Kamis, 18 Desember 2014

Mengembangkan Kreatifitas Pesrta Didik dalam Pembelajaran Sejarah





Mengembangkan Kreatifitas Pesrta Didik dalam Pembelajaran Sejarah

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu Dr. Suranto M.Pd

Tugas Individu


Oleh:
EUIS SUNDANI
120210302050



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat dan karunai-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Mengembangkan Kreatifitas Pesrta Didik dalam Pembelajaran Sejarahyang merupakan salah satu dari komponen nilai tugas individu mata kuliah StrategiBelajarMengajardalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.  Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.      Drs. Suranto M.Pd , selaku Dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Mengajar yang telah membimbing selama penulis menyelesaikan makalah ini;
2.      Teman-teman yang telah memberi dorongan dan semangat;
3.      Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.


Jember, Oktober 2014



Penulis


Daftar  Isi






BAB I PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Kata kreatif berasal dari bahasa Inggris “create” yg berarti menciptakan, creation artinya ciptaan. Kemudian kata tersebut diadopsi kedalam bahasa Indonesia yaitu kreatif. Menurut Imam Musbikin (2006:6) kreativitas adalah kemampuan memulai ide, melihat hubungan yang baru, atau tak diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang tak sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang ada, dan mendapatkan pertanyaan baru yang perlu dijawab.
Kreativitas yang dimiliki seorang guru dalam melakukan pembelajaran kepada peserta didik sangatlah diperlukan. Bila pembelajaran yang dilakukan dalam kelas menggunkan pembelajaran yang kreatif maka, proses pembelajaran itu akan lebih menyenangkan dan akan lebih menambah antusias peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.
Setiap siswa baru yang memasuki proses belajar, dalam benak mereka selalu diiringi dengan rasa ingin tahu. Pada tahap ini guru diharapkan untuk merangsang siswa untuk melakukan apa yang dinamakan dengan learning skills acquired, misalnya dengan jalan memberi kesempatan siswa untuk bertanya (questioning), menyelidik (inquiry), mencari (searching), menerapkan (manipulating) dan menguji coba (experimenting).
Proses pembelajaran yang saat ini berlangsung kebanyakan masih belum kreatif. Kebanyakan yang terjadi di lapangan adalah aktifitas ini jarang ditemui karena siswa hanya mendapatkan informasi yang bagi mereka adalah hal yang abstrak. Rasa ingin tahu siswa harus dijaga dengan cara memberikan kesempatan bagi mereka untuk melihat dari dekat, memegangnya serta mengalaminya. Untuk itu dirasa perlu bagi pendidik mengetahui bagaimana cara mengembangkan kreativitas pesertadidik khususnya dalam ilmu pendidikan sejarah, yang selama ini dianggap pelajaran yang membosankan dan tidak menyenangkan oleh peserta didik.

1.2         Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, permasalahn yang di angakat dalam makalah ini sebagai berikut:
1.2.1     Bagaimana kosep dasar dari kreartivitas ?
1.2.2     Apa saja tipe-tipe kreativitas ?
1.2.3     Bagaimana cara mengembangkan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran sejarah ?

1.3         Tujuan

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini diantaranya sebagai berkut:
1.3.1     Untuk mengetahui kosep dasar dari kreartivitas.
1.3.2     Untuk mengetahui tipe-tipe kreativitas.
1.3.3     Untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran sejarah.

1.3.4      

BAB II PEMBAHASAN

2.1         Konsep Dasar Kreativitas

Kreativitas itu erat hubungannya dengan imajenasi. Karena kreativitas mengembangkan daya fikir dan daya fantasi yang bersifat intelaktual.Kreativitas merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia (Maslow, dalam Munandar, 2009). Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi (ditemukenali) dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat (Munandar, 2009).
Menurut Imam Musbikin (2006:6) kreativitas adalah kemampuan memulai ide, melihat hubungan yang baru, atau tak diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang tak sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untik soal-soal yang ada, dan mendapatkan pertanyaan baru yang perlu dijawab. Sedangkan menurut (Munandar, 2004:25) sumber pada intinya merupakan kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
Guilford (dalam Munandar, 2009) menyatakan kreativitas merupakan kemampuan berpikir divergen atau pemikiran menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan, yang sama benarnya (Guilford, dalam Munandar 2009). Sedangkan menurut Rogers (dalam Zulkarnain, 2002), kreativitas merupakan kecenderungan-kecenderungan manusia untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Campbell (dalam Manguhardjana, 1986) mengemukakan kreativitas sebagai suatu kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya :
a.       Baru atau novel, yang diartikan sebagai inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan.
b.      Berguna atau useful, yang diartikan sebagai lebih enak, lebih praktis, mempermudah, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik.
c.       Dapat dimengerti atau understandable, yang diartikan hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu, atau sebaliknya peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat dimengerti, tak dapat diramalkan dan tak dapat diulangi.
Berdasarkan pertimbangan bahwa prilaku kreatif tidak hanya memerlukan kemampuan berpikir kreatif (afektif), Munandar menyusun skala sikap kreatif, diantaranya tujuh butir diadopsikan dari ”Creative Attitude Survey” yang disusun oleh Schaefer.
a.       Sikap kreatif dioperasi dalam dimensi sebagai berikut.
b.      Keterbukaan terhadap pengalaman baru;
c.       Kelenturan dalam berfikir;
d.      Kebebasan dalam ungkapan diri;
e.       Menghargai fantasi;
f.       Minat terhadap kegiatan kreatif;
g.      Kepercayaan terhadap gagasan sendiri; dan
h.      Kemandirian dalam memberi pertimbangan.   (Munandar, 2004:70)
Refinger (1980 : 9-13) dalam Conny Semawan (1990:37-38) memberikan empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting.
a.       Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
b.      Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
c.       Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
d.      Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.

2.2         Tipe-Tipe Kreativitas

Berdasarkan peneitian kreativitas dapat diidentifikasikan menjadi tiga tipe kreativitas yang berbeda yaitu :
2.2.1     Menciptakan
Menciptakan adalah proses, berupa untuk mencari sesuatu dari tidak ada menjadi ada
2.2.2     Memodifikasi sesuatu
                                    Dalam memodifikasi sesuatu, berupa untuk mencari cara-cara membentuk fungsi-fungsi baru atau menjadikan sesuatu menjadi berbeda penggunaannya oleh orang lain.
2.2.3     Mengkombinasikan
Mengkombinasikan dua hal atau lebih yang sebelumnya tidak saling berhubungan. Contohnya seperti pesawat telepon yang diciptakan karena hasil sintesis atau kombinasi.
Berdasarkan pendapat para ahli psikologi, (Danny and Davis, 1982) mengemukakan sejumlah aspek yang berbeda termasuk dalam kriteria kreativitas, yaitu :
a.       Sensitivity to problems, artinya kreativitas dilihat dari kepekaan terhadap masalah yang muncul.
b.      Originality, artinya pemecahan masalah dengan cara baru, bukan meniru pemecahan masalah yang lain.
c.       Ingenuity, artinya adanya kecerdikan dalam pemecahan masalah.
d.      Breadth, artinya ketepatan dalam pemecahan masalah.
e.       Recognity by peers, artinya ada pengakuan dari kelompok tentang penemuannya.
Salah satu hal yang penting dalam kreativitas adalah kemampuan berpikir yang menyebar (divergent thinking) sebagai lawan dari berpikir yang menyatu (convergent thinking). Dalam struktur intelek kedua hal itu memainkan peranan yang sangat penting. Dalam convergent thinking ada jawaban yang benar dan tepat, sedang pada divergent thinking dirincikan dengan menghasilkan berbagai bermacam-macam alternatif pemecahan yang luas, yang masing-masing merupakan kemungkinan yang masuk akal. Para pemikir yang menyebar tidak terikat harapan-harapan, tidak menghendaki jawaban yang benar, melainkan menghendaki cara berpikir yang spontan dan bebas, seperti dalam melamun dan asosiasi bebas, yang menghasilkan berbagai pemecahan masalah atau penemuan. Asosiasi bebas yang digunakan dalam pemecahan masalah secara kelompok disebut Brainstorming.

2.3         Mengembangkan Kreativitas Perseta Didik dalam Pebelajaran Sejarah

Mengembangkan kreativitas yang dimiliki setiap anak atau pesera didik yang memiliki kemampuan berbeda antara masing-masing peserta didik dirasa sangatlah sukar dilakukan oleh pendidik (guru). Dengan pemikiran yang berbeda pada setiap individu yang disebutkan disini adalah pesera didik, kita dapat melihat terlebih dahulu tipe atau jenis kreativitas peerta didik. Hal ini dirasa perlu, karena dengan mengerti tipe atau jenis kreativitasnya maka akan lebih mudah dalam mengembangkan kreativitas perserta didik.
Selain, dilihat dari tipe-tipe atau jenis-jenis kreativitas yang dimiliki setiap peserta didik, kita juga harus mengatahui pembelajaran apa yang akan kita pelajari. Sehingga dengan kita mengetahui kedua hal tersebut kita dapat lebih mudah dalam mengembangkan kreativitas yang dimiliki peserta didik.
Pembelajaran sejarah yang merupakan pembelajaran yang kurang diminati oleh peserta didik karena, dianggap tidak menyenangkan ini seharusnya diberi perhatian lebih dari pendidik. Hal ini diharapkan untuk mengarahkan peserta didik agar lebih kreatif dalam mempelajari tetang pengetahuan ilmu sejarah. Sehingga ada semengat yang timbul dari peserta didik untuk belajar sejarah belih lanjut.  
Pada peserta didik yang memiliki atau tergolong tipe kreativitasnya adalah mencipta, makauntuk mengembangkan kreativitasnya pendidik dapat dikembangkan dulu rasa percaya diri para peserta didik dan mengurangi rasa takut. Karena, kebanyakan peserta didik akan merasa takut atau tidak percaya diri dalam mamulai kegiatan, apa lagi kegiatan awal yang baru mereka lakukan. Jadi guru dapat memberikan motivasi atau dorongan-dorongan agar peserta ddidik termotivasi dan tertantang untuk lebih kreativ dalam mencipta, memodifikasi dan mengkombinasikan.
Selain, memberikan motivasi atau dukungan, pendidik juga dapat memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi ilmiah  secara bebas terarah. Bebas terarah itu maksutnya pendidik memperbolehkan siswanya untuk mengajukan pendapatnya dengan bebas namun, tetap didampingi oleh pendidiknya.
Hal lain yang dapat dilakukan oleh pendidik yaitu melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya dan memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter. Langkah pendidik itu, juga dapat diterapkan kepada peserta didi yang memiliki tipe kreativitas memodifikasi sesuatu berupa untuk mencari cara-cara membentuk fungsi-fungsi baru atau menjadikan sesuatu menjadi berbeda penggunaannya oleh orang lain, dan mengkombinasikan dua hal atau lebih yang sebelumnya tidak saling berhubungan. Contohnya seperti pesawat telepon yang diciptakan karena hasil sintesis atau kombinasi.
Berdasarkan pertimbangan bahwa prilaku kreatif tidak hanya memerlukan kemampuan berpikir kreatif (afektif), Munandar menyusun skala sikap kreatif, diantaranya tujuh butir diadopsikan dari ”Creative Attitude Survey” yang disusun oleh Schaefer.Sikap kreatif dioperasi dalam dimensi sebagai berikut, yaitu;
a.       Keterbukaan terhadap pengalaman baru;
b.      Kelenturan dalam berfikir;
c.       Kebebasan dalam ungkapan diri;
d.      Menghargai fantasi;
e.       Minat terhadap kegiatan kreatif;
f.       Kepercayaan terhadap gagasan sendiri; dan
g.      Kemandirian dalam memberi pertimbangan.   (Munandar, 2004:70)
Hal lain yang dapat dilakukan pendidik, dengan mengutip pemikiran Gibbs, E. Mulyasa (2003) mengemukakan hal-hal yang perlu dilakukan agar siswa lebih aktifdan kreatif dalam belajarnya, adalah:
a.       Dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan mengurangi rasa takut;
b.      Memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi ilmiah  secara bebas terarah;
c.       Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya;
d.      Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter;
e.       Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.
Sementara itu, Widada (1994) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa, guru dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut :
a.       Self esteem approach; guru memperhatikan pengembangan self esteem (kesadaran akan harga diri) siswa.
b.      Creative approach; guru mengembangkan problem solving, brain storming, inquiry, dan role playing.
c.       Value clarification and moral development approach; guru mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan holistik dan humanistik untuk mengembangkan segenap potensi siswa menuju tercapainya self actualization, dalam situasi ini pengembangan intelektual siswa akan mengiringi pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, termasuk dalam hal etik dan moral.
d.      Multiple talent approach; guru mengupayakan pengembangan seluruh potensi siswa untuk membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.
e.       Inquiry approach; guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah serta meningkatkan potensi intelektualnya.
f.       Pictorial riddle approach; guru mengembangkan metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil guna membantu meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif.
g.      Synetics approach; guru lebih memusatkan perhatian pada kompetensi siswa untuk mengembangkan berbagai bentuk metaphor untuk membuka inteligensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan yang tidak rasional, kemudian berkembang menuju penemuan dan pemecahan masalah secara rasional.
Sedangkan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, menurut E. Mulyasa (2003) perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.       Bahwa siswa akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik dan berguna bagi dirinya;
b.      Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada siswa sehingga mereka mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. Siswa juga dilibatkan dalam penyusunan tersebut;
c.       Siswa harus selalu diberitahu tentang hasil belajarnya;
d.      Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan;
e.       Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa;
f.       Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual siswa, seperti : perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau subyek tertentu;
g.      Usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, rasa aman, menunjukkan bahwa guru peduli terhadap mereka, mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.
Pendidik atau guru dapat melakukan pendekatan seperti yang tertuliskan diatas untuk mengembangkan kreativitas peserta didik dalam pelajaran sejarah. Dengan memberikan motivasi atau dukungan, lingkungan kelas yang mendukung perserta didik untuk berfikir kreatif, berbagi informasi penting pada peserta didik, yang menjadi pusat perhatian dari proses belajar yaitu peserta didik, dan bantu siswa menembangkan ketrampilannya.






BAB III PENUTUP

3.1         Simpulan

Menurut Imam Musbikin (2006:6) kreativitas adalah kemampuan memulai ide, melihat hubungan yang baru, atau tak diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang tak sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untik soal-soal yang ada, dan mendapatkan pertanyaan baru yang perlu dijawab. Sedangkan menurut (Munandar, 2004:25) sumber pada intinya merupakan kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Dapat disimpulkan kreativitas adalah kemampuan untuk memulai ide yang ada dalam dirinya yang menghasikan sesuat, baik itu menciptakan hal yang baru pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya
Salah satu hal yang penting dalam kreativitas adalah kemampuan berpikir yang menyebar (divergent thinking) sebagai lawan dari berpikir yang menyatu (convergent thinking). Dalam struktur intelek kedua hal itu memainkan peranan yang sangat penting. Dalam convergent thinking ada jawaban yang benar dan tepat, sedang pada divergent thinking dirincikan dengan menghasilkan berbagai bermacam-macam alternatif pemecahan yang luas, yang masing-masing merupakan kemungkinan yang masuk akal. Para pemikir yang menyebar tidak terikat harapan-harapan, tidak menghendaki jawaban yang benar, melainkan menghendaki cara berpikir yang spontan dan bebas, seperti dalam melamun dan asosiasi bebas, yang menghasilkan berbagai pemecahan masalah atau penemuan. Asosiasi bebas yang digunakan dalam pemecahan masalah secara kelompok disebut Brainstorming.
Berdasarkan peneitian kreativitas dapat diidentifikasikan menjadi tiga tipe kreativitas yang berbeda yaitu; menciptakan, memodifikasi sesuatu danmengkombinasikan sesuatu.Mengembangkan kreativitas yang dimiliki setiap anak atau pesera didik yang memiliki kemampuan berbeda antara masing-masing peserta didik dirasa sangatlah sukar dilakukan oleh pendidik (guru). Dengan pemikiran yang berbeda pada setiap individu yang disebutkan disini adalah pesera didik, kita dapat melihat terlebih dahulu tipe atau jenis kreativitas peerta didik. Hal ini dirasa perlu, karena dengan mengerti tipe atau jenis kreativitasnya maka akan lebih mudah dalam mengembangkan kreativitas perserta didik.
Selain, dilihat dari tipe-tipe atau jenis-jenis kreativitas yang dimiliki setiap peserta didik, kita juga harus mengatahui pembelajaran apa yang akan kita pelajari. Sehingga dengan kita mengetahui kedua hal tersebut kita dapat lebih mudah dalam mengembangkan kreativitas yang dimiliki peserta didik.
Pembelajaran sejarah yang merupakan pembelajaran yang kurang diminati oleh peserta didik karena, dianggap tidak menyenangkan ini seharusnya diberi perhatian lebih dari pendidik. Hal ini diharapkan untuk mengarahkan peserta didik agar lebih kreatif dalam mempelajari tetang pengetahuan ilmu sejarah. Sehingga ada semengat yang timbul dari peserta didik untuk belajar sejarah belih lanjut

3.2         Saran

Setiap seorang pendidik diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mendemontsrasikan perilaku yang kreatif. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kreatifitas peserta didik antara lain :
a.       Pendidik menghargai hasil-hasil pikiran kreatif peserta didik,
b.      Pendidik respek terhadap pertanyaan, ide dan solusi peserta didik yang tidak biasa (unusual)
c.       Pendidik menunjukkan bahwa gagasan peserta didik adalah memiliki nilai yang ditunjukkan dengan cara mendengarkan dan mempertimbangkan. Pada tataran ini, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada orang lain.


Daftar Pustaka

Darwis dan Roy Waston. 2011. Strategi Pengajaran Kreatif. Erlangga; Jakarta
Sudrajat, Akhmad. 20o8. Tersedia di http//;Pengembangan Aktivitas, Kreativitas dan Motivasi %C2%A0Siswa _ tentang PENDIDIKAN.htm (diakses tanggal 30 September 2014)
2011. Tersedia di :http//; Tipe-tipe kreativitas _ Kewirausahaan SMK.htm (diakses tanggal 30 September 2014)

 



0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda