Mengembangkan Kreatifitas Pesrta Didik dalam Pembelajaran Sejarah
Mengembangkan
Kreatifitas Pesrta Didik dalam Pembelajaran Sejarah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu Dr. Suranto M.Pd
Tugas
Individu
Oleh:
EUIS
SUNDANI
120210302050
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014
Puji
syukur kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat dan karunai-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah
“Mengembangkan Kreatifitas Pesrta Didik dalam Pembelajaran Sejarah” yang merupakan salah satu dari
komponen nilai tugas individu mata kuliah StrategiBelajarMengajardalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara pada Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas jember.
Penyusunan
makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1.
Drs. Suranto
M.Pd , selaku Dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Mengajar yang telah
membimbing selama penulis menyelesaikan makalah ini;
2.
Teman-teman
yang telah memberi dorongan dan semangat;
3.
Semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis
juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Jember, Oktober 2014
Penulis
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata kreatif berasal
dari bahasa Inggris “create” yg berarti menciptakan, creation artinya ciptaan.
Kemudian kata tersebut diadopsi kedalam bahasa Indonesia yaitu kreatif. Menurut
Imam Musbikin (2006:6) kreativitas adalah kemampuan memulai ide, melihat hubungan
yang baru, atau tak diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang
tak sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang ada, dan
mendapatkan pertanyaan baru yang perlu dijawab.
Kreativitas yang
dimiliki seorang guru dalam melakukan pembelajaran kepada peserta didik
sangatlah diperlukan. Bila pembelajaran yang dilakukan dalam kelas menggunkan
pembelajaran yang kreatif maka, proses pembelajaran itu akan lebih menyenangkan
dan akan lebih menambah antusias peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Setiap siswa baru
yang memasuki proses belajar, dalam benak mereka selalu diiringi dengan rasa
ingin tahu. Pada tahap ini guru diharapkan untuk merangsang siswa untuk
melakukan apa yang dinamakan dengan learning skills acquired, misalnya dengan
jalan memberi kesempatan siswa untuk bertanya (questioning), menyelidik
(inquiry), mencari (searching), menerapkan (manipulating) dan menguji coba
(experimenting).
Proses pembelajaran
yang saat ini berlangsung kebanyakan masih belum kreatif. Kebanyakan yang
terjadi di lapangan adalah aktifitas ini jarang ditemui karena siswa hanya
mendapatkan informasi yang bagi mereka adalah hal yang abstrak. Rasa ingin tahu
siswa harus dijaga dengan cara memberikan kesempatan bagi mereka untuk melihat dari
dekat, memegangnya serta mengalaminya. Untuk itu dirasa perlu bagi pendidik
mengetahui bagaimana cara mengembangkan kreativitas pesertadidik khususnya
dalam ilmu pendidikan sejarah, yang selama ini dianggap pelajaran yang
membosankan dan tidak menyenangkan oleh peserta didik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang di atas, permasalahn yang di angakat dalam makalah
ini sebagai berikut:
1.2.1
Bagaimana
kosep dasar dari kreartivitas ?
1.2.2
Apa saja
tipe-tipe kreativitas ?
1.2.3
Bagaimana
cara mengembangkan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran sejarah ?
1.3 Tujuan
Sejalan
dengan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini diantaranya sebagai
berkut:
1.3.1
Untuk
mengetahui kosep dasar dari kreartivitas.
1.3.2
Untuk
mengetahui tipe-tipe kreativitas.
1.3.3
Untuk mengetahui
bagaimana cara mengembangkan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran
sejarah.
1.3.4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Kreativitas
Kreativitas
itu erat hubungannya dengan imajenasi. Karena kreativitas mengembangkan daya
fikir dan daya fantasi yang bersifat intelaktual.Kreativitas merupakan salah
satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi
diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia (Maslow, dalam
Munandar, 2009). Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di dunia dengan
memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi (ditemukenali) dan
dipupuk melalui pendidikan yang tepat (Munandar, 2009).
Menurut
Imam Musbikin (2006:6) kreativitas adalah kemampuan memulai ide, melihat
hubungan yang baru, atau tak diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan
konsep yang tak sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untik soal-soal
yang ada, dan mendapatkan pertanyaan baru yang perlu dijawab. Sedangkan menurut
(Munandar, 2004:25) sumber pada intinya merupakan kemampuan umum untuk
menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan
gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau
sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang
sudah ada sebelumnya.
Guilford
(dalam Munandar, 2009) menyatakan kreativitas merupakan kemampuan berpikir
divergen atau pemikiran menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap
suatu persoalan, yang sama benarnya (Guilford, dalam Munandar 2009). Sedangkan
menurut Rogers (dalam Zulkarnain, 2002), kreativitas merupakan
kecenderungan-kecenderungan manusia untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya.
Campbell
(dalam Manguhardjana, 1986) mengemukakan kreativitas sebagai suatu kegiatan
yang mendatangkan hasil yang sifatnya :
a.
Baru atau novel,
yang diartikan sebagai inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan
mengejutkan.
b.
Berguna atau useful,
yang diartikan sebagai lebih enak, lebih praktis, mempermudah, mendorong,
mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi
kesulitan, mendatangkan hasil yang baik.
c.
Dapat
dimengerti atau understandable, yang diartikan hasil yang sama dapat
dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu, atau sebaliknya peristiwa-peristiwa yang
terjadi begitu saja, tak dapat dimengerti, tak dapat diramalkan dan tak dapat
diulangi.
Berdasarkan pertimbangan bahwa prilaku kreatif tidak
hanya memerlukan kemampuan berpikir kreatif (afektif), Munandar menyusun skala
sikap kreatif, diantaranya tujuh butir diadopsikan dari ”Creative Attitude
Survey” yang disusun oleh Schaefer.
a. Sikap kreatif dioperasi dalam dimensi sebagai berikut.
b. Keterbukaan terhadap pengalaman baru;
c. Kelenturan dalam berfikir;
d. Kebebasan dalam ungkapan diri;
e. Menghargai fantasi;
f. Minat terhadap kegiatan kreatif;
g. Kepercayaan terhadap gagasan sendiri; dan
h. Kemandirian dalam memberi pertimbangan.
(Munandar, 2004:70)
Refinger (1980 : 9-13) dalam Conny
Semawan (1990:37-38) memberikan empat alasan mengapa belajar kreatif itu
penting.
a. Belajar kreatif membantu anak
menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah
aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani
dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
b. Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan
untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di
masa depan.
c. Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar
dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar
hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat
mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
d. Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan
kesenangan yang besar.
2.2 Tipe-Tipe Kreativitas
Berdasarkan
peneitian kreativitas dapat diidentifikasikan menjadi tiga tipe kreativitas
yang berbeda yaitu :
2.2.1 Menciptakan
Menciptakan
adalah proses, berupa untuk mencari sesuatu dari tidak ada menjadi ada
2.2.2 Memodifikasi sesuatu
Dalam
memodifikasi sesuatu, berupa untuk mencari cara-cara membentuk fungsi-fungsi
baru atau menjadikan sesuatu menjadi berbeda penggunaannya oleh orang lain.
2.2.3 Mengkombinasikan
Mengkombinasikan dua hal atau lebih yang sebelumnya tidak saling
berhubungan. Contohnya seperti pesawat telepon yang diciptakan karena hasil
sintesis atau kombinasi.
Berdasarkan
pendapat para ahli psikologi, (Danny and Davis, 1982) mengemukakan sejumlah
aspek yang berbeda termasuk dalam kriteria kreativitas, yaitu :
a.
Sensitivity
to problems, artinya kreativitas dilihat dari kepekaan
terhadap masalah yang muncul.
b.
Originality,
artinya pemecahan masalah dengan cara baru, bukan
meniru pemecahan masalah yang lain.
c.
Ingenuity,
artinya adanya kecerdikan dalam pemecahan masalah.
d.
Breadth, artinya ketepatan dalam pemecahan masalah.
e.
Recognity
by peers, artinya ada pengakuan dari kelompok tentang
penemuannya.
Salah
satu hal yang penting dalam kreativitas adalah kemampuan berpikir yang menyebar
(divergent thinking) sebagai lawan dari berpikir yang menyatu (convergent
thinking). Dalam struktur intelek kedua hal itu memainkan peranan yang
sangat penting. Dalam convergent thinking ada jawaban yang benar dan tepat,
sedang pada divergent thinking dirincikan dengan menghasilkan berbagai
bermacam-macam alternatif pemecahan yang luas, yang masing-masing merupakan
kemungkinan yang masuk akal. Para pemikir yang menyebar tidak terikat
harapan-harapan, tidak menghendaki jawaban yang benar, melainkan menghendaki
cara berpikir yang spontan dan bebas, seperti dalam melamun dan asosiasi bebas,
yang menghasilkan berbagai pemecahan masalah atau penemuan. Asosiasi bebas yang
digunakan dalam pemecahan masalah secara kelompok disebut Brainstorming.
2.3 Mengembangkan Kreativitas Perseta Didik dalam Pebelajaran Sejarah
Mengembangkan
kreativitas yang dimiliki setiap anak atau pesera didik yang memiliki kemampuan
berbeda antara masing-masing peserta didik dirasa sangatlah sukar dilakukan
oleh pendidik (guru). Dengan pemikiran yang berbeda pada setiap individu yang
disebutkan disini adalah pesera didik, kita dapat melihat terlebih dahulu tipe
atau jenis kreativitas peerta didik. Hal ini dirasa perlu, karena dengan
mengerti tipe atau jenis kreativitasnya maka akan lebih mudah dalam
mengembangkan kreativitas perserta didik.
Selain,
dilihat dari tipe-tipe atau jenis-jenis kreativitas yang dimiliki setiap
peserta didik, kita juga harus mengatahui pembelajaran apa yang akan kita pelajari.
Sehingga dengan kita mengetahui kedua hal tersebut kita dapat lebih mudah dalam
mengembangkan kreativitas yang dimiliki peserta didik.
Pembelajaran
sejarah yang merupakan pembelajaran yang kurang diminati oleh peserta didik
karena, dianggap tidak menyenangkan ini seharusnya diberi perhatian lebih dari
pendidik. Hal ini diharapkan untuk mengarahkan peserta didik agar lebih kreatif
dalam mempelajari tetang pengetahuan ilmu sejarah. Sehingga ada semengat yang
timbul dari peserta didik untuk belajar sejarah belih lanjut.
Pada
peserta didik yang memiliki atau tergolong tipe kreativitasnya adalah mencipta,
makauntuk mengembangkan kreativitasnya pendidik dapat dikembangkan dulu rasa
percaya diri para peserta didik dan mengurangi rasa takut. Karena, kebanyakan
peserta didik akan merasa takut atau tidak percaya diri dalam mamulai kegiatan,
apa lagi kegiatan awal yang baru mereka lakukan. Jadi guru dapat memberikan
motivasi atau dorongan-dorongan agar peserta ddidik termotivasi dan tertantang
untuk lebih kreativ dalam mencipta, memodifikasi dan mengkombinasikan.
Selain,
memberikan motivasi atau dukungan, pendidik juga dapat memberikan kesempatan
kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi ilmiah
secara bebas terarah. Bebas terarah itu maksutnya pendidik
memperbolehkan siswanya untuk mengajukan pendapatnya dengan bebas namun, tetap
didampingi oleh pendidiknya.
Hal
lain yang dapat dilakukan oleh pendidik yaitu melibatkan siswa dalam menentukan
tujuan belajar dan evaluasinya dan memberikan pengawasan yang tidak terlalu
ketat dan tidak otoriter. Langkah pendidik itu, juga dapat diterapkan kepada
peserta didi yang memiliki tipe kreativitas memodifikasi sesuatu berupa untuk
mencari cara-cara membentuk fungsi-fungsi baru atau menjadikan sesuatu menjadi
berbeda penggunaannya oleh orang lain, dan mengkombinasikan dua hal atau lebih
yang sebelumnya tidak saling berhubungan. Contohnya seperti pesawat telepon
yang diciptakan karena hasil sintesis atau kombinasi.
Berdasarkan pertimbangan bahwa prilaku kreatif tidak
hanya memerlukan kemampuan berpikir kreatif (afektif), Munandar menyusun skala
sikap kreatif, diantaranya tujuh butir diadopsikan dari ”Creative Attitude
Survey” yang disusun oleh Schaefer.Sikap kreatif dioperasi dalam dimensi
sebagai berikut, yaitu;
a. Keterbukaan terhadap pengalaman baru;
b. Kelenturan dalam berfikir;
c. Kebebasan dalam ungkapan diri;
d. Menghargai fantasi;
e. Minat terhadap kegiatan kreatif;
f. Kepercayaan terhadap gagasan sendiri; dan
g. Kemandirian dalam memberi pertimbangan.
(Munandar, 2004:70)
Hal
lain yang dapat dilakukan pendidik, dengan mengutip pemikiran Gibbs, E. Mulyasa
(2003) mengemukakan hal-hal yang perlu dilakukan agar siswa lebih aktifdan
kreatif dalam belajarnya, adalah:
a.
Dikembangkannya
rasa percaya diri para siswa dan mengurangi rasa takut;
b.
Memberikan
kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas
terarah;
c.
Melibatkan
siswa dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya;
d.
Memberikan
pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter;
e.
Melibatkan
mereka secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.
Sementara
itu, Widada (1994) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan aktivitas dan
kreativitas siswa, guru dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut :
a.
Self
esteem approach; guru memperhatikan pengembangan self
esteem (kesadaran akan harga diri) siswa.
b.
Creative
approach; guru mengembangkan problem solving, brain
storming, inquiry, dan role playing.
c.
Value
clarification and moral development approach; guru
mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan holistik dan humanistik untuk
mengembangkan segenap potensi siswa menuju tercapainya self actualization,
dalam situasi ini pengembangan intelektual siswa akan mengiringi pengembangan
seluruh aspek kepribadian siswa, termasuk dalam hal etik dan moral.
d.
Multiple
talent approach; guru mengupayakan pengembangan
seluruh potensi siswa untuk membangun self concept yang menunjang
kesehatan mental.
e.
Inquiry
approach; guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menggunakan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah
serta meningkatkan potensi intelektualnya.
f.
Pictorial
riddle approach; guru mengembangkan metode untuk
mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil guna
membantu meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif.
g.
Synetics
approach; guru lebih memusatkan perhatian pada
kompetensi siswa untuk mengembangkan berbagai bentuk metaphor untuk membuka
inteligensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan pembelajaran dimulai
dengan kegiatan yang tidak rasional, kemudian berkembang menuju penemuan dan
pemecahan masalah secara rasional.
Sedangkan
untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, menurut E. Mulyasa (2003) perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.
Bahwa siswa
akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik dan berguna
bagi dirinya;
b.
Tujuan
pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada siswa
sehingga mereka mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. Siswa juga
dilibatkan dalam penyusunan tersebut;
c.
Siswa harus
selalu diberitahu tentang hasil belajarnya;
d.
Pemberian
pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga
diperlukan;
e.
Manfaatkan
sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa;
f.
Usahakan
untuk memperhatikan perbedaan individual siswa, seperti : perbedaan kemampuan,
latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau subyek tertentu;
g.
Usahakan
untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya,
rasa aman, menunjukkan bahwa guru peduli terhadap mereka, mengatur pengalaman
belajar sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh kepuasan dan penghargaan,
serta mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan, sehingga mencapai
prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.
Pendidik
atau guru dapat melakukan pendekatan seperti yang tertuliskan diatas untuk
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam pelajaran sejarah. Dengan
memberikan motivasi atau dukungan, lingkungan kelas yang mendukung perserta
didik untuk berfikir kreatif, berbagi informasi penting pada peserta didik,
yang menjadi pusat perhatian dari proses belajar yaitu peserta didik, dan bantu
siswa menembangkan ketrampilannya.
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Menurut
Imam Musbikin (2006:6) kreativitas adalah kemampuan memulai ide, melihat
hubungan yang baru, atau tak diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan
konsep yang tak sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untik soal-soal yang
ada, dan mendapatkan pertanyaan baru yang perlu dijawab. Sedangkan menurut
(Munandar, 2004:25) sumber pada intinya merupakan kemampuan umum untuk
menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan
gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau
sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang
sudah ada sebelumnya. Dapat disimpulkan kreativitas adalah kemampuan untuk
memulai ide yang ada dalam dirinya yang menghasikan sesuat, baik itu menciptakan
hal yang baru pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat
hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya
Salah
satu hal yang penting dalam kreativitas adalah kemampuan berpikir yang menyebar
(divergent thinking) sebagai lawan dari berpikir yang menyatu (convergent
thinking). Dalam struktur intelek kedua hal itu memainkan peranan yang sangat
penting. Dalam convergent thinking ada jawaban yang benar dan tepat, sedang
pada divergent thinking dirincikan dengan menghasilkan berbagai bermacam-macam
alternatif pemecahan yang luas, yang masing-masing merupakan kemungkinan yang
masuk akal. Para pemikir yang menyebar tidak terikat harapan-harapan, tidak
menghendaki jawaban yang benar, melainkan menghendaki cara berpikir yang spontan
dan bebas, seperti dalam melamun dan asosiasi bebas, yang menghasilkan berbagai
pemecahan masalah atau penemuan. Asosiasi bebas yang digunakan dalam pemecahan
masalah secara kelompok disebut Brainstorming.
Berdasarkan
peneitian kreativitas dapat diidentifikasikan menjadi tiga tipe kreativitas
yang berbeda yaitu; menciptakan, memodifikasi sesuatu danmengkombinasikan
sesuatu.Mengembangkan kreativitas yang dimiliki setiap anak atau pesera didik
yang memiliki kemampuan berbeda antara masing-masing peserta didik dirasa
sangatlah sukar dilakukan oleh pendidik (guru). Dengan pemikiran yang berbeda
pada setiap individu yang disebutkan disini adalah pesera didik, kita dapat
melihat terlebih dahulu tipe atau jenis kreativitas peerta didik. Hal ini
dirasa perlu, karena dengan mengerti tipe atau jenis kreativitasnya maka akan
lebih mudah dalam mengembangkan kreativitas perserta didik.
Selain,
dilihat dari tipe-tipe atau jenis-jenis kreativitas yang dimiliki setiap
peserta didik, kita juga harus mengatahui pembelajaran apa yang akan kita
pelajari. Sehingga dengan kita mengetahui kedua hal tersebut kita dapat lebih
mudah dalam mengembangkan kreativitas yang dimiliki peserta didik.
Pembelajaran
sejarah yang merupakan pembelajaran yang kurang diminati oleh peserta didik
karena, dianggap tidak menyenangkan ini seharusnya diberi perhatian lebih dari
pendidik. Hal ini diharapkan untuk mengarahkan peserta didik agar lebih kreatif
dalam mempelajari tetang pengetahuan ilmu sejarah. Sehingga ada semengat yang
timbul dari peserta didik untuk belajar sejarah belih lanjut
3.2 Saran
Setiap
seorang pendidik diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi peserta didik
untuk mendemontsrasikan perilaku yang kreatif. Beberapa hal yang dapat
dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kreatifitas peserta didik antara lain :
a.
Pendidik
menghargai hasil-hasil pikiran kreatif peserta didik,
b.
Pendidik
respek terhadap pertanyaan, ide dan solusi peserta didik yang tidak biasa
(unusual)
c.
Pendidik
menunjukkan bahwa gagasan peserta didik adalah memiliki nilai yang ditunjukkan
dengan cara mendengarkan dan mempertimbangkan. Pada tataran ini, guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada orang lain.
Daftar Pustaka
Darwis dan Roy Waston. 2011. Strategi Pengajaran Kreatif. Erlangga; Jakarta
Sudrajat,
Akhmad. 20o8. Tersedia di http//;Pengembangan
Aktivitas, Kreativitas dan Motivasi %C2%A0Siswa _ tentang PENDIDIKAN.htm (diakses
tanggal 30 September 2014)
2011. Tersedia di :http//; Tipe-tipe
kreativitas _ Kewirausahaan SMK.htm (diakses tanggal 30 September
2014)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda