejarah juga dikenal prinsip kausalitas atau hukum sebab akibat dari sebuah peristiwa. Kosep sebab akibat ini merupakan hal yang sangat penting dalam memberikan penjelasan tentang peristiwa sejarah.Setiap peristiwa sejarah terjadi tentu ada sebabnya. Begitu juga peristiwa itu akan menimbulkan akibat. Akibat dari peristiwa itu akan menjadi sebab pada peristiwa yang berikutnya demikian seterusnya. Coba lihat diagram berikut ini.
diagram kausalitas
Mengenai sebab dari peristiwa sejarah itu bisa langsung dan sangat dekat dengan peristiwa sejarah.Tetapi sebab itu juga dapat ditarik jauh dari waktu peristiwanya. Sebagai contoh: peristiwa datangnya bangsa Barat ke Indonesia karena ingin mendapatkan rempah-rempah dari negeri asalnya agar lebih murah (sebab yang dekat/langsung dengan peristiwa datangnya ke Indonesia). Mengapa mereka harus datang ke Indonesia untuk mendapatkan rempah-rempah yang lebih murah? rempah-rempah sulit didapat di Eropa dan kalau pun ada harganya sangat tinggi karena perdagangan di Laut Tengah dikuasai Turki Usmani setelah berhasil menguasai Bizantium/Konstantinopel (sebab yang tidak langsung dengan peristiwanya). Pertanyaan berikutnya juga ditampilkan misalnya mengapa Turki Usmani menduduki Konstantinopel dan menguasai Laut Tengah, dan begitu seterusnya.
Manusia dan sejarah memiliki suatu keterkaiatan yang erat. Tanpa manusia, sejarah pun menjadi kosong. Kuntowijoyo mengemukakan bahwa sejarah adalah suatu rekontruksi masa lalu yang sudah barang tentu disusun oeh komponen-komponen tidakan manusia berupa yang dipikirkan, yang dilakukan, dan diucapakan. Selama manusia bergerak (bertindak, berpikir, dan berucap) maka akan mendorong terjadinya perubahan demi perubahan yang seiring berjalannya waktu perubahan-perubahan itu akan menjadi suatu komponen-komponen sejarah. Sejarah hanya dapat muncul apabila perubahan-perubahan yang dilakukan manusia terjadi didalamnya. Dengn demikian dapat dikatakan bahwa adanya perubahan yang dilakukan manusia pasti akan dapat berubah sebagai akiabatnya. 
Perinsisp sebab akibat ( Kausalis ) ini dalam sejarah disebut determinisme atau historisisme. Peristiwa sebab akibat dalam sejarah itu menurut Sartono Kartodirdjo (1993) pengertiannya adalah bhawa suatu peristiwa sejarah hendaknyaditerangkan dengan melihat peristiwa sejarah yang mendahuluinya. Dengan kata lain, semua akibat itu berawal dari adanya sebuah atau beberapa sebab yang sebelumnya terjadi. Sebagai contohnya, dapat dikemukakan tentang peristiwa sejarah Indonesia mulai dari masa penjajahan asing hingga proklamasi kemerdekan Indonesia.

3.4              Perubahan dan Keberlanjutan

Perubahan merupakan konsep yang sangat penting dalam sejarah. Sebab suatu peristiwa yang terjadi pada hakikatnya adalah sebuah perubahan, minimal perubahan dari segi waktu.Perubahan merupakan hal perbedaan, yang bergeser atau beralih dari suatu keadaan atau realitas yang satu dengan keadaan yang lain.
Perubahan merupakan perbedaan dari suatu keadaan atau realitas yang satu dengan keadaan yang lain, dari tempat yang satu ke tempat yang lain, dari waktu yang satu ke waktu yang lain. Misalnya perubahan dari keadaan bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang merdeka setelah terjadi peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945. Tetapi sekalipun peristiwa tersebut telah berlalu ada aspek-aspek tertentu yang tersisa dan masih berlanjut.
Sebagai contoh peristiwa Proklamasi, status kita berubah dari bangsa terjajah menjadi bangsa merdeka, tetapi dalam bidang hukum seperti UU Hukum Pidana kita masih banyak aspek yang melanjutkan UU Hukum Pidana zaman Belanda.
Dalam pembelajaran sejarah Indonesia peserta didik harus dipahamkan akan hakikat perubahan yang terjadi dalam peristiwa sejarah begitu juga yang terkait dengan keberlanjutan.Dengan memahami konsep itu peserta didik akan lebih memahami setiap peristiwa sejarah yang dipelajarinya. Konsep ini juga memberikan pengalaman belajar bahwa hidup ini mengandung perubahan, perubahan itu diusahakan menuju yang lebih baik. Tugas guru bagaimana mengantarkan pemahaman ini kepada peserta didik.

3.5              Penerapa Berfikir Sejarah Pada Pembelajaran Sejarah

Dalam pembelajaran sejarah Indonesia perlu juga dikembangkan kemampuan berpikir sejarah (historical thinking). Kemampuan berpikir sejarah ini terkait aspek atau kemampuan berpikir kronologis, memperhatikan prinsip sebab akibat dan prinsip perubahan dan keberlanjutan.
Ilmu Sejarah tidak akan terlepas dari cara berpikir kronologi (diakronik) dan sinkronik. Demikian karena menurut Galtung, sejarah merupakan ilmu diakronis. Diakronis berasal dari bahasa latin yaitu kata diachronich yang artinya melalui atau melampaui; dan kata chronicus yang artinya waktu. Dengan demikian diakronis dapat diartikan memanjang dalam waktu tetapi tetap terbatas dalam ruang. Berbeda dengan diakronis, sinkronis berarti meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu. Sedangkan kronologi merupakan catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu terjadinya. Kronologi dalam peristiwa sejarah dapat membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu yang sama di tempat yang sama di tempat berbeda yang terkait peristiwanya.
Pada sejarah juga dikenal prinsip kausalitas atau hukum sebab akibat dari sebuah peristiwa. Kosep sebab akibat ini merupakan hal yang sangat penting dalam memberikan penjelasan tentang peristiwa sejarah. Setiap peristiwa sejarah terjadi tentu ada sebabnya. Begitu juga peristiwa itu akan menimbulkan akibat. Akibat dari peristiwa itu akan menjadi sebab pada peristiwa yang berikutnya demikian seterusnya.
Perinsisp sebab akibat ( Kausalis ) ini dalam sejarah disebut determinisme atau historisisme. Peristiwa sebab akibat dalam sejarah itu menurut Sartono Kartodirdjo (1993) pengertiannya adalah bhawa suatu peristiwa sejarah hendaknyaditerangkan dengan melihat peristiwa sejarah yang mendahuluinya. Dengan kata lain, semua akibat itu berawal dari adanya sebuah atau beberapa sebab yang sebelumnya terjadi. Sebagai contohnya, dapat dikemukakan tentang peristiwa sejarah Indonesia mulai dari masa penjajahan asing hingga proklamasi kemerdekan Indonesia.
Ilmu sejarah yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Rangkaian peristiwa sejarah sejak adanya manusia sampai sekarang adalah peristiwa yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Kita harus menyadari bahwa rangkaian peristiwa sejarah sejak adanya manusia sampai sekarang adalah peristiwa yang berkelanjutan atau berkesinambungan (continuity). Roeslan Abdul Ghani mengatakan bahwa ilmu sejarah ibarat penglihatan terhadap tiga dimensi, yaitu pertama, penglihatan ke masa silam, kedua ke masa sekarang dan ketiga ke masa depan (to study history is to study the past to built the future). Dengan demikian, mempelajari peristiwa-peristiwa sejarah akan selalu terkait dengan “waktu’ (time) yang terus bergerak dari masa sebelumnya ke masa-masa berikutnya serta melahirkan peristiwa-peristiwa yang baru yang saling terkait sehingga perjalanan sejarah tidak pernah berhenti (stagnan).
Dalam pembelajaran sejarah Indonesia peserta didik harus dipahamkan akan hakikat perubahan yang terjadi dalam peristiwa sejarah begitu juga yang terkait dengan keberlanjutan. Dengan memahami konsep itu peserta didik akan lebih memahami setiap peristiwa sejarah yang dipelajarinya. Konsep ini juga memberikan pengalaman belajar bahwa hidup ini mengandung perubahan, perubahan itu diusahakan menuju yang lebih baik.


BAB III PENUTUP

3.1              Simpulan

Kemampuan berpikir sejarah ini tidak akan terlepas dari cara berpikir kronologi (diakronik) dan sinkronik. Menurut Galtung, sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich; ( dia dalam bahasa latin artinya melalui/ melampaui dan chronicus artinya waktu ). Diakronis artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang. Sedangkan, sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.Pendekatan sinkronik biasa digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Sinkronik lebih menekankan pada struktur, artinya meluas dalam ruang.
Cara berpikir sinkronik sangat mempengaruhi kelahiran sejarah baru yang sangat dipengaruhi perkembangan imu-ilmu sosial. Pengaruh itu dapat digolongan ke dalam tiga macam, yaitu konsep, teori, dan permasalahan.
Selain melatih kita untuk dapat berfikir kronologi dan singkronik, sejarah juga mengajarkan kepada kita cara berpikir Holistic. Holistic memiliki pengertian menyeluruh,artinya dalam mengamati atau mempelajari suatu peristiwa kita harusnya menggunakan cara pendang dengan mempertimbangkan beberapa aspek.
Dalam pembelajaran sejarah Indonesia perlu juga dikembangkan kemampuan berpikir sejarah (historical thinking). Kemampuan berpikir sejarah ini terkait aspek atau kemampuan berpikir kronologis, memperhatikan prinsip sebab akibat dan prinsip perubahan dan keberlanjutan.Hal ini dikarehakan dengan mempelajari kemampuan berpikir sejarah (historical thinking), dapat memgerti aapa saja yang dibicarakan dan dipikrkan sejarah. Sehingga bila kemampuan berpikir sejarah (historical thinking) itu diterapkan pada pelajaran sejarah, maka akan memperoleh pengetahuan secara menyeluru dan lebih mendalam.

3.2              Saran

Setiap seorang pendidik diharapkan mampu memberikan pemahaman tentang kemampuan berpikir sejarah (historical thinking). Kemudian perserta didik juga diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir sejarah (historical thinking) pada pelajaran sejarah.


Daftar Pustaka

Devy, Arya. 2014. Tersedia di http//;sudut kelas media belajar siswa  Kemampuan berpikir sejarah.htm(diakses tanggal 13 Oktober 2014)
Saputra, Yusuf. 2011. Tersedia di :http//; berpikir sejarah/Sejarah Kelas X  Kemampuan Berpikir Diakronis dan Sinkronik.htm (diakses tanggal  13 Oktober 2014)
Tersedia di :http//; berpikir sejarah/Cara Berfikir Sejarah dalam Mengkaji Peristiwa-peristiwa yang Dipelajarinya _ Wawasan Pendidikan.htm(diakses tanggal  13 Oktober 2014)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda