Kamis, 18 Desember 2014

Berfikir Ilmiah Pada Pelajaran Sejarah




Berfikir Ilmiah Pada Pelajaran Sejarah

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu Dr. Suranto M.Pd

Tugas Individu


Oleh:
EUIS SUNDANI
120210302050



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat dan karunai-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Berfikir Ilmiah Pada Pembelajaran Sejarahyang merupakan salah satu dari komponen nilai tugas individu mata kuliah StrategiBelajarMengajardalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.  Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.      Drs. Suranto M.Pd , selaku Dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Mengajar yang telah membimbing selama penulis menyelesaikan makalah ini;
2.      Teman-teman yang telah memberi dorongan dan semangat;
3.      Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.


Jember, Oktober 2014



Penulis







1.1         Latar Belakang

            Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir atau pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada (Eman Sulaeman). Berpikir ilmiah adalah metode berpikir yang didasarkan pada logika deduktif dan induktif (Mumuh mulyana Mubarak, SE).
            Terdapat ciri-ciri yang menunjukkan seseorang berfikir ilmiah dinataranya ada empat ciri berpikir ilmiah. Pertama, harus obyektif, kemudian rasional, terbuka dan berorientasi pada kebenaran.
            Metode berpikir ilmiah tidak lepas dari fakta kejadian alam yang kebenarannya selalu ada hubungannya dengan hasil uji eksperimental. Jika suatu teori tidak bisa dibuktikan dengan uji eksperimental maka dikatakan bahwa teori itu tidak bisa diyakini kebenarannya karena tidak memenuhi kriteria sebagai sains.  (Goldstein, 1980). Inilah bagian kelemahan tentang berpikir ilmiah.
            Kelemahan berpikir ilmiah lainnya seperti cakupan jangkauan kajiannya, dan asumsi yang melandasinya, serta kesimpulannya bersifat relatif, metode ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada kajian objek-objek material yang dapat diindera. Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu eksperimental. Secara entologi, ilmu membatasi dirinya pada pengkajian yang berada pada ruang lingkup pengalaman manusia. Hal inilah yang membedakan antara ilmu dan agama. (Adib M 2011, hal. 138-140).

1.2         Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, permasalahn yang di angakat dalam makalah ini sebagai berikut:
1.2.1     Bagaimana definisi dari berfikir ilmiah ?
1.2.2     Apa saja ciri-ciri berfikir ilmiah ?
1.2.3     Apa saja Model dan Kriteria Metode Berpikir Ilmiah ?
1.2.4     Bagaimanaprosedur berpikir ilmiah ?
1.2.5     ?

1.3         Tujuan

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini diantaranya sebagai berkut:
1.3.1     Untuk mengetahui definisi dari berfikir ilmiah.
1.3.2     Untuk mengetahui ciri-ciri berfikir ilmiah.
1.3.3     Untuk mengetahui apa saja Model dan Kriteria Metode Berpikir Ilmiah.
1.3.4     Untuk mengetahui bagaimana prosedur berpikir ilmiah.


BAB II PEMBAHASAN

2.1         Definisi Berfikir Ilmiah

Terdapat beberapa devinisi dari berpikir ilmiah dianataranya dari Mumuh mulyana Mubarak, SE yang berpendapat berfikir ilmiah adalah metode berfikir yang di dasarkan pada logika deduktif dan induktif.Sedangkan menurut Hillway tahun 1956, berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris, dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan. Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir atau pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada (Eman Sulaeman)
Berpikir imiah bukanlah berpikir biasa. Berpikir ilmiah adalah berpikir yang sungguh-sungguh. Artinya, suatu cara yang berdisiplin, di mana seseorang yang tidak akan membiarkan ide dan konsep yang sedang dipikirkannya berkelana tanpa arah namun semuanya itu diarahkan pada satu tujuan tertentu. Tujuan tertentu dalam hal ini adalah pengetahuan. Berpikir keilmuan, atau berpikir sungguh-sungguh adalah cara berpikir yang didisiplinkan dan diarahkan kepada pengetahuan.
            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan) atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Berpikir Ilmiah merupakan suatu pemikiran atau tindakan seorang manusia yang menggunakan dasar-dasar dan ilmu tertentu. Sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga harus melalui proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran. Dalam berpikir ilmiah seseorang harus memperhatikan dasar – dasarnya yang didalamnya menyangkut apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Biasanya hal itu digunakan untuk mencari rumusan masalah dan mencari solusi atau kesimpulan suatu masalah. Berpikir ilmiah sangat penting dalam melakukan sesuatu, tidak hanya di lingkungan masyarakat tetapi juga di lingkungan sekolah. Jika dalam suatu pekerjaan untuk menunjukkan hasil dari pekerjaan kita. Kita pasti akan dituntut untuk menunjukkan apa saja hasil dari pekerjaan kita dan semua itu pasti akan diuji kebenarannya sehingga orang lain akan percaya dengan pekerjaan kita.
            Berpikir ilmiah juga sangat penting dalam melakukan penelitian sesuatu, baik tentang tanaman, hewan, manusia dan sebagainya. Pasti dalam membuat dan mengumpulkan data itu sendiri harus sesuai dengan kebenaran karena untuk menjelaskan hasil dari penelitian kita dibutuhkan suatu pemikiran yang ilmiah. Selain itu berpikir ilmiah juga tanpa emosi dan berpikir sesuai kebenaran yang ada. Untuk itu sebagai manusia yang ingin selalu menjadi terbaik, kita harus selalu menggunakan pemikiran ilmiah dalam setiap pendapat rasional orang–orang sekitar kita akan selalu menganggap kita tidak berpendapat yang omong kosong.Setiap manusia disamping berpikir ilmiah harus didukung dengan berpikir positif serta pemikiran-pemikiran yang yang baik. Untuk menjadikan setiap pendapat kita selalu dapat dipercaya dan diterima oleh semua orang.

2.2         Ciri-ciriBerfikir Ilmiah

Setidaknya ada empat ciri berpikir ilmiah. Pertama, harus obyektif. Seorang ilmuwan dituntut  mampu berpikir obyektif atau apa adanya.   Seorang yang berpikir obyektif selalu menggunakan  data yang  benar.  Disebut sebagai data yang benar, manakala data itu  diperoleh dari sumber dan cara  yang benar.  Sebaliknya,   data yang tidak benar oleh karena diperoleh dengan cara yang tidak benar. Data itu  dibuat-buat, misalnya.  Data yang benar  adalah data yang benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak kurang dan tidak lebih.
Ternyata untuk mendapatkan data yang benar juga tidak mudah. Lebih mudah mendapatkan data palsu. Seorang ilmuwan  harus mampu membedakan antara data yang benar itu dari data yang palsu.  Data yang benar tidak selalu mudah mendapatkannya, dan hal itu sebaliknya adalah data palsu. Banyak orang berpikir salah, oleh karena mendasarkan pada data yang salah atau bahkan data palsu. Dari kenyataan  seperti ini, maka seorang yang  berpikir ilmiah,   harus hati-hati terhadap  data yang tersedia.
Kedua,  rasional  atau secara sederhana orang menyebut masuk akal. Seorang berpikir ilmiah harus mampu menggunakan logika yang benar. Mereka bisa mengenali kejadian atau peristiwai mulai apa yang menjadi sebab dan apa pula  akibatnya. Segala sesuatu selalu mengikuti  hukum sebab dan akibat.  Bahwa sesuatu ada, maka pasti ada yang mengadakan. Sesuatu menjadi berkembang, oleh karena ada kekuatan yang mengembangkan. Seseorang menjadi marah oleh karena terdapat sebab-sebab yang menjadikannya marah. Manakala sebab itu tidak ada, tetapi tetap marah, maka orang dimaksud dianggap di luar kebiasaan,  atau tidak masuk akal.
Orang berikir ilmiah tidak akan terjebak atau terpengaruh oleh hal-hal yang tidak masuk akal. Informasi, pendapat atau pandangan baru  bagi  seseorang yang selalu berikir ilmiah  tidak segera diterimanya. Mereka akan mencari tahu informasi itu tentang sumbernya, siapa yang membawa, dan kalau perlu diuji  terlebih dahulu  atas kebenarannya. Begitu pula tatkala menghadapi pandangan atau pendapat, maka seorang yang berpikir ilmiah akan  berusaha mendapatkan alasan atau dasar-dasar yang digunakan hingga muncul pandangan atau pendapat itu. Atas sikapnya seperti itu, maka seorang yang berpkir ilmiah dianggap kritis.
Ketiga, ciri seseorang yang berpikir ilmiah adalah terbuka. Ia selalu  memposisikan diri bagaikan gelas yang terbuka dan  masih bisa diisi kembali. Seorang yang terbuka adalah selalu siap mendapatkan masukan, baik berupa pikiran, pandangan, pendapat dan bahkan juga data atau informasi baru dari manapun asal atau sumbernya. Ia tidak segera menutup diri, bahwa hanya pendapatnya  sendiri saja  yang benar dan  selalu mengabaikan lainnya  dari mana pun asalnya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak akan tertutup dan apalagi menutup diri.
Keempat, seorang berpikir ilmiah adalah selalu berorientasi pada kebenaran,  dan bukan pada kalah dan menang. Seorang yang berpikir ilmiah sanggup merasa kalah tatkala buah pikirannya memang salah. Kekalahan itu tidak dirasakan sebagai sesuatu yang mengecewakan dan menjadikan dirinya  merasa rendah. Seorang yang berpikir ilmiah lebih mengedepankan kebenaran daripada sekedar kemenangan. Kebenaran menjadi tujuan utamanya. Oleh karena itu, seseorang yang berpikir ilmiah, dalam suasana apapun   harus mampu mengendalikan diri,  agar tidak bersikap emosional, subyektif,  dan tertutup.

2.3         Model dan Kriteria Metode Berpikir Ilmiah

Ditinjau dari sejarah berpikir manusia, terdapat dua pola berpikir ilmiah. Yang pertama adalah berpikir secara rasional, di mana berdasrkan paham rasionalisme ini, ide tentang kebenaran sebenarnya sudah ada. Dengan kata lain, ide tentang kebenaran, yang menjadi dasar bagi pengetahuan, diperoleh lewat berpikir rasional, terlepas dari pengalaman manusia.    (Bayu'zu 2011, hal. 1)
                  Cara berpikir ilmiah yang kedua adalah empirisme. Berbeda dengan orang-orang yang berpikir secara rasional. Menurut orang-orang yang berpaham empirisme ini, pengetahuan ini tidak ada secara apriori di benak kita, melainkan harus diperoleh lewat pengalaman.
                  Adapun kriteria metode berpikir ilmiah antara lain: (1) berdasarkan fakta; (2) bebas dari prasangka; (3) menggunakan prinsip-prinsip analisis; (4) menggunakan hipotesis; (5) menggunakan ukuran objektif; (6) menggunakan teknik kuantifikasi. (Adib, M. 2011, hal. 137-138)
Tedapat kelemahan-kelemahan dalam metode berpikir ilmia, yang pertama, metode ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada penuh kajian objek-objek material yang dapat diindra. Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu eksperimental. Ia dilakukan dengan cara memperlakukan materi (objek) dalam kondisi-kondisi dan faktor-faktor baru yang bukan kondisi dari faktor yang asli. Melakukan pengamatan terhadap materi tersebut serta berbagai kondisi dan faktornya yang ada, baik yang alami maupun yang telah mengalami perlakuan. Dari proses terhadap materi ini,
                  Kedua, metode ilmiah mengasumsikan adanya penghapuasan seluruh informasi sebelumnya tentang objek yang dikaji, dan mengabaikan keberadaannya. Kemudian  memulai  pengematan dan percobaan atas materi..Setelah melakuakan pengamatan dan percobaan, maka selanjutnya adalah melakukan komparasi dan pemeriksaan yang teliti, dan akhirnya merumuskan kesimpulan berdasarkan sejumlah premis ilmiah.
                  Ketiga, kesimpulan yang didapat  ini adalah bersifat spekulatif atau tidak pasti (dugaan). Kelemahan-kelemahan yang ada pada metode ilmiah ini juga diungkapkan dalam literatur lain. Misalnya, “Pertama-tama ilmu ilmu menyadari bahwa masaslah yang dihadapinya adalah masalah yang bersifat kongkrit yang terdapat dalam dunia fisik yang nyata. Secara entologi, ilmu membatasu dirinya pada pengkajian yang berada pada ruang lingkup pengalaman manusia. Hal inilah yang membedakan antara ilmu dan agama. Perbedaan antara lingkup permasalahan yang dihadapinya juga menyebabkan perbedaan metode dalam memecahkan masalah tersebut”.
                  Dinyatakan pula, “proses pengujian ini tidak sama dengan pengujian ilmiah yang berdasarkan kepada tangkapan pancaindera, sebab pengujian kebenaran agama harus dilakukan oleh seluruh aspek kemanusiaan kita seperti penalaran, perasaan, intuisi, imajinasi disamping pengalaman”. Demikian juga halnya dengan bidang bidang sastra yang termasuk dalam humaniora yang jelas tidak mempergunakan metode ilmiah dalam penyusunan tubuh pengetahuannya”.

2.4         Prosedur Berpikir Ilmiah

Prosedur berfikir ilimiah modern, masih selalu teatp menggunakan kaidah keilmuan barat yang hanya melandaskan fikirannya pada penalaran rasional dan empiris. Metode ilmiah adalah ekspresi tentang cara berfikir menurut kaidah ilmiah. Melalui metode ini, diharapakan dapat menghasilkan karakteristik tertentu yang diminta pengetahuan ilmiah. Karakteristik yang dimaksud bersifat rasional (deduktif) dan teruji secara empiris.
Metode ilmiah dengan demikian adalah pengggabungan antara cara berfikir deduktif dalam membangun tubuh pengetahuan. Prosedur ilmiah mencakup 7 langkah, yaitu:
1)      Mengenal adanya suatu situasi yang tidak menentu. Situasi yang bertantangan atau kabur yang menghasilkan penyelidikan,
2)      Menyatakan masalah-masalah dalam istilah spesifik,
3)      Merumuskan suatu hipotesis,
4)      Merancang suatu metode penyelidikan yang terkendali dengan jalan pengamatan atau  percobaan,
5)      Mengumpulkan dan mencatat data kasar, agar mempunyai suatu pernyataan yang mempunyai makna dan kepentingan,
6)      Melakukan penegasan yang dapat dipertanggung jawabkan,
7)      Melakukan penegasan terhadap apa yang disebut dengan metode ilmiah.
Permasalahanakan menentukan ada atau tidaknya ilmu. Tanpa ada masalah, maka tidak akan ada ilmu. Langkah pertama suatu penelitian adalah mengajukan sesuatu yang dianggap sebagai masalah. Sesuatu yang dianggap sebagai masalah apabila terdapat pertentangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya, dengan kenyataan yang sebenarnya ada. Permasalahan dalam ilmu pengetahuan, memiliki 3 ciri: 1. Dapat di komunikasikan dan dapat menjadi wacana publik 2. Dapat diganti dengan sikap ilmiah 3. Dapat ditangani dengan metode ilmiah
Sikap Ilmiah merupakan bagian penting dari prosedur berfikir ilmiah. Sikap ilmiah memiliki 6 karakteristik, yaitu:
a)      Rasa ingin tahu Rasa ingin tahu yang menjadi pemicu munculnya pertanyaan serta dilakukannya penyelidikan,  pemeriksaan, penjelajahan dan percobaaan dalam rangka mencapai pemahaman.
b)      Spekulatif Spekulatif ini adalah sikap ilmiah yang diperlakukan untuk mengajukan hipotesis-hipotesis(tentu bersifat dedukatif) untuk mencari solusi terhadap permasalahan.
c)      Objektifitif Objektifitif ini dimaknai dengan sikap yang selalu sedia untuk mengakui subjektivitas terhadap apa yang dianggapnya benar.
d)     Keterbukaan Sikap terbuka adalah kesediaan untuk mempertimbangkan semua masukan yang relevan.
e)      Kesediaan untuk menunda penilaian. Kesediaan untuk menunda penilaian, artinya tidak memaksakan diri untuk memperoleh jawaban,  jika peneyelidikan belum memperoleh bukti yang diperlukan.
f)       Tentatif Bersikap tentatif artinya tidak bersikap dogmatis terhadap hipotesis maupun simpulan.
Aktivitas Ilmiah Aktivitas ilmiah merupakan sebuah pekerjaan yang terus-menerus melakukan research ilmiah untuk mencapai kebenaran. Para ilmuan sering melakukan aktivitas ilmiah ini, secara terus menerus untuk mencapai pada apa yang disebutnya benar. Menurut Walter R Borg and Meredith D Gall, menyebutkan ada 7 langkah yang ditempuh seorang peneliti dalam melakukan penelitiannya. 7 langkah tersebut diantaranya:
1)      Menyusun sesuatu yang disebut masalah,
2)      Melakukan perumusan masalah atau mendefinisikan masalah kedalam bentuk yang operasional.
3)      Menyusun hipotesis/dugaan sementara,
4)      Menetapkan tekhnik dan menyusun instrumen penelitian,
5)      Mengumpulkan data yang diperlukan,
6)      Melakukan analisis terhadap data yang terkumpul,
7)      Menggambarkan kesimpulan yang berhasil dipecahkan.
Dalam melakukan reserch, para ilmuan mempunyai dua aspek, yaitu aspek invidual yang mengacu pada ilmuan sebagai aktifitas ilmuan dan aspek sosial yang mengacu kepada ilmu sebagai suatu komunitas ilmiah dan kumpulan para ilmuan. Komunitas ini berinteraksi dengan intuisi-intuisi lain dalam masyarakat.


2.5              Berfikir Ilmiah Pada Pelajaran Sejarah















BAB III PENUTUP

3.1         Simpulan

Berpikir imiah bukanlah berpikir biasa. Berpikir ilmiah adalah berpikir yang sungguh-sungguh. Artinya, suatu cara yang berdisiplin, di mana seseorang yang tidak akan membiarkan ide dan konsep yang sedang dipikirkannya berkelana tanpa arah namun semuanya itu diarahkan pada satu tujuan tertentu. Tujuan tertentu dalam hal ini adalah pengetahuan. Berpikir keilmuan, atau berpikir sungguh-sungguh adalah cara berpikir yang didisiplinkan dan diarahkan kepada pengetahuan.
Berpikir Ilmiah merupakan suatu pemikiran atau tindakan seorang manusia yang menggunakan dasar-dasar dan ilmu tertentu. Sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga harus melalui proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran. Dalam berpikir ilmiah seseorang harus memperhatikan dasar – dasarnya yang didalamnya menyangkut apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Biasanya hal itu digunakan untuk mencari rumusan masalah dan mencari solusi atau kesimpulan suatu masalah. Berpikir ilmiah sangat penting dalam melakukan sesuatu, tidak hanya di lingkungan masyarakat tetapi juga di lingkungan sekolah.


Daftar Pustaka

Materi Pelatihan Guru Kurikulum 2013 tahun 2014
Sugiyanto. 2009. Pengantar Ilmu Sejarah. Jember: Uninersitas Jember
Suprayogo, Imam. 2012. Tersedia di http//;file:// BerpikirIlmiah.htm. diakses tanggal 25 September 2014)
2013. Tersedia di :http//; Berfikir Ilmiah/Sejarah Akademika  KURIKULUM 2013  PENDEKATAN ILMIAH DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH.html (diakses tanggal 25 September 2014)
 Azizah, Rahma. 2013. file:///E:/BerfikirIlmiah/Metodeberpikirilmiah.html(diakses tanggal 25 September 2014)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda