Sejarah Amerika "Koloni-Koloni di Benua Amerika"
KOLONI
- KOLONI DI BENUA AMERIKA
(Disusun
guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Amerika)
Dosen Pengampu mata kuliah Dr.
Suranto, M.Pd.
Disusun oleh:
Euis Sundani (120210302050)
Kelas B
PRODI
PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
PEMUKIMAN AWAL ORANG EROPA DI
AMERIKA
Awal
1600-an menunjukkan permulaan gelombang besar emigrasi dari eropa ke Amerika
Utara. Dalam rentang lebih dari tiga abad, pergerakan ini berkembang dari hanya
beberapa ratus orang Inggris menjadi membanjirnya jutaan pendatang baru.
Terdorong motivasi yang kuat dan beragam, mereka membangun peradaban baru di
bagian utara benua.
Imigran
Inggris pertama yang datang ke wilayah yang sekarang dikenal sebagaiAmerika
Serikat menyeberangi Atlantik lama setelah koloni Spanyol didirikan dengan
sukses di meksiko, hindia Barat, dan Amerika Selatan. Seperti halnya semua
pengembara awal yang datang ke Dunia Baru, mereka datang
menggunakan kapal kecil yang penuh sesak. Selama perjalanan yang memakan
waktu enam hingga dua belas minggu, mereka hidup dengan ransum yang amat sedikit. Banyak yang mati akibat penyakit,
semetara kapal sering kali dihantam badai dan beberapa di antaranya hilang di laut. Kebanyakan emigran Eropa meninggalkan tanah air mereka untuk
menghindari penindasan politik, mencari
kebebasan mempraktikkan ajaran agama
mereka, atau demi mendapat ke-
sempatan yang mustahil diraih di tanah
air mereka. Antara 1620 dan 1635, kesulitan
ekonomi melanda Inggris. Banyak
orang tidak punya pekerjaan. Bahkan pengrajin ahli hanya menghasilkan sedikit
uang yang cuma mencukupi kebutuhan sehari-hari. hasil panen yang buruk
memperburuk situasi tersebut. Selain itu, revolusi komersial menciptakan
industri tekstil yang berkembang pesat, yang terus menuntut kenaikan jumlah
pasokan wol agar mesin tenun
mereka untuk terus dapat beropersi. tuan
tanah menutup tanah pertanian & mengusir petani demi
menernakkan domba Ekspansi kolonial menjadi jalan keluar bagi populasi petani
yang tersingkirkan itu.
Pandangan
pertama calon penduduk koloni dunia baru ini adalah panorama hutan yang padat. Para pendatang mungkin tidak
dapat bertahan hidup andai mereka tidak
ditolong oleh bangsa Indian yang ramah, yang mengajarkan mereka cara menanam
tanaman lokallabu kuning, gambas, kacang- kacangan, dan jagung. Selain itu,
hutan perawan yang luas dan terbentang hampir 2.100 kilometer di sepanjang
daerah pesisir timur terbukti
menjadi sumber hewan buruan dan kayu api yang kaya. Hutan juga menyediakan
bahan mentah yang melimpah untuk membangun rumah, perabotan, kapal, dan barang
yang menguntungkan untuk diekspor. Walaupun alam benua baru itu luar biasa
kaya, perdagangan dengan Eropa merupakan hal vital bagi barang-barang yang
tidak dapat dihasilkan penduduk setempat. Pantai bisa berfungsi
dengan baik bagi
para imigran. Di sepanjang
pesisir terdapat banyak teluk kecil dan dermaga. Hanya dua area North Carolina
dan selatan New jersey yang tidak memiliki dermaga untuk kapal laut.
Sungai
- sungai besar seperti; Kennebec, Hudson, Delaware, Susquehanna, Potomac dan
masih banyak lainnya menghubungkan daratan antar pantai, dan Pegunungan Appa-
lachian dengan laut. Namun hanya sat ysungai, St. Lawrence dikuasai Perancis di
kanada yang memiliki jalur air menuju Great Lakes dan jantung benua baru
tersebut. hutan lebat, penolakan beberapa suku Indian, dan penghalang kokoh
berupa Pegunungan Appalachian, mengecilkan hati calon pemukim yang hendak
merambah ke wilayah selain pesisir. Hanya pemburu bulu binatang dan pedagang
yang berani menerabas alam liar itu.
Selama seratus tahun pertama, penduduk koloni membangun pemukiman padat mereka
di sepanjang pantai.
Pertimbangan
politik mempengaruhi banyak orang untuk pindah ke Amerika. Pada 1630-an, aturan sewenang-wenang yang
dikeluarkan oleh raja Inggris Charles I merangsang gelombang migrasi. Setelah
itu, pemberontakan dan kemenangan lawan
politik Charles di bawah pimpinan Oliver Cromwell pada 1640 menyebabkan banyak
ksatria ”anak buah raja” mengadu nasib di Virginia.
Di
wilayah yang berbahasa jerman di Eeropa, kebijakan penindasan yang dilakukan
oleh beberapa pangeran kejam khususnya yang berhubungan dengan agama dan
kehancuran yang disebabkan oleh serangkaian perang berkepan jangan mendorong gerakan migrasi ke Amerika pada
akhir abad ke-17 dan 18. Perjalanan itu memerlukan perencanaan dan pengaturan
yang cermat, juga biaya dan risiko yang cukup besar. Para pendatang harus
pindah hampir 5.000 kilometer ke seberang laut. Mereka membutuhkan perkakas,
pakaian, biji-bijian, peralatan, bahan bangunan, ternak, senjata, dan amunisi.
Bertolak belakang dengan kebijakan kolonisasi negara dan periode lain, emigrasi
dari Inggris tidak disponsori secara langsung oleh pemerintah melainkan oleh sekelompok
individu yang motif utamanya adalah keuntungan.
TERBENTUKNYA MASYARAKAT KOLONI
AMERIKA
Pada
akhir abad ke-17 telah terdapat 250.000 kaum kolonis di wilayah koloni milik
Inggris di Amerika. Pada tahun 1776 jumlah tersebut telah meningkat menjadi 2,5
juta penduduk. Pertumbuhan penduduk yang sepat secara alami dan ditambah dengan
gelombang migrasi dan Eropa menyebabkan terjadinya perubahan sosial dalam
masyarakat koloni Amerika. Selama periode ini kaum kolonis mengembangkan
struktur sosial yang lebih canggih yang didasarkan atas semangat kapitalisme
perdagangan. Pusat-pusat pemukiman yang berkembang menjadi pusat perdagangan
dan perkotaan seperti Boston, Philadenphia, New York, Charleston dan Boston
menandai bangkitnya koloni Amerika sebagai kekuatan ekonomi baru di dunia. Pada
tahun 1776 masyarakat koloni Amerika telah berkembang menjadi masyarakat yang
lebih makmur dan majemuk. Namun demikian, menjelang meletusnya Revolusi Amerika
tahun 1776 setiap koloni menampilkan cirinya yang berbeda-beda dan tidak lagi
bisa memperthankan struktur sosial tradisional. Karena tekanan penduduk maka
setiap koloni berusaha menyelesaikan masalah sosialnya dengan caranya sendiri.
Koloni-koloni
Koloni-koloni di Selatan
Koloni-koloni
di selatan sangat tergantung pada sektor agraria Oleh karena itu tanah memiliki
nilai yang sangat tinggi. Pada akhir abad ke-17 para petani Virginia memusatkan
pertaniannya pada tanaman tembakau sehingga dari kegiatan pertanian tersebut
Virginia mampu menjadi pusat penghasil tembakau berkualitas tinggi dan menjadi
pengekspor komoditi tersebut ke Inggeris. Para petani Virginia lebih memilih
menanam tembakau di sepanjang sungai yang lahannya subur dan memudahkan
melakukan pengangkutan dengan kapal-kapal milik Inggeris. Namun demikian,
ketika Virginia mengalami kelebihan produksi koloni ini mengalami kerugian
karena harga di pasaran jatuh. Ketika meletusnya revolusi Amerika, banyak
petani Virginia yang terbelit hutang terhadap para pedagang Inggeris. Dalam
mengembangkan perkebunan tembakau para petani Virginia dihadapkan pada sulitnya
memperoleh tenaga kerja. Pada awal kolonisasi para pengusaha perkebunan
Virginia menggantungkan pad tenaga kerja dari Inggeris yang disebut sebagai
pelayan atau servant.
Namun
demikian lama kelamaan para pelayan tersbut dapat mandiri dan memiliki lahan
sendiri. Untuk mengatasi kesulitan tenaga kerja, pengusaha perkebunan
menggunakan budak negro dari Afrika. Pada pertengahan abad ke-18 perbudakan merupakan
bagian dari sistem sosial di Virginia. Jumlah budak mencapai sepertiga dari
seluruh penduduk Virginia. Elit politik di Virginia yang berasal dari kalangan
aristokrat menguasai tanah yang luas dan mempekerjakan budak-budak. Secara
ekonomi, sistem perbudakan sangat menguntungkan. Namun demikian, diterapkannya
sistem slavery tersebut tidak selalu berkaitan dengan aspek ekonomi. Sistem
perbudakan yang diterapkan di koloni-koloni Amerika Utara bagian selatan
didasarkan atas pandangan rasial yang dianut oleh sebagian besar- masyarakat
Inggeris Pada masa kolonisasi Budak-budak Afrika yang "ditemukan"
melalui "discovery" pada abd ke-15 dan 16 dianggap dan diperlakukan
sebagai ras yang rendah, tidak beragama (Kristen) dan tidak beradab. Namun
demikian, masuknya para budak ke dalam agama Kristen tidak sendirinya mereka
dibebaskan dari statusnya sebagai ras yang dianggap rendah.
Sistem
perbudakan juga diterapkan di South Carolina. Sistem ini diperkuat dengan
kedudukan kaum aristokrat yang menempatkan diri dalam status paling tinggi
dalam struktur masyarakat dan merasa memiliki hak istimewa, termasuk dalam hal
mempekerjakan para budak. Sebagian budak di koloni ini berasal dari West Indies
dan Barbados. Dipekerjakannya para budak di perkebunan-perkebunan mereka juga
digunakan dalam rangka memperluas ekspansi ke arah barat dan untuk
mempertahankan keamanana serta harta mereka dari ancaman orang-orang Indian.
Koloni-koloni
Tengah dan Utara.
Di koloni bagian tengah kaum
kolonis memusatkan kegiatn ekonominya pada sektor pertanian terutama
biji-bijian, babi dan sapi yang dapat dieskpor ke West Indies. Hasil pertanian
tersebut dapat meningkatkan kemakmuran bukan hanya para petani di daerah
pertanian yang subur melainkan juga para pedagang di perkotaan seperti New York
dan Philadelphia. Namun demikian tidak semua kaum kolonis di daerah itu
memperoleh kemakmuran. Sebagian di antara mereka tetap miskin seperti hainya
ketika hidup di negeri asalnya. Kondisi ini telah menciptakan struktur sosial
baru. Penguasa Inggeris di New York, seperti hainya penguasa Belanda sebelum
mereka, memberikan hak penguasaan tanah kepada tuan-tuan tanah kaya. Sebagian
petani berperan sebagai penyewa terhadap tuan-tuan tanah sehingga terbentuklah
kelas petani penyewa tanah. Sedangkan di perkotaan, selain dihuni oleh golongan
aristokrat dan pedagang juga terdapat kelas pekerja yang tidak memiliki
ketrampilan. Kelompok terakhir ini menempati lapisan sosial paling bawah dan
sulit melakukan mobilitas sosial setelah relasi sosial dengan elit politik dan
pedagang kaya tertutup bagi mereka. Perkawinan anak keluarga elit politik
dengan anak keluarga pedagang pengusaha kaya telah memperkuat aliansi di antara
mereka untuk mengontrol institusi politik daerah koloni.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda