Berfikir Ilmiah Pada Pelajaran Sejarah
Berfikir
Ilmiah Pada Pelajaran Sejarah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar
Mengajar
Dosen Pengampu Dr. Suranto M.Pd
Tugas
Individu
Oleh:
EUIS
SUNDANI
120210302050
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014
Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat
dan karunai-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Berfikir Ilmiah Pada Pembelajaran
Sejarah” yang merupakan salah
satu dari komponen nilai tugas individu mata kuliah StrategiBelajarMengajardalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara pada Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Drs.
Suranto M.Pd , selaku Dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Mengajar yang
telah membimbing selama penulis menyelesaikan makalah ini;
2.
Teman-teman
yang telah memberi dorongan dan semangat;
3.
Semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga
makalah ini dapat bermanfaat.
Jember, Oktober 2014
Penulis
1.1 Latar Belakang
Berfikir
ilmiah merupakan proses berfikir atau pengembangan pikiran yang tersusun secara
sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada (Eman
Sulaeman). Berpikir ilmiah adalah
metode berpikir yang didasarkan pada logika deduktif dan induktif (Mumuh
mulyana Mubarak, SE).
Terdapat
ciri-ciri yang menunjukkan seseorang berfikir ilmiah dinataranya ada empat ciri
berpikir ilmiah. Pertama, harus obyektif, kemudian rasional, terbuka dan
berorientasi pada kebenaran.
Metode
berpikir ilmiah tidak lepas dari fakta kejadian alam yang kebenarannya selalu
ada hubungannya dengan hasil uji eksperimental. Jika suatu teori tidak bisa
dibuktikan dengan uji eksperimental maka dikatakan bahwa teori itu tidak bisa
diyakini kebenarannya karena tidak memenuhi kriteria sebagai sains. (Goldstein,
1980). Inilah bagian kelemahan tentang berpikir ilmiah.
Kelemahan
berpikir ilmiah lainnya seperti cakupan jangkauan kajiannya, dan asumsi yang
melandasinya, serta kesimpulannya bersifat relatif, metode ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada kajian
objek-objek material yang dapat diindera. Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu
eksperimental. Secara entologi, ilmu
membatasi dirinya pada pengkajian yang berada pada ruang lingkup pengalaman
manusia. Hal inilah yang membedakan antara ilmu dan agama. (Adib M 2011, hal. 138-140).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada
latar belakang di atas, permasalahn yang di angakat dalam makalah ini sebagai
berikut:
1.2.1 Bagaimana definisi
dari berfikir ilmiah ?
1.2.2
Apa
saja ciri-ciri berfikir ilmiah ?
1.2.3 Apa saja Model dan Kriteria Metode Berpikir
Ilmiah ?
1.2.4 Bagaimanaprosedur
berpikir ilmiah ?
1.2.5 ?
1.3 Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas,
tujuan penulisan makalah ini diantaranya sebagai berkut:
1.3.1
Untuk mengetahui definisi dari berfikir ilmiah.
1.3.2
Untuk mengetahui ciri-ciri berfikir ilmiah.
1.3.3
Untuk mengetahui apa saja Model dan Kriteria Metode Berpikir Ilmiah.
1.3.4
Untuk mengetahui bagaimana prosedur berpikir ilmiah.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Berfikir Ilmiah
Terdapat
beberapa devinisi dari berpikir ilmiah dianataranya dari Mumuh mulyana Mubarak,
SE yang berpendapat berfikir ilmiah adalah metode berfikir yang di dasarkan pada
logika deduktif dan induktif.Sedangkan menurut Hillway tahun 1956, berfikir
ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris,
dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan.
Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir atau pengembangan pikiran yang
tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang
sudah ada (Eman Sulaeman)
Berpikir
imiah bukanlah berpikir biasa. Berpikir ilmiah adalah berpikir yang
sungguh-sungguh. Artinya, suatu cara yang berdisiplin, di mana seseorang yang
tidak akan membiarkan ide dan konsep yang sedang dipikirkannya berkelana tanpa
arah namun semuanya itu diarahkan pada satu tujuan tertentu. Tujuan tertentu
dalam hal ini adalah pengetahuan. Berpikir keilmuan, atau berpikir
sungguh-sungguh adalah cara berpikir yang didisiplinkan dan diarahkan kepada
pengetahuan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebutkan, bahwa metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk
mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan) atau cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Berpikir Ilmiah merupakan suatu pemikiran atau
tindakan seorang manusia yang menggunakan dasar-dasar dan ilmu tertentu.
Sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga harus
melalui proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran. Dalam
berpikir ilmiah seseorang harus memperhatikan dasar – dasarnya yang didalamnya
menyangkut apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Biasanya hal itu digunakan
untuk mencari rumusan masalah dan mencari solusi atau kesimpulan suatu masalah.
Berpikir ilmiah sangat penting dalam melakukan sesuatu, tidak hanya di
lingkungan masyarakat tetapi juga di lingkungan sekolah. Jika dalam suatu
pekerjaan untuk menunjukkan hasil dari pekerjaan kita. Kita pasti akan dituntut
untuk menunjukkan apa saja hasil dari pekerjaan kita dan semua itu pasti akan
diuji kebenarannya sehingga orang lain akan percaya dengan pekerjaan kita.
Berpikir
ilmiah juga sangat penting dalam melakukan penelitian sesuatu, baik tentang
tanaman, hewan, manusia dan sebagainya. Pasti dalam membuat dan mengumpulkan
data itu sendiri harus sesuai dengan kebenaran karena untuk menjelaskan hasil
dari penelitian kita dibutuhkan suatu pemikiran yang ilmiah. Selain itu
berpikir ilmiah juga tanpa emosi dan berpikir sesuai kebenaran yang ada. Untuk
itu sebagai manusia yang ingin selalu menjadi terbaik, kita harus selalu
menggunakan pemikiran ilmiah dalam setiap pendapat rasional orang–orang sekitar
kita akan selalu menganggap kita tidak berpendapat yang omong kosong.Setiap
manusia disamping berpikir ilmiah harus didukung dengan berpikir positif serta
pemikiran-pemikiran yang yang baik. Untuk menjadikan setiap pendapat kita
selalu dapat dipercaya dan diterima oleh semua orang.
2.2 Ciri-ciriBerfikir Ilmiah
Setidaknya ada empat ciri berpikir ilmiah. Pertama,
harus obyektif. Seorang ilmuwan dituntut
mampu berpikir obyektif atau apa adanya. Seorang yang berpikir obyektif selalu
menggunakan data yang benar.
Disebut sebagai data yang benar, manakala data itu diperoleh dari sumber dan cara yang benar.
Sebaliknya, data yang tidak
benar oleh karena diperoleh dengan cara yang tidak benar. Data itu dibuat-buat, misalnya. Data yang benar adalah data yang benar-benar sesuai dengan
kenyataan yang ada, tidak kurang dan tidak lebih.
Ternyata
untuk mendapatkan data yang benar juga tidak mudah. Lebih mudah mendapatkan
data palsu. Seorang ilmuwan harus mampu
membedakan antara data yang benar itu dari data yang palsu. Data yang benar tidak selalu mudah
mendapatkannya, dan hal itu sebaliknya adalah data palsu. Banyak orang berpikir
salah, oleh karena mendasarkan pada data yang salah atau bahkan data palsu.
Dari kenyataan seperti ini, maka seorang
yang berpikir ilmiah, harus hati-hati terhadap data yang tersedia.
Kedua, rasional
atau secara sederhana orang menyebut masuk akal. Seorang berpikir ilmiah
harus mampu menggunakan logika yang benar. Mereka bisa mengenali kejadian atau
peristiwai mulai apa yang menjadi sebab dan apa pula akibatnya. Segala sesuatu selalu
mengikuti hukum sebab dan akibat. Bahwa sesuatu ada, maka pasti ada yang
mengadakan. Sesuatu menjadi berkembang, oleh karena ada kekuatan yang
mengembangkan. Seseorang menjadi marah oleh karena terdapat sebab-sebab yang
menjadikannya marah. Manakala sebab itu tidak ada, tetapi tetap marah, maka
orang dimaksud dianggap di luar kebiasaan,
atau tidak masuk akal.
Orang
berikir ilmiah tidak akan terjebak atau terpengaruh oleh hal-hal yang tidak
masuk akal. Informasi, pendapat atau pandangan baru bagi
seseorang yang selalu berikir ilmiah
tidak segera diterimanya. Mereka akan mencari tahu informasi itu tentang
sumbernya, siapa yang membawa, dan kalau perlu diuji terlebih dahulu atas kebenarannya. Begitu pula tatkala
menghadapi pandangan atau pendapat, maka seorang yang berpikir ilmiah akan berusaha mendapatkan alasan atau dasar-dasar
yang digunakan hingga muncul pandangan atau pendapat itu. Atas sikapnya seperti
itu, maka seorang yang berpkir ilmiah dianggap kritis.
Ketiga, ciri seseorang yang berpikir ilmiah adalah terbuka.
Ia selalu memposisikan diri bagaikan
gelas yang terbuka dan masih bisa diisi
kembali. Seorang yang terbuka adalah selalu siap mendapatkan masukan, baik
berupa pikiran, pandangan, pendapat dan bahkan juga data atau informasi baru
dari manapun asal atau sumbernya. Ia tidak segera menutup diri, bahwa hanya
pendapatnya sendiri saja yang benar dan selalu mengabaikan lainnya dari mana pun asalnya. Seseorang yang
berpikir ilmiah tidak akan tertutup dan apalagi menutup diri.
Keempat, seorang berpikir ilmiah adalah selalu berorientasi
pada kebenaran, dan bukan pada kalah dan
menang. Seorang yang berpikir ilmiah sanggup merasa kalah tatkala buah
pikirannya memang salah. Kekalahan itu tidak dirasakan sebagai sesuatu yang
mengecewakan dan menjadikan dirinya
merasa rendah. Seorang yang berpikir ilmiah lebih mengedepankan
kebenaran daripada sekedar kemenangan. Kebenaran menjadi tujuan utamanya. Oleh
karena itu, seseorang yang berpikir ilmiah, dalam suasana apapun harus mampu mengendalikan diri, agar tidak bersikap emosional,
subyektif, dan tertutup.
2.3 Model dan Kriteria Metode Berpikir Ilmiah
Ditinjau dari sejarah berpikir manusia, terdapat dua
pola berpikir ilmiah. Yang pertama adalah berpikir secara rasional, di mana
berdasrkan paham rasionalisme ini, ide tentang kebenaran sebenarnya sudah ada.
Dengan kata lain, ide tentang kebenaran, yang menjadi dasar bagi pengetahuan,
diperoleh lewat berpikir rasional, terlepas dari pengalaman manusia. (Bayu'zu
2011, hal. 1)
Cara
berpikir ilmiah yang kedua adalah empirisme. Berbeda dengan orang-orang yang
berpikir secara rasional. Menurut orang-orang yang berpaham empirisme ini,
pengetahuan ini tidak ada secara apriori di benak kita, melainkan harus
diperoleh lewat pengalaman.
Adapun
kriteria metode berpikir ilmiah antara lain: (1) berdasarkan fakta; (2) bebas
dari prasangka; (3) menggunakan prinsip-prinsip analisis; (4) menggunakan
hipotesis; (5) menggunakan ukuran objektif; (6) menggunakan teknik
kuantifikasi. (Adib, M. 2011, hal. 137-138)
Tedapat kelemahan-kelemahan dalam metode berpikir
ilmia, yang pertama, metode ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada penuh
kajian objek-objek material yang dapat diindra. Metode ini khusus untuk
ilmu-ilmu eksperimental. Ia dilakukan dengan cara memperlakukan materi (objek)
dalam kondisi-kondisi dan faktor-faktor baru yang bukan kondisi dari faktor
yang asli. Melakukan pengamatan terhadap materi tersebut serta berbagai kondisi
dan faktornya yang ada, baik yang alami maupun yang telah mengalami perlakuan.
Dari proses terhadap materi ini,
Kedua,
metode ilmiah mengasumsikan adanya penghapuasan seluruh informasi sebelumnya
tentang objek yang dikaji, dan mengabaikan keberadaannya. Kemudian memulai
pengematan dan percobaan atas materi..Setelah melakuakan pengamatan dan
percobaan, maka selanjutnya adalah melakukan komparasi dan pemeriksaan yang
teliti, dan akhirnya merumuskan kesimpulan berdasarkan sejumlah premis ilmiah.
Ketiga,
kesimpulan yang didapat ini adalah
bersifat spekulatif atau tidak pasti (dugaan). Kelemahan-kelemahan yang ada pada
metode ilmiah ini juga diungkapkan dalam literatur lain. Misalnya,
“Pertama-tama ilmu ilmu menyadari bahwa masaslah yang dihadapinya adalah
masalah yang bersifat kongkrit yang terdapat dalam dunia fisik yang nyata.
Secara entologi, ilmu membatasu dirinya pada pengkajian yang berada pada ruang
lingkup pengalaman manusia. Hal inilah yang membedakan antara ilmu dan agama.
Perbedaan antara lingkup permasalahan yang dihadapinya juga menyebabkan
perbedaan metode dalam memecahkan masalah tersebut”.
Dinyatakan
pula, “proses pengujian ini tidak sama dengan pengujian ilmiah yang berdasarkan
kepada tangkapan pancaindera, sebab pengujian kebenaran agama harus dilakukan
oleh seluruh aspek kemanusiaan kita seperti penalaran, perasaan, intuisi,
imajinasi disamping pengalaman”. Demikian juga halnya dengan bidang bidang
sastra yang termasuk dalam humaniora yang jelas tidak mempergunakan metode
ilmiah dalam penyusunan tubuh pengetahuannya”.
2.4 Prosedur Berpikir Ilmiah
Prosedur berfikir ilimiah modern, masih selalu teatp
menggunakan kaidah keilmuan barat yang hanya melandaskan fikirannya pada
penalaran rasional dan empiris. Metode ilmiah adalah ekspresi tentang cara
berfikir menurut kaidah ilmiah. Melalui metode ini, diharapakan dapat
menghasilkan karakteristik tertentu yang diminta pengetahuan ilmiah.
Karakteristik yang dimaksud bersifat rasional (deduktif) dan teruji secara
empiris.
Metode ilmiah dengan demikian adalah pengggabungan
antara cara berfikir deduktif dalam membangun tubuh pengetahuan. Prosedur
ilmiah mencakup 7 langkah, yaitu:
1) Mengenal adanya suatu situasi
yang tidak menentu. Situasi yang bertantangan atau kabur
yang menghasilkan penyelidikan,
2) Menyatakan masalah-masalah dalam istilah spesifik,
3) Merumuskan suatu hipotesis,
4) Merancang suatu metode penyelidikan
yang terkendali dengan jalan
pengamatan atau percobaan,
5) Mengumpulkan dan mencatat
data kasar,
agar mempunyai
suatu pernyataan
yang mempunyai
makna dan kepentingan,
6) Melakukan penegasan yang
dapat dipertanggung jawabkan,
7) Melakukan penegasan terhadap
apa yang
disebut dengan metode ilmiah.
Permasalahanakan menentukan ada atau tidaknya ilmu.
Tanpa ada masalah, maka tidak akan ada ilmu. Langkah pertama suatu penelitian
adalah mengajukan sesuatu yang dianggap sebagai masalah. Sesuatu yang dianggap
sebagai masalah apabila terdapat pertentangan antara harapan akan sesuatu yang
seharusnya, dengan kenyataan yang sebenarnya ada. Permasalahan dalam ilmu
pengetahuan, memiliki 3 ciri: 1. Dapat di
komunikasikan dan dapat menjadi
wacana publik 2. Dapat diganti dengan sikap
ilmiah 3.
Dapat ditangani dengan metode ilmiah
Sikap
Ilmiah merupakan bagian penting dari prosedur berfikir ilmiah. Sikap ilmiah
memiliki 6 karakteristik, yaitu:
a) Rasa ingin tahu Rasa ingin tahu yang
menjadi pemicu munculnya pertanyaan serta dilakukannya penyelidikan, pemeriksaan, penjelajahan dan percobaaan
dalam rangka mencapai pemahaman.
b) Spekulatif Spekulatif ini adalah sikap
ilmiah yang diperlakukan untuk mengajukan hipotesis-hipotesis(tentu bersifat
dedukatif) untuk mencari solusi terhadap permasalahan.
c) Objektifitif Objektifitif ini dimaknai
dengan sikap yang selalu sedia untuk mengakui subjektivitas terhadap apa yang
dianggapnya benar.
d) Keterbukaan Sikap terbuka adalah
kesediaan untuk mempertimbangkan semua masukan yang relevan.
e) Kesediaan untuk menunda penilaian.
Kesediaan untuk menunda penilaian, artinya tidak memaksakan diri untuk
memperoleh jawaban, jika peneyelidikan
belum memperoleh bukti yang diperlukan.
f) Tentatif Bersikap tentatif artinya tidak
bersikap dogmatis terhadap hipotesis maupun simpulan.
Aktivitas
Ilmiah Aktivitas ilmiah merupakan sebuah pekerjaan yang terus-menerus melakukan
research ilmiah untuk mencapai kebenaran. Para ilmuan sering melakukan
aktivitas ilmiah ini, secara terus menerus untuk mencapai pada apa yang
disebutnya benar. Menurut Walter R Borg and Meredith D Gall, menyebutkan ada 7
langkah yang ditempuh seorang peneliti dalam melakukan penelitiannya. 7 langkah
tersebut diantaranya:
1) Menyusun sesuatu yang disebut masalah,
2) Melakukan perumusan masalah atau
mendefinisikan masalah kedalam bentuk yang operasional.
3) Menyusun hipotesis/dugaan sementara,
4) Menetapkan tekhnik dan menyusun
instrumen penelitian,
5) Mengumpulkan data yang diperlukan,
6) Melakukan analisis terhadap data yang
terkumpul,
7) Menggambarkan kesimpulan yang berhasil
dipecahkan.
Dalam
melakukan reserch, para ilmuan
mempunyai dua aspek, yaitu aspek invidual yang mengacu pada ilmuan sebagai
aktifitas ilmuan dan aspek sosial yang mengacu kepada ilmu sebagai suatu
komunitas ilmiah dan kumpulan para ilmuan. Komunitas ini berinteraksi dengan
intuisi-intuisi lain dalam masyarakat.
2.5 Berfikir Ilmiah Pada Pelajaran Sejarah
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Berpikir
imiah bukanlah berpikir biasa. Berpikir ilmiah adalah berpikir yang sungguh-sungguh.
Artinya, suatu cara yang berdisiplin, di mana seseorang yang tidak akan
membiarkan ide dan konsep yang sedang dipikirkannya berkelana tanpa arah namun
semuanya itu diarahkan pada satu tujuan tertentu. Tujuan tertentu dalam hal ini
adalah pengetahuan. Berpikir keilmuan, atau berpikir sungguh-sungguh adalah
cara berpikir yang didisiplinkan dan diarahkan kepada pengetahuan.
Berpikir Ilmiah merupakan suatu pemikiran atau
tindakan seorang manusia yang menggunakan dasar-dasar dan ilmu tertentu. Sehingga
ide tersebut dapat diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga harus melalui
proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran. Dalam berpikir
ilmiah seseorang harus memperhatikan dasar – dasarnya yang didalamnya
menyangkut apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Biasanya hal itu digunakan
untuk mencari rumusan masalah dan mencari solusi atau kesimpulan suatu masalah.
Berpikir ilmiah sangat penting dalam melakukan sesuatu, tidak hanya di
lingkungan masyarakat tetapi juga di lingkungan sekolah.
Daftar Pustaka
Materi
Pelatihan Guru Kurikulum 2013 tahun 2014
Sugiyanto.
2009. Pengantar Ilmu Sejarah. Jember:
Uninersitas Jember
Suprayogo,
Imam. 2012. Tersedia di http//;file:// BerpikirIlmiah.htm. diakses tanggal 25 September 2014)
2013. Tersedia
di :http//; Berfikir Ilmiah/Sejarah
Akademika KURIKULUM 2013 PENDEKATAN ILMIAH DALAM PROSES PEMBELAJARAN
SEJARAH.html (diakses tanggal 25 September 2014)
Azizah, Rahma. 2013. file:///E:/BerfikirIlmiah/Metodeberpikirilmiah.html(diakses tanggal 25 September 2014)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda